6. Perkenalan dengan Band HEXID

382 30 5
                                    

"Minggu depan HEXID akan memulai tur Asia. Kau harus ikut bersama kami selama satu bulan penuh."

Perkataan Aditya berhasil membuat Rahee yang sedang minum tersedak. Kerongkongannya kering sejak manajer dari Sean datang menjemput. Dan sekarang mereka sudah tiba disebuah rumah mewah. Rumah mewah milik Sean lebih tepatnya.

"Jika aku ikut, bagaimana dengan adikku?"

Aditya memijat kepalanya, paham. Kemarin saat dia memindahkan Bimo ke kamar VIP, dia tahu bahwa adik dari Rahee memang sedang sakit parah. Namun Aditya harus membuat Rahee bersedia ikut tur Asia. Akan melelahkan jika dia mencari gadis berbeda di setiap negara sebagai teman tidur Sean. Oh, barusan memang terdengar sangat egois, tapi sejak kehadiran Rahee, Aditya bisa sedikit bernafas lantaran Sean hanya terpaku pada gadis ini saja. Sisi baik lainnya adalah untuk sementara waktu karir Sean akan aman dari urusan wanita. Rahee benar-benar telah menyelamatkan banyak nyawa.

"Apa kau mau menggunakan jasa perawat pribadi?" Aditya memberikan saran.

Rahee menggigit bibir bawahnya ragu, "Itu terdengar bagus, tapi aku tetap tidak bisa meninggalkan Bimo selama satu bulan berturut-turut. Aku takut jika terjadi sesuatu yang buruk dengannya."

"Kau terlalu banyak memiliki ketakutan."

Pemilik suara barusan adalah Sean Ivano.

Sean menuruni anak tangga sambil memegang segelas alkohol. Dia memerhatikan tajam Rahee yang tengah duduk resah di sofa. Air putih yang sempat diminum Rahee berhasil membasahi kaus gadis itu. Apa ini taktik Rahee untuk menggoda dirinya?

"Aditya, kau bisa pergi sekarang."

Rahee ikut berdiri meniru Aditya. Gadis ini menolak ditinggal sendirian bersama Sean, walau dia tak dapat mengelak jika tujuannya kemari yaitu sebagai pemuas nafsu pria tersebut. Tapi jangan lupakan fakta bahwa Rahee tak pernah menginginkan ini. Dia terjebak oleh permainan Sean.

"Apa kau bodoh, Angelia Rahee? Kau tetap di sini bersamaku."

"Tenang saja. Sean tidak sejahat itu," ujar Aditya seraya meremas bahu Rahee.

"Don't touch her, Aditya. She is mine."

Aditya terkekeh geli. Padahal Sean tahu kalau Aditya adalah tipe pria yang menyayangi keluarga. Terlebih lagi dia sudah memiliki anak. Tak ada rasa tertarik pada gadis lain, dia hanya menunjukan simpati.

"Ingat, Sean. Besok siang kau ada jadwal latihan dengan anak-anak."

Sean menyilangkan kaki di sofa, mengabaikan ucapan manajernya yang akhirnya pergi. Sean menyesap alkoholnya, lebih tertarik menilik tubuh Rahee yang demi Tuhan sangat menggoda. Padahal Rahee memakai pakaian tertutup, kaus lengan panjang dan celana jeans, namun mata Sean tetap saja jelalatan.

"You have got such a nice ass."

Rahee sontak memundurkan langkah, sebelum melarikan telapak tangannya guna menutupi area bokong. Sean tersenyum tipis atas respon yang dia terima. Padahal mereka sudah pernah tidur bersama, kenapa masih tetap malu-malu?

"Bimo membutuhkanku. Aku tidak bisa ikut tur denganmu."

Sean bangun dari duduknya dan menghampiri Rahee yang terus menunduk. Dia membelai rambut panjang itu, kemudian menariknya kuat-kuat hingga Rahee akhirnya mendongak, "Aku juga membutuhkanmu. Aku membutuhkan tubuhmu."

"Tidak bisakah kau memberikanku kelonggaran? Aku mohon," sekilas Rahee memejamkan matanya menahan sakit. Dia yakin rambutnya sudah tercabut banyak.

"Kenapa hari ini kau terlihat lemah? Padahal kemarin kau membentakku dengan mata yang menyalak marah," Rahee bungkam. Mustahil dia akan melawan ketika Bimo berkali-kali bilang kalau dia menyukai kamar barunya. Kamar super mewah yang diberikan oleh Sean bajingan Ivano. Secara mengejutkan Sean mendorong tubuh Rahee hingga gadis tersebut tersungkur jatuh. Sean pun berjongkok, sebelum melemparkan sebuah plastik obat tepat ke pangkuan Rahee. "Minum pil ini dengan rutin. Jika kau melewatkannya apalagi sampai hamil, maka kau akan mati."

Trapped By The Devil Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang