Adimas Bara Sudigja atau yang kerap disapa Dimas adalah seorang anak yang lahir dan dibesarkan di desa Ngasem. Sebuah desa yang masih belum terjamah debu dan polusi. Ia tinggal hanya bersama Ibunya. Ayahnya meninggal ketika ia baru berumur dua tahun.
Semenjak ayahnya meninggal, ibunya bekerja sebagai perangkai bunga guna menyambung hidup mereka. Semenjak itu pula ibunya harus berperan sebagai orang tua tunggal. Menjadi ibu sekaligus menjadi ayah bagi Dimas.
Ibu Dimas merasa kehilangan namun ia hanya bisa berpasrah disaat ajal menjemput suaminya. Ia memiliki tekad kuat, membesarkan dan menyekolahkan Dimas sekuat tenaganya. Ia ingin hidup anaknya menjadi bahagia dan terjamin. Tekadnya kuat. Ia sanggup menjadi orang tua tunggal bagi anak semata wayangnya.
***
"Ini sudah malam, nak. Cepat tidur gih. Dilanjutkan besok pagi saja. Kalau terlalu larut bisa-bisa besok terlambat ke sekolah lho" tutur Ibu Dimas saat melihat anaknya masih belajar hingga larut malam.
"Tunggu sebentar to bu, nanggung. Daripada besok kalang-kabut" kata Dimas sambil terus menggoreskan pensil ke buku gambarnya. Sepertinya ia sedang fokus menggambar sesuatu. Sesekali ia mengamati gambarannya, menghapus bagian gambar yang menurutnya kurang tepat.
"Nah.. alhamdulillah sudah selesai. Besok pagi tinggal diwarnai deh" ucapnya dalam hati sembari mengemasi alat gambarnya. Kemudian memasukkannya ke dalam tas sekolahnya yang sudah lusuh dan penuh dengan tembelan.
Dimas tidak mewarnai gambarannya, karena tidak memiliki pensil warna. Jika ingin mewarnai, ia selalu meminjam pensil warna pada Rusdi teman sebangkunya.
"Lho bu, kok masih belum tidur?" Tegur Dimas ketika melihat ibunya yang nampak masih bekerja merangkai bunga.
"Sebentar lagi selesai kok. Kamu tidur dulu gih. Jangan lupa berdoa dulu sebelum tidur" ujar Ibunya mengingkatkan untuk berdoa sebelum tidur.
"Iya ibuku sayang. Ibu juga jangan tidur terlalu larut ya" ucapnya sambil merebahkan diri di atas tempat tidur berukuran kecil yang terbuat dari bambu.
Dari kecil Dimas selalu membiasakan diri untuk selalu berdoa sebelum tidur. Sambil memejamkan mata ia berharap dalam doanya. Ia berdoa dengan khitmad. Selesai berdoa Dimas menengok ke arah ibunya sebelum tidur. Ia memandang penuh makna ke arah ibunya seraya berujar di dalam hati "kasihan ibu. Kalau aku sudah besar nanti aku akan bekerja dengan sungguh-sungguh agar bisa membahagiakan ibu".
Malam semakin terasa sepi. Angin malam berhembus melalui lubang-lubang kecil ke dalam rumah. Dinginnya menusuk, seakan menembus tulang.
Nyanyian jangkrik dan beberapa serangga di tengah malam yang sepi telah mengantarnya tertidur lelap. Dimas tertidur sangat pulas pertanda ia terlalu letih.
"Anakku sayang, andai saja ayahmu masih ada, mungkin kamu tak seperti ini" ibu Dimas membatin sambil membetulkan sarung tua yang digunakan Dimas untuk berselimut.
"Ibu berjanji, akan membelikanmu pensil warna agar kamu bisa mewarnai gambaranmu. Sebisa mungkin ibu akan membahagiakanmu, nak" gumam ibu Dimas sambil mengelus puncak kepala anaknya. Pandangannya menerawang jauh. Entah dimana pikirannya berlabuh.
Tanpa sadar, air matanya sudah menetes deras membasahi pipinya. Dadanya terasa sesak, tak kuasa membendung kesedihannya. Tak terasa hari semakin larut, iapun tertidur di samping putranya.
***
Ayam berkokok tanda hari mulai pagi. Udara pagi yang begitu dingin ditambah rasa lelah membuat Dimas dan ibunya enggan untuk bangun. Beberapa saat kemudian, ibunya terbangun lebih dahulu.
Sambil mengusap mata, ia beranjak dari tidurnya. Kemudian bergegas menuju dapur untuk menyiapkan sarapan untuk Dimas. Ia hanya menyiapkan sepiring nasi dan dua buah peyek serta segelas air putih dari gentong. Tak ada makanan apapun, hanya tinggal seentong nasi yang cukup untuk makanan mereka berdua sehari. Ibu Dimas memilih untuk memberikan jatah sarapannya kepada Dimas untuk dimakannya nanti sehabis pulang sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Mudah Padam
Teen FictionKeterbatasan sudah menjadi bagian dari kehidupan. Dan melampau batasan masing-masing adalah pencapaian yang sungguh luar biasa. Di dunia ini banyak orang yang memiliki ambisi dan cita-cita untuk melampaui batasannya, begitupun pejuang tangguh bernam...