7. Jurang Dalam

4.8K 337 6
                                    

"Masa lalu, enyahlah kalian dari hidup gue!" -Audi Larasati.

"Halo, Pa."

"Re, kamu itu jadi anak kok kurang sopan santun. Memang kita udah ketemu di acara pelantikan, tapi mbok ya abis itu pulang ke rumah kek. Pulang dari US juga bukannya langsung nemuin papa mama mu, malah tinggal di apartemen!" Suara laki-laki paruh baya mengomel kencang di ponselnya pagi itu. Renaldi duduk membelakangi meja sehingga ketika Audi masuk ke dalam ruangannya ia tak mendengar sama sekali.

"Papa juga sih, Presdir tapi jarang dateng ke kantor."

"Buat apa ada wakil Presdir kalo papa masih harus dateng ke kantor?"

Ternyata hobi ngeles gue nurun dari dia. Gumam Renaldi.

"Nanti malem pulang ke rumah, kita makan malem bareng dengan pemilik Saint Hotel,"

"Saint Hotel? Ada Marissa juga?"

"Tentu ada lah."

"Re, ada meeting juga malam ini."

"Jangan membangkang kamu, ini untuk kelangsungan perusahaan juga."

"Ck, oke," dengan masam Renaldi menutup ponselnya dan cukup kaget ketika mendapati Audi sudah berada di depan mejanya.

"Ini kopinya pak, silakan."

"Audi," panggil Renaldi.

"Iya pak Re? Ada yang bisa saya bantu?"

"Sore ini tolong kamu dampingi Haris untuk meeting bersama Alexand Promosindo. Saya ada urusan mendadak, jadi sampaikan ke Haris kalau dia harus gantiin saya untuk mewakili meeting malam ini."

"Baik pak," Yes, ngga makan malem bareng dia hari ini, syukurlah.

"Tolong kamu catat semua dan sampaikan ke saya bagaimana progressnya."

"Baik pak Re."

Dengan tampang masam Renaldi kembali berkutat di depan laptopnya, Audi merasa sangat heran, tadi malam begitu hangatnya Renaldi padanya, tapi pagi ini seperti tak terjadi apapun. Ya memang ngga terjadi apa-apa sih, hanya pembahasan masa lalu yang terlupakan oleh Audi.

Hmm, bisa dibilang dia profesional sih, kalau di kantor ya bahas masalah kantor, gue ngarepin dia bahas apa sih emang? Aduh, konsen Audi, jangan lengah, lo harus jaga sikap dan kerja dengan serius.

"Kamu," Renaldi memanggil Audi yang berbalik untuk berjalan keluar ruangan, Audi pun menghentikan langkahnya dan kembali menghadap Renaldi. "Saya suka gaya rambut kamu hari ini, mulai hari ini dan seterusnya saya minta rambut kamu digerai terus ya, setelan baju yang kamu pakai hari ini juga cantik, Audi." ucap Renaldi menatap sekretarisnya dengan senyum menawan, tak disangka ia memerhatikan detail penampilan Audi.

"Hah? Makasih pak Re," mendengar ucapan Renaldi membuat jantung Audi berdegup kencang. "Bapak juga hari ini tampan seperti biasanya." Lanjut Audi, membalas pujiannya.

Renaldi mendengus senang. "Terima kasih, Audi."

Kok gue deg-deg serrr gini ya? Sadar Audi, itu cuma gombalan. Ya kali, suka-suka gue lah rambut gue mau diapain? Haha enak aja! Besok gue kuncir lagi deh ni rambut! Ngga bakalan gue kemakan rayuan gombalnya!

***

Waktu terasa begitu cepat, entah mengapa terasa seperti matahari ingin segera membenamkan dirinya hari itu.

"Ayo, Audi!" panggil Haris, sore itu mereka bersiap untuk meeting bersama klien. Audi pun menyusul Haris dan berjalan di belakangnya.

Seperti biasa karena terlalu loyal dengan Raharjo Group, kali ini mereka makan malam di restoran sunda yang masih dibawah naungan Raharjo Group. Sebagai induk perusahaan yang memiliki banyak jenis usaha, Raharjo Group selalu mengedepankan agar karyawannya dapat bersikap loyal terhadap perusahaan dengan memberikan gaji yang cukup tinggi diantara para pelaku usaha lainnya.

BOS VS MANTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang