9. Anyelir Merah

4.3K 275 1
                                    

Seperti pagi sebelumnya, kopi dan anggur segar sudah disajikan di meja kerja kebesaran Renaldi, tetapi batang hidung lelaki itu belum juga terlihat. Audi sangat penasaran apa maksud dari perilaku dia tadi malam, "sayang?" kata itu masih terus terngiang di telinga Audi.

Suara pintu otomatis lantai 10 pun berbunyi, membuyarkan Audi yang sedang termenung dikarenakan pintu lantai 10 dekat dengan meja Audi. Ia berdiri dan menyambut kedatangan Renaldi pagi itu.

"Pagi Audi," Sapa Renaldi yang langsung mendapat senyuman menawan dari Audi. Ia menyapa seraya terus berjalan ke dalam ruangannya tanpa menatap pada sekretarisnya.

"Pagi pak Re."

Renaldi membuka jas dan menggantungnya di tiang jas, disusul oleh kedatangan Audi yang membawa beberapa berkas kehadapan lelaki itu.

"Ini jurnal dari divisi keuangan yang harus di tanda tangani pak," ucap Audi.

"Hmm, sepagi ini?"

"Iya, urgent katanya."

"Oke, akan saya tanda tangani segera Audi."

Kok dia biasa aja ya? Apa dia lupa semalem nelepon gue manggil-manggil sayang? Audi menggerutu dalam pikirannya. "Hmm, pak Re?"

"Iya?"

"Bapak, semalam baik-baik aja kan?" Tanya Audi, mencoba memancing penjelasan dari Renaldi.

"Iya, saya baik-baik saja."

"Oh, syukur kalau gitu."

Audi kembali ke mejanya, ia menatap Renaldi yang sedang sibuk membolak balik berkas-berkas di meja kerjanya. Entah mengapa melihat wajah Renaldi yang serius bekerja malah membuat Audi jengkel, terlebih sang bos tidak menjelaskan lebih lanjut. Bisa-bisanya ia berlaku seolah tak terjadi apa pun semalam.

Kok dia ga jelasin apa-apa sih tentang panggilan sayang semalem? Hmmm dasar buaya! Awas aja kalo dia bener permainin gue!

***

"What? Gila lo Re! terus Marissa ngga marah?" Wajah Haris terlihat shock mendengar cerita Renaldi.

"Ngga tau, gue ngga perhatiin," jawa Renaldi, datar. Asap rokok mengepul dari mulut dan hidungnya di atap gedung kantor siang itu.

"Audi pasti bingung sama kelakuan lo Re, lo kalo mau balas dendam jangan gini dong. Dulu kan Audi masih SMA, kalo gue tau dari awal alesan lo milih Audi karena masa lalu mending gue pertahanin dia di staf admin deh."

"Kan gua udah jelasin alasan gue milih Audi, kenapa sekarang lo kaitin sama dendam? Lo ngga percaya sama gua?" Nada bicara Renaldi sedikit meninggi membuat Haris sedikit grogi.

"Bu bukan gitu Re. Sorry , jadi kemarin bener-bener pure karna Marissa ya? Oke, oke, gue percaya." Haris manggut-manggut.

"Marissa job desk baru buat lo ya, Ris,"

"Hah? Maksudnya?"

"Urusin deh tuh cewek, jangan sampe buat onar di kantor. Saint Hotel bentar lagi mau gabung, siap-siap dia bakal bolak-balik kesini,"

"What? Jangan gila dong, Re. Masa gue yang harus ngurus dia?"

"Jadi, lo nolak perintah direktur?"

"Nah, mulai kan. Pake bawa-bawa jabatan." Gerutu Haris.

"Gue ngga bercanda, Ris. Nolak perintah gue silakan bikin surat resign."

"Masalahnya, bukan cuma Marissa, Re. Masih ada Nikita yang juga bentar lagi bakal buat onar disini. Lo lupa?"

"Ck, iya iya gue tau."

BOS VS MANTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang