Chapter Six - Mereka

325 16 1
                                    


-Calantha's Pov-

"Jadi kau sudah mengetahuinya?" Ujar seseorang seraya menepuk pundakku.

Aku menoleh sedikit terkejut dan mendapati Zayn. Well, siapa yang tidak terkejut? Pertama, jika kau sedang membaca bukumu dengan seriusnya dan tiba - tiba saja ada yang menepuk bahumu dengan keras bagaimana? Ke dua, kau menoleh dan mendapati seorang Zayn sedang mengobrol dengamu. ZAYN. Seorang Zayn!

"Cal?" Yaampun aku jarang sekali mendengar suaranya.

"Oh, uh. Mengetahui tentang apa?"

"Tentang aku dan Katherine?" Oh, jadi sekarang kita akan mengobrol tentang hubungannya dengan kekasih barunya, sang tuan putri terkenal itu?

"Uh, ya kurasa."

"Katherine memberitaumu?"

"Um, yeah. Memangnya kenapa?" Tanyaku yang kali ini berbalik menghadapnya.

"Uh, tidak. Padahal aku ingin merahasiakannya untuk beberapa waktu." Jawabnya yang sekarang mulai berjalan menuju cafetaria.

"Mengapa begitu?" Tanyaku balik seraya berjalan berusaha menyusulnya.

"Entahlah, tiba - tiba saja itu terpikir olehku. Tapi, kelihatannya aku lupa memeberitau Katherine, dan dia sudah terlanjur memberitaumu."

"Lalu?"

"Well, yeah sayang sekali Katherine memberi tau mu. Sudah terlihat bahwa kau benar tidak bisa menjaga rahasia." Tunggu apa?

"Apa? Kau sendiri yang memancingku untuk bertanya pada Katherine." Tanyaku tidak percaya yang sempat memberhentikan langkahku.

"Well, pertama, pada dasarnya kau yang bertanya padaku dan membuatku untuk menyuruhmu bertanya pada Katherine. Ke dua, kau memberitau Riana, dan membuat satu kelas mengetahuinya."

"Stop right there, Zayn Malik. Well, pertama, 'maaf' karna aku telah bertanya padamu, tapi aku sungguh tidak tau, dan kau tetap menyalahkanku? Ke dua, bukan aku yang memberitau Riana, tapi Katherine! Please, Malik. Jangan menyalahkan orang dahulu jika kau tidak tau apa yang terjadi sebenarnya." Jelasku menambahkan nada sarkastik di dalamnya.

"Well, baiklah 'maaf' karna telah membuatmu kesal. Aku tidak menyalahkanmu lagi, kau puas sekarang?" Kini ia berjalan memunggungiku menuju cafetaria.

Lelaki itu sama saja.

Sama - sama menyebalkan.

Sama - sama breng--

Kini ia telah membuat amarahku mulai meluap - luap.

Okay, di lain sisi ia bisa membuatku tersenyum - senyum sendiri dan tertawa, di sisi lainnya ia bisa membuatku sedih patah hati, dan di sisi yang lainnya ia bisa membuat amarahku meluap - luap.

Aku tidak mengerti.

***

Aku sedang bersiap - siap untuk pergi bersama Riana dan Katherine. Namun, sejurus kemudian ponselku bergetar beberapa kali.

Aku meraihnya, dan mendapati pesan dari Riana dan Zayn. Aku memutar bola mataku melihat nama Zayn juga tertera di layar ponselku. Mengapa ia tidak mengirimi pesan kekasihnya saja? Sejak beberapa hari yang lalu ia masih tetap mengirimiku pesan, padahal ia sudah memiliki kekasih. Tidakkah ia sadar bahwa bisa saja Katherine mengira bahwa aku berusaha untuk merebut Zayn darinya?

Aku memutuskan untuk membaca pesan dari Riana dulu.

'Kau ada dimana? Aku tidak mendapat kabar dari Katherine sedari tadi. Sepertinya ia tidak enak badan atau semacamnya. Jadi, kemungkinan kita akan pergi berdua saja. Kapan kau akan berangkat?'

"Close Friend" (Zayn Malik Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang