dua

36 10 0
                                    

Ibu memintamu pergi ke toserba yang letaknya di ujung jalan untuk membeli beberapa bahan yang sudah habis di dapur. Mulanya kau sedikit enggan sebab cuaca hari ini teramat panas. Sudah berhadapan dengan kipas angin pun rasanya masih kurang. Kau hendak mengusulkan pelimpahan tugas pada kakakmu yang sedang duduk manis di depan televisi. Tetapi kau urungkan sebab tidak mau sampai dengar omelannya tentang kau yang akan jadi anak durhaka, tentang kau yang terlalu manja karena takut sinar matahari, atau tentang kau yang kebiasaan bermain bola basket (istilah untuk kebiasaan mengoper tugas pada orang lain). Kau jelas tahu bagaimana mulut kakakmu yang melebihi petasan tahun baru itu. Dan lagi, kau tidak mau sampai ibu berkecil hati. Melihat anaknya bertengkar mengenai siapa yang harus pergi ke toserba; akan buat ibu berpikir bahwa ia sudah merepotkan dua anak perempuannya. Kalau sudah begitu, ibu akan langsung mengerjakannya sendiri tanpa meminta bantuan siapa pun. Tentu kau tidak sampai hati membuat ibumu berjalan di bawah terik matahari, padahal ia sudah lelah mengurus pekerjaan rumah yang tak ada habisnya. Jadi, dengan melapangkan hati kau bergegas mengambil hoodie biru yang tergantung di belakang pintu kamarmu sebelum akhirnya meluncur melaksanakan perintah ibumu tercinta.

Sekitar setengah jam kau habiskan untuk belanja semua barang yang ibu butuhkan. Tadi ibu memberikan uang lebih padamu. Kau ingat ada stan penjual jus buah di depan toserba sebelum kau masuk melewati pintu kaca. Ibu pasti tak akan marah bila uang kembaliannya dibelanjakan sedikit. Apalagi mengingat perjuanganmu berjalan lumayan jauh saat cuaca sedang panas seperti ini. Ibu adalah orang yang baik hati, pikirmu.

Kau lihat ada berbagai macam pilihan buah di sana. Tetapi pilihanmu langsung jatuh pada jus mangga sepenuhnya. Kau ingat betul bagaimana Hajae yang mengajakmu membeli sesuatu saat istirahat pada hari perlombaan waktu itu. Awalnya kau menolak, karena kau pikir akan lebih baik jika menyelesaikan pekerjaanmu terlebih dahulu. Tetapi dia tetap bersikukuh untuk mengajakmu istirahat. Kau pun mengiyakan. Saat berada di depan stan penjual jus buah, kau belum sempat berkata tapi Hajae sudah lebih dulu memesan dua buah jus mangga. Kau pikir sebegitu hausnya dia sampai-sampai membeli dua. Namun ternyata, saat pesanan jadi ia memberikan satu kepadamu. Sebenarnya kau sedikit kaget sebab kau tak ada niat untuk membeli jus sebelumnya. Tetapi karena barangnya sudah ada di tangan, apa boleh buat. Kau hendak mengambil uang dalam saku jaket kontingen yang kau kenakan, tapi lagi-lagi Hajae dengan santai memberikan uangnya untuk membayar kedua jus mangga itu. Kau pikir dia meminjamkan dulu uangnya padamu, sebab kalau menggunakan uang terpisah rasanya agak merepotkan si penjual.

Kalian berjalan menjauhi stan, kemudian kau bilang pada Hajae bahwa akan mengembalikan uangnya nanti. Hajae menoleh sebentar karena ia berjalan sedikit di depanmu, katanya, "Tidak usah dibayar. Aku membelikannya untukmu."

Karena kau pikir lelaki yang terlihat sangat menikmati jusnya itu bercanda, kau pun lantas bertanya, "Eh, serius?"

Tak ada kata yang terlontar, yang ada cuma gumaman singkat. Dan kau pun ucap terima kasih padanya.

[]

Jangan sungkan untuk komen. Semoga betah, ya. Have a nice day♥

PirauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang