Part 3--Bi Tarsih

138 84 83
                                    

"Terlalu mengerikan hingga aku bangun pun masih terbayang. Aku takut, lagi-lagi didatangi mimpi buruk."

•••

"Pembunuh."

"Hah! Hah! Hah!"

Mata itu terbuka dengan deru nafas tak beraturan. Netranya menatap langit-langit putih ruangan. Seketika Taya teringat jika ia masih berasa di UKS sekolahnya. Ia mengamati sekitarnya, hanya sepi yang ia dapati dan ia yakin semua siswa bahkan sebagian besar guru sudah pulang sedari tadi.

Jam dinding menunjukkan pukul 16.30 artinya seharian ini ia berada di ruangan UKS dan melewatkan semua jam pelajaran hari ini. Terlihat hanya helaan nafas yang dapat ia lakukan. Toh, jika ia tak berangkat sekolah sekalipun tak ada yang akan memarahinya. Ayah dan ibunya bahkan lebih mementingkan pekerjaannya di luar kota. Memikirkan hal itu membuat suasana hatinya turun drastis.

Taya mendongak menghadap ke arah luar jendela. Langit yang mulai berwarna khas sore itu terlihat jelas di sana. Saat ia hendak bangkit untuk berdiri, tak sengaja netranya melihat seekor kupu-kupu hitam terbang di ruangan tak jauh darinya.

Kupu-kupu hitam itu menarik perhatian Taya. Merasa penasaran pun ia mengambil tas ranselnya dan mulai mengikuti kemana terbangnya kupu-kupu itu. Taya terus menelusuri lorong sekolah yang sudah sangat sepi. Matanya terus mengamati pergerakan sang kupu-kupu.

Serangga kecil itu terus terbang melewati jalanan sepi di dekat sekolah sampai langkahnya terhenti di depan jalan berlorong. Ia mengedarkan pandangannya celingukan mencari keberadaan kupu-kupu itu.

Seketika ia tersadar jika ia berada di tempat yang sangat jarang dilewati orang karena ini bukanlah jalan utama. Suasana sore itu kini tiba-tiba menjadi dingin dan banyaknya angin berhembus acak menerbangkan beberapa helai rambut panjangnya.

Sunyi.

Sepi.

Dingin.

Lembab.

Baiklah, ia rasa kali ini ia harus kembali dan bergegas pulang karena mungkin saja hal buruk bisa terjadi padanya jika ia tak cepat pulang. Saat ia sudah melangkahkan selangkah kakinya tiba-tiba sebuah suara menghentikannya.

"Hi hi hi hi hi hi."

Suara tawa mengerikan mengalun nyaring di telinganya. Bulu kuduk Taya merinding, entah mengapa suasana di sana berubah menjadi creepy dan hawanya semakin dingin. Oh ayolah, mengapa ada suara tawa semacam itu di tempat sepi seperti ini?

Taya mengatur nafasnya pelan, menenangkan dirinya, dan mengencangkan kedua selempangan tas ranselnya.

"Huft, hanya perlu lari, 1 2 3 let's go!" desisnya lirih dibarengi dengannya yang berlari sekuat tenaga meninggalkan tempat itu.

Namun baru beberapa meter ia berlari langkahnya kembali terhenti saat sebuah kertas yang terbawa angin terlempar mengenai wajahnya. Dengan raut wajah yang terkejut ia sedikit melompat ke belakang menjauhi kertas itu yang kini tergeletak tak jauh dari tempatnya berdiri.

Dapat ia lihat sebuah pamflet dengan desain aneh tertulis di sana. "Paranormal Ki Tejo Rondo" tak mau memikirkannya terlalu banyak, Taya segera bergegas dari sana. Setelah langkah ketiganya Taya tiba-tiba berhenti dan berbalik kembali untuk mengambil pamflet itu kemudian meneruskan larinya.

•••

Seorang lelaki dengan tampilan tak umum tengah sewot dengan setumpuk lembaran di tangannya. Suara dering telepon yang jauh dari kata umum memecah suasana.

MILLER: RAGA YANG HILANG✔️[Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang