"Kau akan tidur di sini?!" ucap Wei.
"Tentu saja. Ini kamarku, tempat tidurku. Menurutmu di mana aku harus tidur?" ucap Lan dengan mata tegang.
"Aku tidak bisa tidur denganmu. Aku tidak percaya padamu. Tuhan tahu kapan kau akan melompati ku lagi dan mulai melakukannya lagi, Tuhan yang tahu itu!" ucap Wei.
"Apa kau mengacu pada seks? Kalau begitu ... aku tidak tertarik. Aku sudah memberitahumu. Aku ... hanya tergoda padamu ... karena rasa ingin tahu dan perasaan yang memaksaku untuk mencium-mu. Itu saja! Aku tidak punya ketertarikan seksual padamu," ucap Lan tanpa ragu sama sekali.
"Ya! Bagaimana bisa kau begitu tidak tahu malu dengan mengatakan hal seperti itu secara terbuka?" Wei berteriak.
"Malu ... apa itu? Bagaimana rasanya? Apa gejalanya? Aku belum pernah mendengar kata ini sebelumnya? Apa artinya? Jelaskan!" Lan berkata dengan wajah lurus saat dia duduk di samping Wei di tempat tidur.
Wie masih terperangkap dalam rantai yang membuatnya tidak bisa bergerak.
"Malu adalah ... aaa ... aku tidak tahu ... hanya memalukan menjadi malu karena malu ... jika kau tidak malu-malu, kau tidak akan tidak tahu malu!" Wei sendiri bingung.
Penjelasan ini terlalu sulit bagi Lan Wang untuk mendengarkannya ... dia tidak mengerti apa-apa dan mengerutkan kening.
Wei mengerti bahwa dia mungkin marah, jadi ....
"Lihat! Biar kujelaskan dengan benar ... baiklah. Saat kau mengatakan atau melakukan sesuatu yang bertentangan dengan moral atau prinsip atau yang disebut jalan lurus yang dibuat oleh manusia ... itu memberimu alasan untuk merasa malu ... itu seperti aaahhh ... bagaimana aku menjelaskan ... ya! Apa yang kau lakukan kepada diriku di depan semua orang di aula kemarin malam ... kau seharusnya merasa malu karena itu tidak benar." ucap Wei.
"Maksudmu rasa bersalah. Gejala malu adalah ...?" Tanya Lan Wang.
"Aku harap kau tahu apa itu kesedihan!" ucap Wei.
"Ya. Aku mengerti gejalanya dengan cukup baik." ucap Lan.
"Ok! Jadi campur kesedihan dengan melanggar aturan dan prinsip, itulah yang sebenarnya disebut memalukan," ucap Wei Xiao bangga.
"Aku mengerti!" Lan Wang mengeluarkan buku harian yang sangat padat dan tua yang ada di bawah kepalanya dan mulai menulis gejala malu di dalamnya ....
"Apa yang kamu lakukan?" Tanya Wei sambil sedikit mengintip.
Lan menunjukkan buku harian itu ....
"Aku menulis gejala rasa malu agar aku dapat merevisinya dan mengingatnya." ucap Lan Wang.
Wei Xiao membalik halaman buku harian dan terkejut melihat semua jenis emosi tertulis dengan gejala fisiologis di dalamnya. Itu ditandai dan kotor. Sepertinya Lan Wang merevisinya setiap hari agar tidak melupakan gejala emosi apa pun. Tidak heran mengapa dia bisa dengan mudah mengatakan apa yang terjadi dengan Wei Xiao dan mencapai kesimpulan yang benar.
Setelah Lan Wang merevisi, dia kembali menyimpan buku harian itu dan berbaring di samping Wei Xiao dan tidur.
Kunci rantai itu disimpan di atas meja yang ada di sisi Lan Wang, ketika Wei Xiao mengira Lan Wang sedang tidur, dia perlahan-lahan bangun agar tidak ada suara yang terdengar dan mengulurkan tangan ke kunci dengan tangan terikat. Tepat saat dia akan mendapatkan kunci ... Lan Wang membuka matanya dan menatap dingin ke arah Wei Xiao yang sangat dekat dengannya saat dia terikat guna berusaha untuk mendapatkan kunci ....
"Air! Aku ingin air! Aku haus." Wei Xiao membuat alasan.
"Air ada di sisimu juga. Mengapa repot-repot datang ke sisi-ku?" ucap Lan sambil bangkit dan duduk di tempat tidur.
"Sesuatu jatuh ... di ... air. Jadi aku ingin air yang berada di sisimu. Hahahaha." ucap Wei Xiao.
"Kau menginginkan kunci. Aku dapat dengan mudah mengatakan bahwa kau berbohong. Kau menginginkan kunci." ucap Lan.
"Air!" ucap Wei Xiao.
"Kunci!" ucap Lan Wang.
"Air!" ucap Wei Xiao.
"Air!" ucap Lan Wang.
"Kunci!" ucap Wei dan terkejut. "Tidak! Maksudku air."
Lan mengambil gelas air itu dan memasukkan kunci ke dalamnya, dia memberikan gelas tersebut kepada Wei.
"Jangan bilang, aku harus minum air ini?" ucap Wei dengan mata terbelalak.
"Ambil kuncinya, bebaskan dirimu dan kabur." ucap Lan Wang.
Wei Xiao sangat terkejut, dia tidak percaya atas apa yang dia dengar.
"Apa?!" ucap Wei Xiao.
"Lari ... sejauh yang kau bisa selama 10 menit. Aku akan menunggu di sini sampai saat itu. Setelah itu aku akan datang mencarimu. Jika aku tidak bisa menemukanmu ... kau bebas selamanya. Tapi ..." Lan Wang berhenti.
"Tapi apa?!" ucap Wei Xiao.
"Tapi ... jika aku menemukanmu ... kau akan menjadi milikku selamanya. Kau akan bersumpah untuk tetap bersamaku selama sisa hidupmu dan bersamaku sampai aku mati ... pada hari kau mengingkari janjimu, aku akan membunuhmu dan kemudian bunuh diri juga." Lan Wang berkata dengan wajah sangat serius sambil menatap langsung ke mata Wei Xiao.
"Aku ... aku ... aku ... tidak tahu harus berbuat apa sekarang, tapi karena aku punya waktu 10 menit ... aku akan lari jauh ... kau tidak akan bisa menangkapku. Aku pembunuh nomor satu di kerajaan Wen. Kau benar-benar bodoh." Wei mengambil kunci dari gelas, membebaskan dirinya.
"Waktumu dimulai ... sekarang!" ucap Lan yang masih duduk nyaman di tempat tidur dengan wajah tanpa ekspresi, dia menyalakan stopwatch.
Wei Xiao memang pandai berlari dan melompati dinding dan atap, dia tidak memilih jalur normal, tapi dia memilih untuk melarikan diri dari atap, jalan yang bahkan tidak bisa dibayangkan oleh siapa pun.
Tik tok! Tik tok! Tik tok! Tik tok!
Akhirnya 10 menit berlalu, pangeran Lan Wang bangkit dari tempat tidur dan mengenakan mantelnya
Dia keluar dari kamarnya dan langsung mengikuti jalan yang dibuat oleh darah milik Wei Xiao di lantai, dengan tergesa-gesa, Wei benar-benar melupakan luka-lukanya yang disebabkan oleh rantai itu.
"Huh! Mengambil atap. Cerdas. Sangat cerdas tapi aku akan mengklaim dirimu untuk menjadi milikku hari ini. Kau tidak akan lari dariku hari ini dan seterusnya. Ninja! Huh! Sekarang giliran dosaku." Lan Wang berbicara pada dirinya sendiri dan melompati atap dan bergerak lebih cepat dari Ninja.
Bersambung ....
22 Agustus 2010
KAMU SEDANG MEMBACA
Symptoms of Love (Terjemahan) (√)
FanfictionPangeran Lan Wang dari kerajaan Lan menderita Alexithymia. Dia tidak memiliki emosi dan tidak bisa merasakan emosi orang lain. Dia tetap terisolasi hampir sepanjang waktu. Kerajaan musuh Wen mengirim seorang pembunuh bernama Wei Xiao untuk membunu...