Kau berdiri di barisan paling depan saat upacara peringatan hari kesehatan sedunia. Matahari sudah mulai meninggi. Karena pleton angakatanmu tepat menghadap ke arah timur, alhasil siraman sinarnya benar-benar terasa terutama pada netra. Kala kau tengah fokus mendengarkan amanat dari kepala sekolah selaku pembina hari ini, tiba-tiba salah satu temanmu yang berada di barisan belakang memanggil namamu dengan suara rendah. Kau berusaha abai pada panggilan itu sebab menyadari sepenuhnya bahwa kau sedang berada dalam pantauan guru-guru. Satu kali. Dua kali. Tiga kali. Temanmu tak berhenti dan terus-menerus memanggil namamu. Akhirnya kau pun jadi penasaran. Sepenting itukah? Kemudian, dengan amat berhati-hati kau memutar kepalamu ke arah kanan dengan gerakan perlahan. Begitu kau melihat temanmu mengangkat kedua alis sekilas serta menggerakkan kedua bola mata—mengisyaratkan bahwa kau harus melihat sesuatu yang berada tepat di belakangnya. Kau serta-merta ikuti perintahnya tanpa curiga sedikit pun. Di detik berikutnya kau jadi sadar bahwa percaya pada temanmu adalah sebuah kekeliruan. Jelas saja, sebab tepat di belakang temanmu yang sedang tertawa puas tanpa suara itu, ada seseorang yang sangat ingin kau hindari mati-matian beberapa minggu terakhir ini. Meski kau sontak kembali pada posisi awal dengan kecepatan kilat, bukan berarti kau tak lihat bagaimana dia—lelaki itu sempat menatapmu sebelum akhirnya mengalihkan pandangan. Bersama jantung yang berdetak tak karuan, terlintas beberapa pertanyaan di benakmu. Tentang mengapa ia berbaris tidak sesuai kelasnya, tentang mengapa juga ia harus berbaris di kelasmu, dan tentang adakah maksud tersembunyi di balik semua ini.
[]
Hai, ini Ow. Terima kasih sudah membaca cerita ini. Semoga kalian betah, ya. Have a nice day♥
Start : Sat, 2020 August 22
KAMU SEDANG MEMBACA
Pirau
Teen FictionApa yang memicu jantungmu sampai berdetak abnormal, akal sehat habis bercecer di mana-mana, pun hati yang terlampau elusif? Copyright ©2020 by anlowenzahn