1

40 8 5
                                    


Sejak kecil gadis itu sudah dikenalkan akan dinginnya rumah, hiruk piruk akan cancian, dentuman barang barang pecah,dan tentunya suara tangisan.

Ya, gadis itu bernama Leora Alexandra
Dia yang selalu terlihat paling ceria diantara teman-temannya, padahal dalam hidupnya banyak sekali menyimpan masalah .

Papanya yang selingkuh, Ibunya yang gila kerja. Keluarganya bisa dibilang jauh dari kata harmonis.
Saat gadis seusinya sedang asik menikmati masa remaja mereka, Leora memilih untuk bekerja paruh waktu untuk membiayai hidupnya.

Jangan kalian fikir Leora berasal dari keluarga yang tidak mampu!

Dia berasal dari keluarga yang berkecukupan, hanya saja dia memiliki alasan tersendiri untuk melalukan semua itu.
Leora yang menjadi saksi, atas ketidaknyamanan rumahnya sendiri, yang dulunya hanya beberapa kali kini semakin menjadi.

****

Prankkkk!!!!!
"Apa?!! Terus kamu mau apa huh?!!!, punya bukti apa kamu ?!!." Suara laki-laki itu terdengar begitu penuh emosi.

"Mas kamu mau masih mau ngelak lagi? Aku lihat pakai mata kepalaku sendiri mas, astaga tolong berhenti mas,,"

Plakkkk!!! Laki-laki itu menampar pipi wanita yang tengah berbicara di depannya.

" bisa nggak sih kamu diem, kamu tu banyak omong!!"

Leora kecil hanya bisa bersembunyi di bawah kolong meja sambil menutup telinganya saat itu, dia sangat takut mendengar orang tua nya bertengkar.
Suara barang-barang dibanting terus terdengar, belum lagi suara tangis mamanya yang terdengar memilukan.

Ingin sekali dia memeluk mamanya saat itu, melindungi mamanya dari tamparan dan pukulan dari papanya.
Yang bisa Leora kecil hanya bisa menangis sambil menutup mata dan telinganya.

Flashback off

Kilatan masalalu itu kembali tergiang saat dia mendengar orang tuanya bertengkar dari dalam kamar.

Saat ini Leora sudah berumur 16 tahun, namun kehidupanya masih saja belum berubah, keluarganya masih tetap tidak harmonis.
Mental gadis itu sudah rusak, dari kecil dia sudah harus mengalami kejadian yang seharusnya tidak dia lihat.

" Apasih susahnya buat berhenti?!, ini udah hampir belasan tahun mas, tapi kamu masih aja belum berubah, sadar mas!!!"

"Terus kamu mau apa huh?! Mau minta pisah?!!"

Cukup!
Leora sudah muak, ini bahkan sudah yang ketiga kalinya dalam minggu ini, terlalu lama mendengar pertengakaran kedua orang tuanya bisa membuat Leora gila.

Dia memilih mengambil kunci motornya lalu bergegas pergi meninggalkan rumah itu.

Bukanya Leora tidak perduli pada keluarganya, namun dia tidak kuat jika terus mendengar suara tangis mamanya, hatinya ikut sakit mendengar semua itu.
Jika saja laki-laki itu bukan papanya, Leora ingin sakali membununya saat itu juga tanpa dicap anak durhaka.

****

Sudah hampir satu jam dia melalui jalanan tanpa tujuan, semilir angin malam cukup membuat dirinya sedikit tenang.

Dia memilih untuk menepikan motornya dan mendudukan dirinya di sebuah bangku taman, kebetulan malam ini bukan malam minggu, jadi tak heran jika taman yang biasanya ramai ini menjadi sepi.

Tak terasa air matanya menetes. Semenyedihkan inikah hidupnya? Apakah dia tidak berhak untuk bahagia?.

Jujur saja, dia cukup iri melihat kebersamaan anak-anak lain dengan keluarga mereka yang harmonis, mereka nampak bahagia dengan tawa yang terus menghiasi wajah mereka.

Ya tuhan, mengapa semesta seakan mempermainkan hidupnya?. Dia hanya ingin memiliki keluarga yang normal, itu saja.

Gadis itu merasakan ada seseorang yang ikut duduk disampingnya, dia pun menoleh untuk memastikannya.

"Kak Zahan?!" Buru-buru gadis itu menghapus air matanya, dia tidak ingin terlihat lemah di mata orang lain, apalagi di depan laki-laki ini.

"Motor boleh gede, kelakuan tomboy, hahaha covernya doang sangar, ternyata cengeng" Apa-apaan ini, laki-laki ini baru saja mengejeknya kah? Leora benar-benar tidak terima.

Kenapa laki-laki ini selalu saja datang disaat yang tidak tepat?!!

"Kamu kenapa ra,,, coba cerita." Suara laki-laki itu terdengar sangat lembut, tatapannya yang teduh sangat menenangkan.

Leora memilih untuk menggeleng dan kembali menyeka air matanya yang dengan tidak tau dirinya kembali menetes, dia tidak ingin dikasihani orang lain.
Dia harus tetap terlihat kuat, dia tidak ingin kembali dicemooh lagi, dia tidak ingin direndahkan lagi. Cukup saat itu saja dia mengalaminya, dia tidak ingin kembali mengulang kejadian yang sama.

"Kamu jelek banget kalok lagi nangis, senyum dong. Gini nih ternyata sifat aslinya pemegang sabuk hitam SMA Pelita? Lembek hahaha,," Sialan Leora benar benar ingin memukul mulut itu, namun belum sempat dia melakukannya laki-laki itu keburu mencekal tangannya.

"Nah gitu dong, lo mendingan bar-bar deh, serem banget gua liat lo diem sambil nangis, kek kuntilanak tau nggak." Leora tertawa kecil mendengar guyonan receh laki-laki itu, Zahan selalu mampu mengubah suasana hatinya dalam sekejap.

Zahan Vavian, laki-laki ini merupakan kakak tingkat sekolah Leora, mereka bertemu saat masa pengenalan lingkungan sekolah dulu, saat itu Leora lupa membawa tanda pengenalnya hingga berakhir dihukum hormat bendera di lapangan oleh senior osis.

Zahan yang merupakan badboy di SMA Pelita tentu saja tidak bisa jika hanya diam melihat pemandangan itu, laki-laki dengan seribu tingkaah itu lantas melempar bola bakset yang tengah dia pegang hingga mengenai kepala Leora.

"Ups, sorry ga sengaja." tentu saja ucapan dan kelakuan laki-laki itu berbanding terbalik, laki-laki dengan tawa di wajahnya itu terlihat tidak mempunyai rasa bersalah sedikitpun.

Sontak saja, kelakuan Zahan mengundang tawa setiap orang yang tengah berada di lapangan itu. Leora yang merupakan siswa baru di sekolah itu hanya bisa diam tidak menangapi kelakuan laki-laki itu. Tidak lucu bukan jika hari pertama sekolah dia sudah membuat keributan?.

Sejak saat itu Zahan tidak henti-hentinya menganggu Leora. Entah apa yang membuatnya berlaku seperti itu, Leora seperti mempunyai daya tarik tersendiri yang dia sendiri tidak dapat simpulkan.

Hi
I'm back
Semoga sukak ❤
Tinggalkan jejak

Nightmare Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang