30. Perkenalan

2.2K 156 2
                                    

"Re, jadi ini calon kamu?" Tanya mama Elena dengan dinginnya, ketika mereka hendak menyantap makan malam di ruang makan nan mewah itu. Papa Budi duduk tepat di samping mama Elena, wajah mereka terlihat sangat serius. Audi tak menyangka mama Elena sangat menawan dan sangat cantik, melebihi dari foto yang pernah ia lihat di situs mesin pencarian kala mencari tahu tentang keluarga Raharjo.

"Iya ma, ini Audi calon menantu mama dan papa," jawab Renaldi.

"Salam kenal tante, om." Sapa Audi dengan grogi. Ia menyodorkan tangan untuk bersalaman namun tak di gubris oleh Elena.

"Cih, jadi rumor yang beredar itu benar Re? Dia sekretaris kamu kan?" Tanya mama lagi kali ini lebih ketus.

"Emang kenapa kalo dia sekretaris aku ma?!" Nada suara Renaldi balas meninggi.

"Kamu tuh kalo pilih calon yang bener dong Re! Dia ga setara sama kita! Sadar ga sih kamu?!" Bentak mama.

"Aku ga peduli ma! Re cinta sama Audi! Mama jangan atur-atur Re!"

"Re, berani betul ya kamu bentak-bentak mama!" Teriak papa Budi.

Audi terdiam, terbelalak melihat keributan yang terjadi di hadapannya. Air mata mengambang di ujung mata, ia benar-benar tak tahu harus berbuat dan berkata apa, lidahnya menjadi sangat kelu.

"Sayang?" Panggil Renaldi pada Audi yang sedang tertidur di mobil, dengan lembut ia membelai rambut Audi. Lelaki itu menjadi heran karena kekasihnya seperti mengerang dalam tidur lelapnya. Lalu Renaldi mencoba mengguncang pelan bahu Audi. "Hei, sayang?"

"Hah?!" Audi terbangun kaget, keringat dingin membasahi dahinya. Ternyata semua yang terjadi hanyalah mimpi, gadis itu menelan ludah dan melap dahinya yang berkeringat.

"Kamu kenapa sayang?" Tanya Renaldi, merasa khawatir dengan keadaan Audi.

"Ngga apa-apa yang, aku abis mimpi tadi."

Mendengar jawaban Audi membuat Renaldi merasa lucu, ia tersenyum dengan senyum menawannya. "Perjalanan kita ga sampe satu jam lho, bisa-bisanya kamu ketiduran sampe mimpi segala."

Syukur Renaldi tak menanyakan lebih lanjut mengenai mimpi Audi, gadis itu semakin ragu saja untuk berkenalan dengan kedua orang tua kekasihnya. Apa mimpinya akan menjadi kenyataan? Sungguh Audi sangat khawatir, bagaimana jika benar ia di tolak mentah-mentah oleh keluarga Renaldi? Ia harus mempersiapkan diri untuk segala sesuatu yang akan ia alami sebentar lagi.

Lalu mereka turun dari mobil, kaki Audi terasa berat untuk melangkah. Melihat kekasihnya yang sedang meragu, Renaldi menghampiri Audi dan menggandeng tangan gadisnya.

Kemudian mereka masuk ke dalam rumah super mewah itu. Lobi rumah yang bergaya klasik tersebut begitu luas dan panjang, para pelayan datang memberi salam untuk kedatangan Renaldi dan Audi, keduanya berhenti di depan pintu kaca dan masuk menuju ruang makan.

"Tangan kamu dingin? Kamu baik-baik aja kan?" Tanya Renaldi yang masih menggandeng tangan Audi.

"Ngga apa-apa kok, kayaknya karna grogi jadi dingin gini tangan ku."

"Tenang, mama papa aku ngga gigit kok," sempat-sempatnya Renaldi berguyon di saat seperti ini. Audi hanya tersenyum lemah menanggapinya.

Sesampainya di ruang makan, Elena dan Budi bangkit dari duduknya dan menghampiri Audi yang baru saja tiba bersama Renaldi. Wajahnya sumringah, seperti melihat sesuatu yang sangat mengagumkan. Belum sempat Audi mengucapkan salam dan mencium tangan Elena, wanita itu justeru meraih tangan Audi lebih dulu.

"Jadi ini yang namanya Audi," ucap Elena, dengan ramahnya.

Perbedaan 180 derajat daripada mimpi yang Audi alami tadi, yang awalnya merasa grogi, kini ia menjadi sangat lega. "Iya, salam kenal tante, om," balas Audi, seraya mencium tangan Elena dan Budi dengan santun.

"Cantik, lebih cantik dari foto yang Re kasih liat. Papa kira kamu bohong Re," sindir Budi pada anak satu-satunya itu.

"Iyalah pa, semesta memang ciptain Audi khusus untuk Re. Makanya dia cantik," sahut Renaldi, narsis adalah ciri khasnya. Bahkan di depan kedua orang tua sendiri ia berperilaku seperti itu.

Mendengarnya membuat mereka saling tertawa, Elena menggelengkan kepala mendengar perkataan Renaldi. "Maaf ya Audi, Re memang begini. Persis papa nya yang narsis."

"Hehe iya tan, udah paham banget kok sama sifatnya pak Re."

"Ayo Audi. Kita makan dulu," ajak Elena.

"Oh iya tante."

Lalu mereka saling duduk di kursi makan dan para pelayan datang membawa berbagai hidangan yang sudah di siapkan oleh chef khusus keluarga Raharjo.
Bukan hal yang baru untuk Audi dengan sajian mewah di hadapannya, mengingat Renaldi acap kali selalu memanjakannya dengan kemewahan.

"Jadi, kalian udah nentuin tanggal?" Tanya Budi di sela-sela santapan makan malam mereka.

"Tanggal?" celetuk Audi, spontan.

Budi mengangguk. "Iya, tanggal pernikahan."

Glek!

Mata Audi langsung mengarah pada Renaldi.

"Belum pa, masih mau dibicarain lagi nanti." Jawab Renaldi.

Elena meletakkan garpu dan sendoknya. "Ga bisa nanti, harus segera. Kalo bisa tahun ini juga."

Tahun ini? Sekarang aja udah akhir Agustus. Gumam Audi.

Renaldi dan Audi saling menatap tak menjawab, mereka bingung dengan tekanan kedua orang tua ini.  Sebenarnya Audi sangat senang dirinya bisa di terima di keluarga Renaldi, namun ia tak menyangka jika harus segera menikah dengan bosnya secepat itu.

***

Usai makan malam, Audi melihat-lihat foto keluarga di ruang tengah kediaman orang tua Renaldi. Ia berkeliling bersama mama Elena. Terlihat dalam sebuah bingkai, Renaldi kecil sedang menunggang kuda, memang kharisma Renaldi sudah terlihat sejak ia kecil. Senyuman tipis menghiasi wajah Audi ketika melihat foto-foto menggemaskan itu.

"Ini waktu Re mampir ke tempat om nya di Belanda," jelas Elena.

"Ada keluarga di Belanda juga ya tan?"

"Iya, adik tante tinggal disana. Kalau di US, ada kakaknya om Budi. Jadi waktu kuliah disana, Re tinggal bersama pakdenya."

"Oh gitu."

"Tante sama om bersyukur dan sangaat lega akhirnya Renaldi bisa bawa calonnya kesini, tante sempet punya pemikiran buruk soalnya,"

"Hmm? Pemikiran buruk soal apa tan?"

"Iya, tante kira Renaldi punya kelainan seksual."

Audi cukup kaget mendengar perkataan Elena. Kelainan seksual?! "Kok gitu tan? Sejauh yang saya kenal, pak Re normal-normal aja seperti lelaki pada umumnya."

"Iya, itu cuma kekhawatiran tante sama om aja. Soalnya Re ga pernah keliatan deket sama perempuan mana pun, apa lagi pacaran. Makanya tante takut, apa lagi sempat tinggal di US yang pergaulannya bebas dan terkenal dengan LGBT nya."

Lalu Audi teringat dengan perkataan Renaldi kala sedang berada di apartemennya. Ternyata memang benar adanya, padahal Audi sempat tak memercayai jika Renaldi tak pernah dekat dengan wanita mana pun.

"Oh, iya tan, pak Re sempet cerita katanya sibuk kuliah. Terus setelah lulus sibuk kerja, jadi ga sempet mikirin pacaran."

"Tante juga tau itu nak Audi. Asal kamu tau yang ngejar-ngejar itu banyak lho. Tapi ga ada satu pun yang jadi pacarnya."

Audi menunduk, ia tersenyum lucu karena teringat perkataan Renaldi kalau hanya Audi lah yang membuat Renaldi menjadi seperti ini. Seandainya ia dulu mau di ajak berkenalan dan membuat lelaki itu memenangkan taruhannya, apa kisah mereka akan berubah?

Entahlah.

Yang pasti Audi merasa sangat lega, dan bahagia karena kini kisah cintanya berbuah manis dengan lampu hijau yang telah di berikan oleh kedua orang tua Renaldi.

"Maka dari itu, tante harap kalian bisa secepatnya menikah. Supaya tante dan om Budi tenang, dan ngga kepikiran yang aneh-aneh lagi," lanjut Elena.

"Oh iya tante." Jawab Audi, sepertinya tahun ini akan menjadi tahun yang bahagia untuknya dan untuk Renaldi.

***

BOS VS MANTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang