(03)

84 15 0
                                    

Pagi cerah sinar mentari menembus ke jendela merebak ke dalam ruangan membuat suasana hangat serta nyaman-⛅.

Zoya masih dalam rasa mengantuk berat,dia masih mengingat bagaimana ia terselubung hangat di pangkuan Libra.

"I-ini?" Bangun sambil menggisik matanya.

!!!?


Jas milik Libra menyelimuti badan Zoya,Zoya tersentak lalu berpikir keras apakah pria itu pergi pulang tanpa jas? bagaimana dia bisa tidur dan tidak mengingat apapun?

"Ckk,ini pasti pengaruh obat tidur yang tadi malam dokter sarankan,bodoh sekali aku malu,kenapa aku harus meminum obat itu,bagaimana wajah ku saat tertidur?tolong aku siapapun aku sangat malu" mengacak prustasi rambut nya sendiri.

"Tapi terimakasih tuhan....malam ini aku cukup tidur nyenyak,terimakasih juga untuk rasa malu nya" Zoya mendengus kesal.

Tokk-tokk!

"Silahkan masuk" ucap Zoya.

Ternyata hanya suster,selama hampir 2 bulan suster ini yang menjaga Zoya dengan sukarela,dia orang yang sangat baik Zoya biasa memanggilnya 'suster Alina',suster alina bilang Zoya sangat mirip dengan mendiang anak nya,anak nya meninggal karena gagal ginjal tahun lalu.

"Bagaimana kabarmu hari ini?,sarapan hari ini beda dari kemarin sekarang sup ayam,kakek mu bilang kamu sangat suka dengan makanan yang satu ini" Mengusap surai coklat milik Zoya dengan lembut.

"Suster Alina?" Tegur Zoya

"Iya ada apa?" Tersenyum tipis ke arah Zoya,dengan tangan nya yang sibuk menyiapkan sarapan lezat kesukaan Zoya.

"Ini terlalu berlebihan,anda butuh istirahat,kenapa anda selalu menolak pergantian jadwal rawat,hanya untuk saya?saya baik baik saja".

"Tidak,tidak ada yang berlebihan aku senang merawat mu,sekarang makan aku membuatnya spesial untuk kamu" menyiapkan meja makan pasien,meletakan sup ayam yang masih hangat dan nasi putih yang masih berasap di atas meja.

"Kamu sudah bisa memengang sendok kan?atau mau saya bantu?" Tanya suster Alina

"Tidak,tangan saya sudah mulai membaik saya bisa" jawab Zoya dengan senyum tipis.


"Baiklah,cepat sembuh Zoya" mencium pucuk kepala Zoya lalu meninggalkan ruangan,hal barusan membuat Zoya sedikit tersentak.

Zoya berbohong sebenarnya dia belum bisa memegang sendok dengan benar.

"I-isshh ayo cepat aku lapar" mencoba untuk menggunakan sendok,tapi..


"Trank!"

sendok yang ia gunakan jatuh ke lantai

"Jari ku masih sakit,aku tidak mau jika harus memanggil Suster Alina kembali" hanya menatap makanan yang tepat berada di depan matanya itu,sambil sesekali meneguk air liur nya sendiri.

-

-

-

Sudah hampir 20 menit dia diam mentap ke arah makanan nya itu,sup nya sudah hampir dingin,Zoya murung dan berpikir dia tidak akan makan hari ini,tiba-tiba...

"Tokk!tokk"

"Zoya?ini aku julio boleh aku masuk?" Tanya julio dari luar ruangan.

"Y-ya silahkan" Tak butuh waktu lama julio masuk ke dalam ruangan.

''Zoya tolong tanda tangan disini untuk administrasi,kamu dapat bantuan dari pemerintah,jadi kamu tidak usah mengeluarkan uang." Memberikan selembar kertas,Julio bicara dengan nada dingin.

"Benarkah? terimakasih banyak ya tuhan" dengan bahagia Zoya menerima kertas itu dan memberikan tanda tangan di garis yang sudah di tentukan.

"Oke selesai,maaf menggangu waktu sarapan mu"

"Krekk"

Julio menginjak sendok yang di jatuhkan Zoya.

"Kamu menjatuhkan sendok?" Tanya julio,pandangan nya terarah pada tangan Zoya yang masih terlihat merah kaku.



"Makanya jangan sok bisa,jelas-jelas tanganmu masih sakit" menggerutu kecil,sambil membersihkan sendok yang ia injak menggunakan tisue basah di samping Zoya lanjut membersihkan nya dengan tisue biasa.

membasahi permukaan nasi dengan kuah sup ayam,julio menyodorkan sendok ke arah Zoya.

"Tidak,u-usah saya bisa melakukan nya se-" bicara nya terpotong oleh julio

"Sssssstttt,diam cepat makan nanti kamu mati kalau tidak makan" Dari wajah memang sangat dingin,tapi secara sikap dia perhatian,hanya pada orang-orang tertentu pastinya.

Dengan ragu-ragu Zoya menerima suapan pertama dari tangan Julio...

"Berapa umur mu" Tanya Julio

"18 tahun,sebentar lagi aku ulang tahun hehe" gadis itu berbicara dengan mulut penuh

"Aku tidak bertanya kapan ulang tahun mu" Dengan wajah dingin nya Julio kembali menyodorkan satu sendok nasi

"Kamu punya gigi kan,kenapa mengunyah nya lama sekali" Tutur Julio


Zoya kemudian dengan buru-buru menelan nasi yang ada di mulut nya,dan kembali menerima suapan yang Julio berikan


"Kamu masih sekolah?" Julio kembali bertanya


"Tidak,untuk makan saja aku masih kesusahan apalagi bersekolah" Jawab Zoya sambil tersenyum layak nya anak kecil



Julio merasa telah sedikit menyinggung hati gadis itu...



"Minum?" Julio memberikan segelas air ke arah Zoya


"Biar aku saja" Ucap Zoya

"Kamu tak lihat keadaan tangan mu?,luka nya masih belum kering"

Julio menyangga dagu Zoya supaya air nya tak tumpah ke baju gadis itu

"Aku tak percaya umurmu 18 tahun,kamu gadis berumur 11 tahun kan" Mengambil tisue di samping Zoya sambil tertawa kecil,lalu membersihkan daerah bibir Zoya dengan hati-hati



"Cepat makan,aku harus pergi kerja" Tegas Julio

. . .

Suapan demi suapan telah di berikan Julio pada Zoya,gadis itu kenyang.

"Aku terlambat 17 menit karena mu" Ucap Julio sambil melihat jam tangannya


"M-m-maaf,aku–" Zoya kebingungan untuk menjawab

Julio langsung pergi bergegas meninggalkan ruangan

"Terimakasih banyak" Zoya berteriak, tapi sayang tak di dengar kan


"Memang benar pria kaya selalu aneh" Zoya membaringkan dirinya di kasur dan kembali tidur.

—᭦0᭦—

-

  ⛶

-





Vote and Coment to next story !



See u in the next story - ♡♡♡







































ZOYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang