Tania sabira

910 31 0
                                    

tania duduk di depan kaca riasnya akhirnya yg jadi pikirannya berhari hari telah terpecahkan juga. masalahnya juga satu persatu sudah selesai. di tambah kejadian tadi pagi di pasar. mencopet yg menamparnya tempo hari  karna tania menggagalkan aksi copetnya sudah tertangkap , ia tidak akan mencopet lagi.

"tan nih." nasih menyodorkan handuk yg berisi  es batu. tania menerimanya, mengompreskannya ke pipi sebelah kiri yg kena tamparan lagi sama pencopet tadi.

"sampai kapan sih tan kamu kaya gini? kemarin pulang dari panti berantem sama tukang parkir kemarinnya lagi bertantem sama tukang ojek , setiap ketemu penghuni asrama ganteng  itu juga berantem mulu." ujar karel ketus, baginya tania itu tak ada habisnya selalu berantem berantem.

"pencopet itu yg copet bunda hani ( pemilik panti asuhan) tukang parkir itu, kamu gk tau sih rel saat dia mukul anak anak pengamen itu , mereka kan cuman ngamen bukan nyuri kalou gk mau ngasih ya udah ngomong baik baik gk usah pake mukul segala. tukang ojek ya masa cuman 15 menit minta 100 rb gk masuk akal kan. kalou penghuni asrama itu sih dianya aja yg sombong, tapi udah baikan ko aku udah minta maaf duluan yah meski bukan aku yg salah."
tania masih mengopres pipinya

"eh tapi bu dais gak tau kan?" ujar tania lagi

belum juga nasih dan karel menjawab , pintu kamar di buka dengan kerasnya

"Tania...." terlihat sosok perempuan anggun nan cantik. meski sudah lanjut usia tapi kecantikannya masih terlihat nyata. Bu Daisah Ayudia pemilik yayasan daycare ( penitipan anak) sekaligus kepala sekolah TK bahagia.
bu dais masuk ke dalam kamar. menghampiri tania dan memeluknya.

"maafin tania bu" ujar tania lirih

bu dais melepaskan pelukannya , ia duduk di depan tania . mengambil handuk di tangan tania dan mengompreskannya pada pipi tania, tania hanya menunduk ia tak berani melihat ke arah bu dais begitu juga karel dan nasih hanya diam tanpa berkata apa apa.

"kamu ini selalu saja buat ibu kawatir." ujar bu dais. "ibu gk mau ya kejadia seperti ini terulang lagi , tidak hanya tania tapi semuanya , kalian paham ?"
karel dan nasih hanya mengangguk.
bu dais masih tetap mengompres pipi tania dengan lembut dan hati hati. masih terlihat rasa kawatir di wajar bu dais.

"sakit ya? " tanya bu dais kepada tania

"sedikit " hanya itu yg di ucapkan tania .
bu dais tersenyum kecil, ia tau tania pasti punya alasan tersendiri kenapa ia terlibat lagi perkelahian .

"oh ya gimana soal panti bu hani?"

"alhamdulillah bu, udah ada donatur yg mau membiyayai anak anak sekolah." jawab tania

"kenapa pihak sekolah menarik beasiswa anak anak?"

"tania juga kurang tau bu"

"ya sudah kalian istirahat ya, ini salep buat meredain lebamnya kamu gk mau kan besok fans kamu liat pipi kamu lebam" ujar bu dais , tania hanya senyum sumringah. fans yg di maksud adalah anak anak TK yg sellau menempel pada tania
" ibu duluan ya "

bu dais pergi meninggalkan tania karel dan nasih

"iya bu " jawab karel dan nasih serempak

sepeninggal bu dais

"tan jadi tadi kamu ke panti ngurusin anak anak sekolah?" ujar nasih

"iya, tapi alhamdulillah udah ada donatur yg mau biyayain mereka sekolah"

"kamu peduli banget ya sama mereka."timbal karel

"hanya ini yg bisa aku lakuin rel, aku juga gk bisa biyayain mereka sekolah kan."

karel dan nasih adalah sahabat seperjuangan tania. mereka adalah beby sitter di yayasan ini , ada 6 beby sitter tania, karel, nasih, siska , bu airin dan bu diana. tapi hanya tania, karel , nasih dan siska yg tinggal di yayasan . bu airin dan bu diani terpisah karna memang mereka sudah berkeluarga. tapi yg bekerja jadi suster di TK hanya tania dan nasih

* * *

TANIA SADIRA
wanita biasa kerkulit hitam manis, anak pertama dari 4 saudara. ayahnya yg hanya petani biasa berpenghasilan pas pasan sedang kan ayahnya harus membiyayai sekolah ke 4 anaknya. Tania merelakan harapannya untuk melanjutkan sekolah SMA favoritnya dan mengubur cita citanya. tak apa masih ada kesempatan lain, ujar tania. awlanya  ia hanya membantu ayahnya di kebun dan sore hari ia pergi ke pondok pesantren, baginya belajar agama adalah yg paling utama dari apapun. ibu tania sudah meninggal 5 tahun yg lalu. kanker yg menggerogoti ibunda semala 7 tahun. tak apa tania iklas mungkin dengan ibu kembali kepada allah ibu tidak merasakn sakit lagi , ibu menjadi sehat , semuanya dari allah dan akan kembali kepada allah itu yg menjadi penguat tania.
sampai akhirnya tani bertemu bu dawiah kakanya bu dais, yg menawarkannya untuk bekerja di yayasan . awalnya tania menolak tapi kemudian tania bersedia. bagaimanapun juga ia harus membantu ayahnya membiyayi adiknya sekolah. tak apa dia tidak bisa mencapai cita citanya setidaknya adiknya bisa melanjutkannya. tak terasa tania sudah 3 taun bekerja di yayasan baginya bu dais dan teman temannya sudah seperti keluarga ke 2.
soal panti asuhan tania tidak sengaja bertemu salah satu anak panti yg ke sasar , dari situlah tania jadi dekat dengan ibu panti dan juga anak anak

tania memang tidak cantik tidak pintar pula, tapi tania punya hati yg besar, sikapnya yg baik dan ramah membuat ia di sukai banyak orang , senyumnya yg manis membuat terpaku siapa saja yg melihatnya. setiap harinya tania selalu terlihat ceria.
tania suka sekali anak anak , makanya banyak sekali anak anak yg menempel padanya.
menginjak usia 22 tahun membuat tania semakin dewasa, hati hati dlm mengambil keputusan. berfikir dulu baru bertindak.

 Dia Abdi NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang