Osamu Miya

8.4K 788 134
                                    

Osamu x Daughters (Miya Seira, Miya Seika) x Reader

2027 words

Warn TIMESKIP Spoiler!


🍙 🍙 🍙

Kamu tengah bernegosiasi cukup sengit dengan suamimu lewat telpon.

"Aku nyusul ya?"

"Gak boleh."

"Boleh ya..?"

"Gak boleh. Kamu jaga anak-anak aja di rumah."

"Samu..." Bibirmu melengkung membentuk pelangi, kesal dengan suamimu yang keukeuh dengan pendiriannya.

Mengetahui ekspresi ngambekmu dari seberang sana, Osamu membuang nafas, "Jawabanku tetap gak sayang," tegasnya, "lagipula aku udah biasa urus toko sendirian. Kamu di rumah aja menuhin keranjang belanja shop*e entar aku yang bayar."

Yappari, suamimu ini memang teguh pendirian kalau soal ginian. Padahal mau kamu kan bukan itu. Kamu menghela nafas kasar, kalau udah gini suamimu gak bisa ditolerir lagi.

Taulah apa rencanamu ya kan? Liat aja.

"Yaudah deh."

Kamu menekan kasar tombol decline.

Tuuuuttt----

Kamu meletakkan ponselmu di atas nakas dan berbalik pada kedua putrimu yang tengah asik dengan mainan masak-masakannya di lantai.

"Ayo! Putri-putri cantik mama! Kita pergi nginvasi papa!" Kamu terkekeh ala villain dengan bangganya.

"YAYAYAYYY!!!" Pekik kedua putrimu, ikut merayakan rencana kejutan untuk suamimu.

🍙 🍙 🍙

"PAPA!"

Dua putri Miya yang berumur 12 bulan langsung turun dari gendongan ibunya dan dengan langkah kecil dan hati-hati mendatangi papanya yang tengah beristirahat di salah satu sudut toko saat itu.

Tentu saja Osamu terkejut melihat mereka dan netranya langsung mengarah padamu yang berdiri dua langkah dari tempatnya. Penuh tanya.

Jika diartikan, maksud tatapannya adalah, "ini maksudnya apa? Kan udah aku larang. Kamu mau aku hukum?"

Glek.

Kamu membeku, menengguk ludah. Habis sudah. Padahal niatmu kan baik ingin mengunjunginya tapi kenapa segitunya sih?

Osamu menghela nafas kemudian mengalihkan pandangannya ke dua putri menggemaskannya yang sudah memeluk lututnya.

Laki-laki bersurai abu gelap itu tak dapat menahan senyumnya melihat kedua putrinya kemudian mengangkat mereka kepangkuannya, "mau ngapain kesini Seika sama Seira-nya papa...?"

"PAPA! PAPAAA!" Sahut mereka sambil bertepuk tangan.

"Ah.. Benarkah? Kalian.."

Tak sadar kamu ikut tersenyum melihat dialog tak jelas antara suamimu dan kedua putrimu. Ada rasa puas tersendiri yang kamu rasakan dengan hal itu.

Bagaimana tidak? Osamu yang udah kayak Bang Toyib (pergi malam pulang malam) membuatnya hanya bisa bertemu Seika, si sulung dan Seira, si bungsu ketika sudah tidur. Intinya ia tak banyak menghabiskan waktu dengan mereka sebab pekerjaan.

PAPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang