- Calantha's Pov -
Aku berhenti bernapas untuk sesaat. Rasanya aku baru saja mendengar kalimat yang tidak pernah terlintas di benakku akan benar - benar terucap dari mulut seorang Katherine tentang Zayn.
"Apa?" Tanyaku merasa bahwa aku salah dengar.
"Kurasa aku sudah tidak cocok dengan Zayn, Cal." Jawabnya lagi. Aku menunduk termenung. Tidak, aku tidak salah dengar. Aku benar tidak salah dengar.
Hah, penderitaanku yang dikarenakan mereka berdua cepat atau lambat akan berakhir? Tidak dapat dipercaya. Hebat.
Tapi, apa yang akan Zayn lakukan jika ia mendengar ini? Aku tau ia masih menyayangi Katherine, melihat bagaimana dia ingin aku untuk membantunya berbaikan dengan sang putri anggun sekolah itu. Dia pasti akan sangat sedih dan kecewa. Aku harus bagaimana nanti.
Sial, aku tidak tau apa yang harus kurasakan, senang atau sedih.
"Cal? Menurutmu bagaimana?" Kini lamunanku dipecahkan oleh Katherine.
"Uhh," aku tidak tau apa yang harus aku katakan padanya, ataupun pada Zayn nanti.
Duh, mengapa aku jadi ikut - ikutan bingung, sih. Ini benar - benar bukan urusanku. Well, seharusnya begitu.
"Uhh, aku tidak tau Kath. Menurutmu bagaimana?" Ah, itu benar - benar kalimat yang sangat tidak membantu, Cal. Dasar bodoh.
"Maksudku, aku tidak bisa memutuskan apa yang harus kau lakukan dalam hidupmu bukan? Itu semua tergantung padamu. Percayalah pada dirimu sendiri, ini tidak rumit. Lagipula, itu bukan cinta yang sebenarnya jika itu terasa rumit, bukan?" Lanjutku yang pada akhirnya dapat menemukan kata - kata yang tepat untuk kukatakan padanya.
Sebenarnya terdengar sedikit menggelikan juga ya, tapi tidak apa jika saja itu bisa membuat Katherine lebih tenang.
Ah, tapi bagaimana dengan Zayn? Apa Zayn juga bisa tenang nantinya?
Katherine mengembangkan senyuman khasnya padaku, "Terima kasih, Cal! Kau ini memang teman yang sangat baik dan tentu pandai berbicara ya." Menurutku itu sedikit berlebihan. Aku benar - benar tidak pantas mendapatkan pujian seperti itu dari sang putri anggun sekolah, karna sudah diam - diam menyukai kekasihnya itu.
Ya Tuhan, aku terdengar seperti seorang jalang jika dijelaskan seperti itu.
"Uh, lalu apa aku sebaikanya memberitahukan itu pada Zayn?" Tanyaku sedikit ragu pada Katherine.
"Tidak perlu, sebenarnya. Tapi, jika kau mau aku tidak keberatan." Jawabnya. Dia ini baik sekali.
"Ah! Itu Riana!" Katherine beranjak dari duduknya dan menghampiri Riana yang baru saja masuk kelas.
Apa yang akan kulakukan jika nanti Zayn bertanya padaku? Katherine memang tidak keberatan, tapi apa Zayn akan menerimanya dengan baik? Bagaimana jika ia akan kecewa? Duh, bagaimana bisa aku cukup tega membuat orang yang kusukai begitu kecewa atau sedih nantinya.
Atau bahkan lebih buruk. Ia bisa marah padaku juga. Kepribadian Zayn sangat susah ditebak begitu pula dengan apa yang akan ia lakukan kedepannya. Tidak jarang perbuatannya sangat di luar perkiraan.
Memang Zayn tidak pernah marah kepadaku selama ini. Tapi, siapa yang tau?
Sial, bunuh saja diriku.
Tolong maafkan aku, Zayn.
Menjelang bel masuk, Katherine dan Riana sudah duduk di bangkunya masing - masing yang bersebelahan, begitu pula dengan Zayn yang sudah kembali ke kelas dan duduk di seberangku.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Close Friend" (Zayn Malik Fanfiction)
أدب الهواةCalantha Kenna. Apa yang bisa kau harapkan dari seorang gadis biasa yang tidak terlalu cantik, tidak terlalu feminim, dan tidak terlalu pintar? Ia juga sedikit nakal. Maksudku tidak sampai minum minuman keras atau menghisap ganja atau bahkan narkoba...