Sekarang pukul 5 pagi. Langit masih gelap dan pria yang memperdaya Rahee juga masih terlelap. Sesudah membersihkan diri, Rahee menghabiskan lima belas menit dengan termenung di depan wastafel. Kejadian semalam berputar kembali dan dia ingin muntah. Tubuhnya hancur. Ada banyak jejak keunguan disetiap jengkal tubuhnya, pun bekas kemerahan akibat ikatan dipergelangan tangannya juga nampak mengerikan. Jangan lupakan kewanitaanya bahkan masih terasa sakit.
Rahee menunduk dan benar muntah.
Setelahnya dia bergegas, kemudian mengambil dompet dan jaket milik pria itu. Memalukan jika dia keluar dengan pakaian mini ini. Tidak lupa dia juga memungut tisu bekas dari tempat sampah. Rahee melirik sekilas pada pria yang masih tertidur pulas di ranjang. Hatinya lagi-lagi merasakan sakit luar biasa. Satu permintaannya, yaitu jangan sampai ada pertemuan-pertemuan lain.
Berjalan keluar, Rahee terkejut mendapati ada seseorang yang meringkuk di depan paviliun. Seorang pria berusia sekitar 30-an.
"Selamat pagi. Apa Sean masih tidur?" orang asing itu menyapa dengan mata setengah terbuka. Dilanjut menguap lebar-lebar sebelum beranjak dari kursi yang semula dijadikan tempat tidur. "Kau sepertinya tidak mengenaliku. Aku Aditya, manajer Sean. Kau artis dari agensi mana?"
Jadi, nama pria itu Sean? Dan manajer? Untuk apa?
Saat Rahee akan berlalu, Aditya menghadang dengan merentangkan kedua tangan, "Mungkin aku terkesan tidak sopan, tapi bisakah kau menandatangani surat ini terlebih dahulu? Dan di tas ini ada uang untukmu."
"Surat pernyataan tutup mulut," setelah membaca judul teratas dari kertas yang Aditya berikan, Rahee tak segan merobeknya. Batinnya menerka, apakah yang terjadi semalam sudah direncanakan? Sehingga Sean langsung menyuruh orang untuk mengetik draft sampah semacam ini?
"Katakan pada pria bajingan itu, bahwa seumur hidupnya dia harus merasa bersalah padaku. Aku akan pastikan itu."
Aditya menganga. Baru kali ini dia menerima penolakan. Oke, memang di sini konteksnya adalah Sean yang ditolak. Namun biasanya semua gadis yang ditiduri Sean patuh, terlebih jika melihat jumlah uang yang Aditya bawa sekarang. Dia penasaran, kesalahan apa yang Sean perbuat sampai-sampai ada gadis yang menolak bekerjasama dengan mereka.
---------
"Minumlah dan tenangkan dirimu."
"Terima kasih," kata Rahee.
Segelas kopi hangat melingkar di telapak tangannya. Dia menyeruput pelan-pelan. Kerongkongannya membaik dan dihabiskanlah setengah. Lambungnya persis kosong sejak semalam. Ah, semalam. Mengingat itu menjadikan batinnya berkecamuk lagi.
"Kau bisa menceritakan kronologinya jika sudah siap," tutur si polisi.
Ya, Rahee memutuskan mendatangi kantor polisi. Melapor sebagai korban pemerkosaan memang cukup sulit, bukan prosesnya, melainkan lebih ke diri korban. Rahee mengalami itu. Dia sungguh malu, takut, risih, namun di saat bersamaan diharuskan mengingat baik-baik kejadian semalam agar pria bernama Sean mendapatkan hukuman setimpal.
Diceritakanlah dari awal. Polisi pria itu mulai mengetik laporan di laptop. Ketikannya terhenti manakala Rahee menyebutkan tempat terkutuk, Yayasan Black Diamond.
"Apa kau mabuk?" tuduh si polisi. Rasa simpati berubah menjadi arogan.
"Tidak. Aku tidak minum alkohol. Aku bahkan membawa barang bukti."
"Kau ternyata salah satu gadis dari Yayasan Black Diamond," gerak tangan Rahee yang tengah merogoh tasnya terhenti. Padahal dia memiliki kartu pengenal Sean dari dompet yang diambilnya, juga beberapa lembar tisu –ada sperma Sean di sana. Itu bisa menjadi bukti kuat. Tapi apa maksud dari ucapan polisi tadi? "Di Black Diamond hanya ada pelacuran, bukan pemerkosaan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped By The Devil
FanficAngelia Rahee terjebak disebuah tempat bernama Black Diamond. Dikenal sebagai yayasan para politisi dan penggiat hiburan, nyatanya Black Diamond melakukan transaksi untuk pelacuran. Di sanalah Angelia bertemu Sean Ivano, drumer Band HEXID yang digil...