S A T U

50 8 0
                                    

Sebelum membaca ada baiknya ucapkan bismillah dan tekan bintangnya guys

☀☀☀

"Nara belum bisa memberi mas Fathur jawaban sekarang, lebih baik mas Fathur bertemu dengan Abinya Nara. Bagaimana pun abi jauh lebih berhak atas Nara dibandingkan diri Nara sendiri."

Jawaban yang Nara berikan seminggu lalu pada Fathur berakhir dengan keluarga Fathur dan keluarganya sendiri berkumpul di ruangan paling depan dari dalam rumahnya. Nara sudah jelas dengan senang hati akan menjawab ya atas pertanyaan yang Fathur ajukan sejak seminggu lalu. Tapi Abinya?

perempuan bernama lengkap Anara Mahira itu bahkan tak tahu jika pria yang pertama kali ditemuinya satu bulan lalu akan datang menemui keluarganya hari ini. Sudah pasti ia dan keluarganya terkejut mendapati tamu besar yang datang tanpa pemberitahuan itu muncul di halaman rumahnya, berakhirlah mereka di ruangan itu menanti jawaban dari Abinya.

Jarum jam rasanya berdetak semakin lambat setiap detiknya, helaan nafas Abi menginterupsi semua makhluk yang ada di ruangan tersebut. Netra sang Abi tiba-tiba menatap tajam Fathur, yang ditatap sempat menampilkan raut kaget kemudian wajahnya kembali berekspresi normal, sungguh tak akan ada yang tahu betapa menggila jantungnya saat ini.

Abi menarik nafas panjang, semua orang kembali merasakan aura tegang menguat di ruangan itu. Sungguh pria yang disebut abi itu sangat ingin menyemburkan tawanya, Fathur menampilkan ekspresi yang menurutnya mengundang tawa. Baiklah sepertinya ia harus mengakhiri sesi menegangkan ini walaupun rasanya tidak rela mengakhirinya.

"kalau Abi sih sebenarnya mau mau saja nak Fathur menjadi menantu Abi, tapi..." semua orang kembali merasakan aura tegang itu, terutama Fathur rasanya ia ingin mati saja saat ini jika hanya penolakan yang ia dapat. Kemarin saat ia bingung untuk melamar seorang perempuan, perempuan itu malah meninggalkannya. Lalu sekarang, apa ia akan berakhir dengan penolakan? Melamar salah tidak melamar apalagi.

"tapi sepertinya Nara, anak Abi yang cantik ini tidak mau nak Fathur jadi suaminya" ucap abi seraya menepuk pundak nara.

Nara sontak melotot mendengar penuturan Abi. "enggak kok bi, Nara mau, Nara mau mas Fathur jadi suami Nara." semua orang tergelak mendengar nara mengelak terhadap ucapan Abinya.

Mendengar keributan yang terjadi setelah insiden pengelakannya beberapa detik lalu Nara menunduk dalam, ia malu sekarang, bagaimana bisa nara mengatakan hal yang menurutnya privasi semudah itu.

"nah kan anak bungsu Abi udah jawab, sekarang Abi bisa apa selain merestui nak Fathur?" ucap abi dengan disertai kekehan di akhir kalimatnya. Helaan nafas lega pun muncul dari arah Fathur, rasanya setelah ini semua akan berjalan mudah. Dan tentunya indah.

"Abi, Nara malu." nara terus menundukan wajahnya. ah, entah bagaimana caranya nara menunjukan wajahnya pada dunia besok, rasanya ia sudah tak punya cukup keberanian untuk menunjukan barang seujung kuku.

"udah ah bi, anaknya malah diejekin gitu. Kasihan tau, nanti dikiranya nara gimana-gimana sama nak Fathur dan keluarga. Masa lagi acara penting gini Abi masih bercanda." melihat kelakuan suaminya yang membuat putri bungsunya malu membuat wanita bergelar Umi tersebut menegur suaminya.

"gak apa-apa bu, lumayan latihan buat Fathur. Dia kan nanti bakal akad, biar deg-degannya dicicil dari sekarang. Fathur juga gak akan kenapa-kenapa paling makin jatuh cinta sama nara ya kan" ucap ibunda Fathur disertai senggolan pada pundak anak tunggalnya.

"iya, gak apa-apa om, Fathur gak masalah. Jadinya sekarang Fathur lega sekali mendengar jawaban Nara" ah, akhirnya ia bisa mengucapkannya dengan lancar. Ini baru melamar bagaimana saat akad pikirnya. Bisa saja nanti ia mati jantungan saking gugupnya.

"jadi, karena Nara sudah menerima lamaran Fathur bagaimana jika kita rundingkan kapan baiknya pernikahan mereka. Karena sesuatu yang baik haru disegerakan bukan." suara ayah Fathur menjeda candaan para manusia berbahagia ini.

"benar sekali pak, sepertinya calon pengantin ini sudah tidak sabar mengubah status mereka." ucapan Abi mengalihkan pandangan Fathur dari Nara saat itu juga. Bagaimana bisa ia tertangkap basah memandangi calon bidadarinya ini.

"kalau ayah si sebenarnya gak masalah menikahkan kalian saat ini juga. Tapi ayah tau detak jantung kamu baru reda, ayah hanya tidak mau kamu mati muda hanya karena meminang seorang gadis." fathur melotot, bagaimana bisa seperti itu. Bahkan ia belum merasakan indahnya menjadi seorang suami.

"sudah-sudah jangan melotot gitu. Abi juga gak mau putri Abi jadi janda muda, mending janting kamu istirahat dua minggu lagi bagaimana? Kalau terlalu lama nanti syawwalnya keburu lari." sebenarnya abi tidak bermaksud menggoda Fathur, hanya saja melihat raut terkejut calon menantunya ia tidak tahan untuk menggodanya.

"benar, syawwal itu bulan yang disunnahkan untuk menikah. Ayah sih setuju dengan usulan pak umar, kalian gimana?" ucap ayah seraya mengarahkan pandangannya pada putranya.

"Fathur setuju saja kalau Nara setuju." sekarang giliran nara yang menjadi pusat perhatian semua orang di ruangan itu.

"Nara juga setuju." ucap Nara dengan tetap menunduk. Sungguh, Fathur berpikir bagaimana bisa calon istrinya menundukan kepalanya sejak tadi.

Setelah kesepakatan mengenai waktu baik untuk melangsungkan akad bagi keduanya didapat , kedua keluarga itu kembali melanjutkan obrolan. Banyak hal yang menarik untuk diperbincangkan, apalagi pekerjaan kedua kepala rumah tangga itu hampir sama. Obrolan itu seperti tak ada habisnya.

Keadaan yang sama juga terjadi pada dua wanita yang akan berbesanan dua minggu lagi. Semua orang pasti tahu bagai mana wanita jika dipertemukan sesama kaumnya, walaupun kedua ibu itu bukan penggila ghibah, tetap saja setiap hal mereka jadikan topik perbincangan.

Lalu, apa kabar calon pengantin yang budiman? Tentu saja mereka asik dengan diamnya. Sesekali mereka menanggapi ucapan orang tuanya, sisanya mereka menikmati degup jantung mereka sendiri.

To be continue

Haii para readers. Terima kasih yang sudah berbesar hati baca cerita ini. Maaf banget bagi yang merasa kalo part ini gaje, plis maaf banget. Aku gak pernah ada di posisi ini soalnya.

Dan ini adalah cerita pertamaku yang aku publish. Jadi, harap maklum kalo ada diksi yang kurang tepat, kata yang salah penulisannya, atau kalo ada yang ngaco, di sini a di situ b.

Harapan aku sih kalian enjoy baca cerita ini, sumpah publish cerita ini mikirnya berhari-hari, takut ada penolakan. Kalian bebas komentar, tapi komentar yang membangun oke, insya allah aku terima semua kritik dan saran kalian. Kritik dan saran kalian sangat penting buat aku, jadi komentar yaa kalo ada yang menurut kalian salah.

Oke, aku udah kebanyakan ngomong. Kalo gak distop bakal malah curhat.

Tandai jika ada typo atau kata-kata yang kurang sesuai

Part dua insya allah akan aku usahakan secepatnya yaa. See you guys.

-Didadaaam-

BlessureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang