tiga

27 9 1
                                    

Pagi-pagi sekali di hari Minggu kau sudah membantu ibu melakukan berbagai macam pekerjaan rumah. Mulai dari membersihkan kamar tidur, menyiapkan sarapan, menyapu, menyiram tanaman, mencuci baju, dan banyak lagi. Kali ini terasa lebih berat sebab kakakmu tidak ada di rumah. Ia menghadiri sebuah seminar yang diadakan kampusnya. Kakakmu begitu sibuk; sampai-sampai saat kau membuka mata, ia sudah tak ada lagi di tempat tidur. Kau memang berada satu kamar dengan kakakmu sebab kalian sama-sama tak suka tidur sendirian. Tempat tidurnya sudah rapi dan lagi aroma parfumnya sudah memenuhi rongga-rongga hidungmu.

Makan siang sudah lewat. Kau berdiam diri di dalam kamar hingga langit sudah hampir gelap. Selama itu kau hanya membaca buku, menonton film, atau sekadar mendengar lagu seraya berbaring di atas tempat tidurmu yang nyaman. Kakakmu belum pulang, pikirmu ia mungkin akan pulang saat malam atau mungkin besok sebab ia akan menginap di rumah teman. Tetapi suara motor yang baru saja memasuki halaman rumah membuat pikiranmu langsung terpatahkan, karena kau hafal betul kebiasaan kakakmu yang membunyikan klaksonnya tiga kali dalam tempo cepat—untuk menandakan bahwa itu dia.

Kau merasa lapar, jadi kau memutuskan untuk pergi ke dapur kalau-kalau ada sesuatu yang bisa dimakan. Begitu kau menapakkan kakimu pada lantai marmer yang terasa dingin, kakakmu masuk membawa sebuah kotak di tangannya. “Kau tahu, aku ini memang kakak terbaik yang pernah ada. Tidak bisa diragukan lagi. Aku bawakan makanan ringan oleh-oleh dari acara yang kuhadiri tadi. Bilang terima kasih, tidak?” ucap kakakmu dengan senyum congkaknya seraya menyodorkan kotak itu padamu. Kau tidak menaggapi betul kata-kata pertama kakakmu. Karena sungguh, kau sudah terlampau malas dengan kesombongannya itu. Jadi, kau hanya memasang senyum selebar mungkin, lantas mengambil dengan senang hati sebab kau tidak perlu repot-repot pergi ke dapur lagi untuk merealisasikan niatmu tadi. “Terima kasih, Kakakku sayang. Oh iya, apa untuk ibu dan ayah ada?” tanyamu. Sebab sudah menjadi kebiasaan dalam keluarga kalian untuk saling berbagi. Kakakmu yang tengah bersiap untuk membersihkan diri cuma menyahut dengan dehaman singkat.

Kau mulai menyantap snack pemberian kakakmu, dan saat itu kau serta-merta ingat waktu Hajae memberikan nasi kotak dan makanan ringan padamu malam itu. Tak ada yang aneh, hanya saja kau merasa gemas dengan cara Hajae memberikannya. Kau dan kontingenmu tinggal di sebuah penginapan selama pelaksanaan lomba yang berlangsung tiga hari. Kau dan Hasa memilih kamar nomor 10 yang letaknya ada di lantai 3. Dan kebetulan juga, Hajae serta Jian berada di kamar nomor 12. Saat kau sedang berbaring di tempat tidur seraya bermain ponsel, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar. Kau sontak bangkit untuk membuka pintu. Waktu pintu terbuka, ternyata Hajae sudah berdiri dengan satu nasi kotak dan satu makanan ringan di tangannya. Dan kau ingat betul bagaimana senyumnya yang membuat jantungmu mulai berdetak abnormal untuk kesekian kalinya.

[]

Terima kasih sudah membaca. Jangan sungkan untuk komen, ya. Have a nice day♥

PirauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang