"Semua tentang bagaimana mencintai, bagaimana menerima, dan bagaimana menyayangi berawal dari diri sendiri."
*****
Duk!
Duk!
Duk!
Pintu kamar seperti ditabrak sesuatu yang pelan dan temponya berdekatan.
Langkah kaki pemilik kamar mulai terdengar, dia berjalan mendekati sumber suara dengan sedikit was-was ketakutan. Pasalnya, dia berada di rumah sendirian. Pembantu rumah sedang berbelanja di supermarket dan orang tuanya yang seperti biasa sibuk dengan pekerjaannya.
Hmm, seperti biasa? Lebih tepatnya menjadi hal biasa sejak lima tahun lalu. Mata sembab dan bibir pucat terlihat jelas pada wajah pemilik kamar yang mendekati pintu kamarnya itu.
Hari ini adalah hari terburuk yang pernah dia alami, tangannya yang memar masih terasa sakit akibat kejadian tadi.
Sejak 30 menit yang lalu sebelum suara di pintunya itu, dia mulai menyalahkan diri sendiri. Luka memarnya semakin bertambah karena dia dengan keras memukul tubuhnya menggunakan balok kubus di kamarnya yang terbuat dari besi. Darah juga masih menetes dari lengannya yang dia sayat dengan silet.
DUK!
DUK!
DUK!
Suara itu terdengar semakin keras, tangan pemilik kamar itu terulur ingin membuka gagang pintu sebelum sebuah suara menghentikannya.
"Buka, aku ingin masuk."
Tangan pemilik kamar itu gemetaran mendengar suara lirih seorang lelaki dari luar. Pemilik kamar itu tidak jadi membuka pintu tapi malah mengunci pintunya.
Kupu-kupu berwarna hitam terbang dari luar dan memasuki kamarnya. Pemilik kamar itu sekarang meringkuk ketakutan di atas tempat tidurnya sambil memejamkan mata.
Duk!
Duk!
Duk!
Suara dari luar kamarnya itu semakin keras. Pemilik kamar itu ketakutan dan meringkuk semakin dalam. Badannya gemetaran dengan bibir yang semakin menggigil. Dia, benar-benar takut.
Kupu-kupu yang terbang di dalam kamar itu hinggap di lengannya. Merasakan ada sesuatu menyentuh lengannya, dia perlahan membuka mata. Semua hal yang membuatnya menyalahkan diri sendiri seketika lenyap. Entah mengapa kehadiran kupu-kupu ini seperti penenang.
Perlahan detak jantungnya semakin tenang, dia mulai mengabaikan semua hal yang membuat dia membenci dirinya sendiri. Diraihnya kotak P3K di meja samping tempat tidurnya itu. Dia mulai mengobati lukanya dengan sedikit was-was. Dia benar-benar tidak tahu yang berada di luar kamarnya itu hantu atau manusia jahat.
Setelah dia tenang, suara dari luar itu berhenti. Tidak lagi mengganggu dan membuat pemilik kamar itu menjadi lega.
Kupu-kupu di dalam kamarnya itu terbang keluar melalui ventilasi jendela. Melihat kupu-kupu itu pergi, pemilik kamar hanya tersenyum sedikit sedih.
Prang!
Suara kaca pecah terdengar di telinga pemilik kamar itu yang membuatnya melonjak terkejut dan menoleh ke arah cermin di kamarnya. Olesan darah segar terpoles mengerikan di cermin itu.
"Jika Taya Miller tidak mencintai raganya dan diri sendiri, biar aku yang memilikinya."
*****
Selamat membaca, bumbu horor di campur sedikit humor ini. Jangan sampai kalian gemas ya!
Dn.
KAMU SEDANG MEMBACA
MILLER: RAGA YANG HILANG✔️[Sudah Terbit]
HorrorMereka bilang Taya Miller terkena Skizofrenia, tapi Taya bilang jika semua yang dialaminya itu nyata. Sosok itu selalu mendatanginya dan ingin merebut raganya. Walau tidak selalu datang setiap saat, hanya saja dia selalu datang di saat yang tidak te...