Confide

10 3 0
                                    

Hari ini, semua member berbenah. Membereskan dan membawa semua barang-barang mereka. Namun sebagian barang-barangnya ada yang didonasikan, dan ada pula yang diberikan boy group pendatang bighit. Mereka semua senang akan pemberian dari para sunbaenim. Beberapa barang juga sudah tertera tanda tangan masing-masing. Namun tidak untuk Jimin. Ia tetap berkarier sebagai solois di bighit entertainment. Tiga hari yang akan datang juga, bighit akan mempromosikan tentang solo nya kepada publik. Jimin juga sudah merekam beberapa singel dan album pertamanya di jauh-jauh hari sebelumnya.

Setelah semuanya melajukan kendaraan untuk pulang ke halaman rumah masing-masing, Jimin segera melambaikan tangannya dan memberikan doa agar selamat sampai tujuan dan semoga bisa berjumpa kembali.

Jimin memasuki ruang meeting bighit. Karena kali ini, dirinya, bang Sajangnim, dan produser musik akan membahas tentang peluncuran singel dan albumnya.

"Kali ini kita akan membuat konsep yang berbeda. Bisa dibilang, berbeda dari genre-genre sebelumnya. Bagaiman pendapatmu, Jiminie?" Tutur bang Sajangnim diawal meeting mereka.

"Maaf, tapi, bukankah aku sudah membuat beberapa lagu untuk singel dan albumku?" Jawabnya.

"Iya. Itu akan diambil beberapa nya saja. Selebihnya, semua dikerjakan oleh produser kita kali ini. Kau tau kan kita bekerja sama dengan pihak SM entertainment-"

"Aku tidak tau. Aku tidak tau tentang kerjasama ini," saut Jimin disaat perkataan bang Sajangnim belum terselesaikan.

Kali ini dirinya benar-benar dibuat heran dan bingung oleh bang Sajangnim. Seperti ada yang aneh. Jimin merasa ada sesuatu yang dirinya sendiri tidak tau. Biasanya, bang Sajangnim akan mendengarkan opini serta menghargai karya-karya dari artisnya, namun kali ini, seperti sudah gelap mata. Entah ada apa, dirinya juga tidak tau. Keduanya berjabat tangan yang ia ketahui sebagai persetujuan antara kedua belah pihak mengenai perihal yang sudah direncanakan sebelumnya. Benar-benar aneh.

Meeting tidak berjalan lama atau seperti biasanya. Hanya beberapa menit, kemudian semuanya pergi. Nampak jelas sekali bang Sajangnim yang terlihat tersenyum lebar merangkul pundak produser yang tak dikenalinya itu keluar dari ruangan. Kini ia sendirian di ruang meeting. Duduk melamun dan pada akhirnya mengeluarkan ponsel pintarnya untuk menghubungi seseorang.

"Anyeong, Hana. Kau masih bekerja? Aku bosan. Bagaimana kalau kita makan siang? Di tempat biasanya. Aku menunggumu," ucapnya di telfon dan sejurus kemudian langkahnya beranjak dari ruang meeting.

Confide

Dirinya lama menunggu. Sudah hampir setengah jam, bokongnya belum juga merasa panas. Matanya celingukan mencari presensi orang yang akan bertemu dengannya. Bukan kekasih, tapi lebih tepatnya teman dekat. Jimin selalu membagi kisahnya dan berkeluh kesah kepadanya. Seorang wanita cantik, baik, dan sopan. Ia bukan warga negara Korea. Hanya saja, pekerjaan lah yang mempertemukannya dengan wanita itu.

Setelah cukup penat matanya celingukan, yang ditunggu pun muncul juga.

"Jiminie, maaf tadi macet-"

"Tidak masalah. Duduklah!"

Setelah keduanya sama-sama duduk berseberangan, dan Jimin segera memesankan makanan di restoran itu, mereka dengan tenang memakan makanan yang dipesan.

Setelah makanan habis tak tersisa, barulah Jimin membuka mulutnya untuk berkeluh kesah kepada Hana, temannya itu.

"Hanasii!" Panggilnya

"Hem?" Jawab sang empu.

"Setelah ini aku akan meluncurkan singel pertamaku," tuturnya.

"Nee. Aku juga sudah mendengar berita itu," jawabnya santai dan gembira.

"Hem, tapi aku merasa ada yang aneh," ujarnya kembali.

Sesaat setelah lawan bicaranya mengerutkan dahi, lalu bertanya mengapa kepada Jimin. Ia hanya menggelengkan kepalanya sembari menurunkan mata dan mengerucutkan mulutnya.

"Ada apa Ji?" Tanyanya berulang.

"Aku tidak mau berburuk sangka sebelum aku mengetahuinya sendiri," jawabnya jelas. Dapat terlihat dari wajah Hana. Ia tampak menarik kedua sudut bibirnya kepada Jimin. Entah karena senyumnya itu menular, Jimin jadi ikut tertawa kecil setelah melihat Hana tersenyum simpul kepadanya.

"Ada apa? Kok ketawa?" Protesnya kepada Jimin.

"Entah. Mungkin karena senyum mu itu menular. Hehehe..." Jawab Jimin sembari terus tertawa. Dari yang tertawa kecil, lama-lama jadi tidak bisa dikontrol. Sampai-sampai, ia harus terjatuh dari kursi yang ia duduki.

Hana yang melihat itu tidak heran. Ia hanya geleng-geleng kepala, setelah itu memandang ke arah lain. Ia akan sangat malu jika Jimin sudah tertawa sambil terjatuh-jatuh, walau sebelumnya ia memang sering begitu. Dan pasti semua orang juga sudah tau akan hal itu.

"Ji, berhentilah! Aku malu melihatmu seperti itu!" Bisik nya agak sedikit memekik kepada Jimin. Tapi sang empu malah semakin geli, sampai-sampai ia harus menutupi mulutnya agar tidak tertawa lagi. Beberapa menit, lalu ia kembali duduk dan tidak tertawa lagi.

"Hanasii! Tanpa ku sadari, kau selalu membuatku merasa sedikit tenang dan nyaman. Bahkan kau juga pandai membuatku tertawa hanya dengan melihatmu tersenyum," ucapnya tiba-tiba.

Hana yang mendengarkan ucapan Jimin, mendadak terdiam. Cukup lama hening menggeluti mereka. Sampai Hana pun membuka suara, "Besok aku akan meninggalkan kota ini, bahkan negara ini,"

Jimin yang mulanya tenang, kini menjadi tegang. Tatapannya serius ia layangkan pada Hana. Ia juga mengerutkan dahinya sejenak. Bibir yang mulanya melebar, kini menjadi ciut kembali.

"Kenapa?" Tanyanya.

Lama, Hana menundukkan kepalanya sebentar. Setelahnya, kemudian ia mengangkat wajahnya dan menatap Jimin sekilas, lalu mengalihkan pandangan.

"Ada perpindahan tugas di perusahaan tempat bekerjaku, Ji! Sebenarnya tadi aku tidak bisa menemanimu makan siang. Aku harus mengurus pindahan ku. Tapi karena mungkin ini pertemuan kita yang terakhir, aku akan menyempatkan ini yang terbaik dan sebaik-baiknya," jelasnya panjang.

Terlihat kusut mulai merayapi muka Jimin. Hana yang memandang itu jadi tidak tega. Sebenarnya juga, ia tak ingin mengatakan ini semua. Dirinya juga tidak mau menghancurkan perasaan bahagia yang sudah ditanam Jimin sesulit itu hanya karenanya. Memang, Jimin adalah orang yang mudah sekali tertawa. Tapi, ia juga mudah untuk bersedih. Terkadang juga, ia sering merasa kesepian. Apalagi, sekarang BTS--perjalanan kariernya dulu bersama dengan teman-teman nya atau sudah seperti keluarganya kini juga beranjak pada karier masing-masing. Dan kemungkinan juga, hanya ada sedikit waktu luang untuk sekedar berbicara atau berkumpul.

"Dan kau tega meninggalkan ku sendirian disini?" Protesnya tak mau kalah.

"Ji, mengertilah aku sebentar saja. Masih ada ponsel kan? Kita bisa saling mengobrol melalui ponsel-"

"Aku takut jika nanti nomormu tidak bisa dihubungi lagi!" Sautnya.

Tbc.

Love Story; Bangtan7 [TAMAT!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang