Sekolah Dimas terletak di dekat Balai Desa. Jaraknya sekitar dua kilometer dari desanya. Hampir tiga tahun yang lalu jarak tempuhnya hanya satu kilometer ketika jembatan penghubung desa belum rusak. Namun, sekarang jembatan itu telah rusak sehingga jika ingin menuju ke sekolah harus memutar arah yang sudah pasti lebih jauh jaraknya. Jembatan penghubung itu memang sudah tua usianya. Tetapi penyebab utama rusaknya jembatan itu dikarenakan tanah longsor yang melanda desanya sekitar tiga tahun silam.
Dimas dan teman-temannya sampai ke sekolah pukul 06.25. Bel sekolah akan berbunyi pukul 07.00 pertanda pembelajaran segera dimulai. Sampai di sekolah mereka sudah melihat Joko sedang bermain dengan teman-teman yang lain di lapangan sekolah.
"Ciee.. enak ya Ko dibonceng paman naik motor?" Kata Dimas pada Joko setelah dekat.
"Eh cah*..! Maaf yo aku tadi berangkat duluan" jawab Joko meminta maaf karena merasa tidak enak kepada teman-temannya yang biasanya berangkat bersama-sama.
*cah/bocah=anak kecil(dalam bhs. Jawa);atau bisa juga digunakan untuk memanggil teman sebayanya.
"Wah ndak apa-apa. Suantai aja lho, Ko" jawab Rusdi mewakili teman-temannya.
Mereka tidak mempersalahkannya dan bergegas menuju kelas untuk menaruh tas.
***
"Teeng... teeeng...!!!" Bel sekolah telah berbunyi pertanda jam belajar telah dimulai.
Sudah menjadi rutinan bahwa jam pertama di hari Senin adalah upacara bendera. Murid-murid dari kelas satu sampai kelas enam berkumpul di lapangan sekolah. Mereka berkumpul sesuai dengan barisan kelasnya masing-masing.
Dalam upacara kali ini, kelas Dimas mendapat tugas sebagai petugas upacara. Dimas kebagian tugas membacakan teks proklamasi. Kepala sekolahnya, pak Agung bertindak sebagai Inspektur upacara. Tanpa berlama-lama, upacara dimulai. Semua murid mengikuti jalannya upacara dengan khidmat.
"Selamat pagi murid-murid yang bapak sayangi. Bapak ingin memberi pengumuman, harap anak-anak sekalian mendengarkan dengan seksama" tutur pak Agung saat di awal amanat Inspektur upacara.
"Bulan depan, tepatnya hari Rabu dan Kamis tanggal lima dan enam April akan diadakan lomba menggambar di tingkat kecamatan" sambungnya dalam memberi pengarahan.
Semua murid terdiam. Beberapa murid masih asyik berbicara dengan temannya di sampingnya.
"Pemenang lomba akan menjadi wakil Kecamatan ke lomba tingkat selanjutnya, yaitu di tingkat Kabupaten" lanjut pak kepala Sekolah.
"Untuk itu mulai hari ini, bapak dan ibu Guru kalian akan mengumpulkan hasil karya kalian untuk diseleksi. Selanjutnya yang terpilih akan mewakili sekolah kita untuk perlombaan tersebut" tegas pak Agung.
"Jadi bapak harap kalian semakin giat dan bersungguh-sungguh. Kalau ada yang belum jelas tentang pengumuman ini, selanjutnya bisa kalian tanyakan kepada bapak ibu Guru kalian di kelas. Sekian pengumuman dari bapak untuk kali ini. Terimakasih atas perhatiaannya" ucap pak Agung mengakhiri pengumumannya.
***
Setengah jam kemudian upacara selesai. Semua barisan disiapkan dan dibubarkan. Selanjutnya anak-anak masuk ke kelas mereka masing-masing. Di dalam kelas, semua murid gaduh, mereka membahas tentang pengumuman pak Agung saat upacara tadi.
Tidak seperti anak-anak yang lain. Begitu memasuki kelas, Dimas langsung duduk termenung di bangkunya. Ia lebih banyak bermain denga pikirannya. Ia membayangkan saat ia bisa mengikuti lomba menggambar di Kecamatan nanti.
"Mas! Kamu kok diam saja, memangnya kamu ndak tertarik sama lomba itu to? Disini kan kamu yang gambarannya paling bagus" tegur Setyo menyadarkan Dimas dari lamunannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Mudah Padam
Teen FictionKeterbatasan sudah menjadi bagian dari kehidupan. Dan melampau batasan masing-masing adalah pencapaian yang sungguh luar biasa. Di dunia ini banyak orang yang memiliki ambisi dan cita-cita untuk melampaui batasannya, begitupun pejuang tangguh bernam...