Part 8--Sekolah

76 56 19
                                    

"Mengapa ada beberapa orang yang tidak menghargai dirinya sendiri dengan cara mencoba menyakiti tubuhnya?"

•••

Terik matahari membuat beberapa siswi pecinta make up berdecak kesal.  Keringat yang mulai menetes di dahi mereka membuat make up mereka luntur.

"Amanat pembina upacara, peserta diistirahatkan."

"Untuk perhatian! Istirahat ditempat, grak!"

Seorang guru dengan kepala botak dan kaca mata hitam yang bertengger di hidungnya itu maju. Para siswa dan siswi merasa kesal ketika melihat guru yang satu itu akan memberikan amanat. Siapa lagi jika bukan Bapak Bahri?

"Selamat pagi murid-murid Bapak ganteng yang tercinta. Pada kesempatan hari ini Bapak ingin melukiskan kata yang tak terhingga untuk bersyukur bahwa kalian masih bisa berkumpul di sini dan bertemu dengan Bapak yang ganteng ini."

Gubrak!

Seorang laki-laki dengan jaket diikat di kepalanya jatuh tersungkur di lapangan tempat penghuni sekolah SMA Kerta Jaya yang sedang upacara.

Di belakang laki-laki itu ada seorang pria paruh baya yang berlari membawa tongkat di tangannya. Siapa lagi kalau bukan Bapak Yoyo--guru BK di sekolah mereka.

"Bocah edan! Baris di depan sana!" titah Bapak Yoyo pada Bisma yang sedang tersungkur di lapangan itu.

Bisma berdiri sambil meringis karena jaket favoritnya tidak sengaja kena debu dan menjadi kotor. Mata Bisma melotot ke arah debu-debu yang ada di lapangan itu. Debu sialan! Bikin noda jaket aja!

Merasakan pelototan dari Bapak Yoyo dan tatapan aneh dari penghuni sekolah, Bisma menggoyang-goyangkan jaket di kepalanya sok ganteng. Dia berjalan menuju tempat yang ditunjuk Bapak Yoyo.

"Ekhem." Bapak Bahri berdehem dan membuat penghuni sekolah mengalihkan pandangan mereka kembali ke Bapak Bahri.

"Manusia itu memiliki tata tertib atau kedisiplinan. Jadi, jika kalian tidak punya mungkin kalian bukan manusia," ujar Bapak Bahri serius yang membuat Bisma melotot.

Lah, Bisma disindir Bapak guru botak. Bisma mencibir ke arah Bapak Bahri sebelum matanya melihat seorang gadis dengan wajah pucat di belakang barisan. Bisma tersenyum sambil mengedipkan matanya ke arah Taya sebelum Taya menundukkan kepalanya.

Sepanjang upacara Taya sama sekali tidak melihat Bisma dan seolah tidak kenal. Bisma yang mengamati itu memasang muka cemberut. Kemarin dia sempat melihat aura Taya yang aneh, warnanya memang terlihat gelap tapi di dalamnya ada warna-warni yang samar. Seharusnya jika aura mereka gelap tidak akan bisa ada warna terangnya.

Bisma memantapkan diri selepas upacara ini, dia harus menemui Taya untuk mengamati kembali aura gadis itu.

Upacara hari itu selesai dan para murid kembali ke kelasnya. Taya yang hendak kembali didorong oleh Jenny hingga hampir jatuh. Mata Jenny melihat Taya jijik dan melenggang pergi. Wajah Taya terlihat sangat pucat yang membuat Bu Deti-Guru IPA di sana khawatir dan menyuruh Taya ke UKS saja.

Bisma hendak berjalan menghampiri Taya sebelum sebuah tangan menariknya, "Heh biang onar! Sini ikut Bapak! Bapak mau kasih kerjaan buat kamu!" ujar Bapak Yoyo sambil menyeret Bisma.

"Tapi pak, saya mau ke... " Belum selesai Bisma berbicara sebuah pukulan tongkat mengenai pantatnya.

"Enggak ada tapi-tapian. Ikut Bapak sekarang!" perintah Bapak Yoyo dan membawa Bisma menuju ruang BK.

Sedangkan Taya dibawa oleh Bu Deti ke UKS untuk beristirahat sejenak.

•••

MILLER: RAGA YANG HILANG✔️[Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang