"Sebenarnya jika kalian bersin, mungkin saja sedang ada yang lagi gibahin kalian. So, take care ya!"
•••
Taya menaiki tangga menuju kamar, dia masuk ke dalam kamar dan merebahkan tubuh mungil miliknya lagi. Mata Taya memandang langit-langit kamar dengan sedikit lelah.
"Huft." Taya menghela napasnya sebentar sebelum dirinya beranjak menuju kamar mandi.
Handuk yang menggantung di dekat pintu kamar mandi itu, ia ambil. Taya berjalan ke arah lemarinya dan memilih baju berwarna hitam dengan celana pendek berwarna hitam juga.
Jangan kalian pikir Taya ingin pergi melayat! Tidak, hanya saja warna hitam terlihat nyaman digunakan saat ini.
Taya masuk ke dalam kamar mandi dan menenggelamkan dirinya di bak mandi. Aroma sabun mawar tercium di hidung Taya. Ah, akhirnya Taya bisa merasakan ketenangan.
Mata Taya terpejam sambil meresapi aroma sabun mawar itu. Kepalanya dia tenggelamkan dan menyisakan hanya bagian wajah saja yang tak terkena air. Keadaan ini benar-benar terasa nyaman. Apa kalian juga ingin mencobanya?
"Taya, jangan lari-lari!"
"Taya!"
"Ka... "
Sret!
Sebuah tangan tiba-tiba menarik rambut Taya masuk ke dalam bak mandi, kepala Taya sepenuhnya tenggelam di sana. Tangan Taya terus meraba pinggiran bak mandi dan berusaha keluar dari dalam air itu.
Taya berusaha menahan napasnya agar tidak ada air yang masuk paksa ke dalam tubuhnya melalui rongga hidung atau mulut.
Duk!
Kepala Taya terbentur pinggiran bak mandi ketika berhasil lepas dari tarikan itu. Napasnya menjadi tak beraturan dengan irama jantungnya yang lebih cepat. Dia membasuh wajahnya menggunakan air di bak mandi itu lalu buru-buru keluar dari bak mandinya.
Mata Taya menatap ke arah bak mandi yang kosong dan tidak ada apa-apa di sana. Tubuh Taya sedikit gemetaran ketika dia membasuh dirinya di bawah shower sebelum menggunakan handuk dan memakai satu per satu setelan baju yang tadi dia bawa.
Ah, apalagi ini?
Taya keluar dari kamar mandi dan duduk di meja rias. Perlahan dia menyisir rambutnya yang basah itu sambil bercermin. Dioleskannya lipbalm merah muda ke bibir ranum miliknya.
Dia kemudian mengambil pamflet yang tadi ditemuinya dan meletakkannya di atas meja rias tanpa niat dibaca. Huh, setiap hari mengapa selalu begitu buruk?
Seusai menyisir rambut, dia merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Taya sudah lelah, benar-benar lelah.
"Dasar bodoh," ujar Taya sambil memukul kepalanya sendiri.
Sedetik kemudian Taya melebarkan matanya. Dia sadar baru saja dia memaki dirinya sendiri, dengan mata was-was Taya melihat ke sekelilingnya. Sosok itu, tidak akan datang hanya karena dia memaki dirinya sekali saja'kan?
Melihat sekelilingnya yang hening tanpa perubahan yang mengerikan, Taya menghela napasnya pelan. Ah, aman. Taya mengelus dadanya lalu mulai menenangkan dirinya kembali.
Kalau dipikir-pikir, bukankah sosok itu hanya datang ketika Taya membenci dirinya sendiri? Lalu, sosok yang menarik rambutnya di kamar mandi itu siapa?
Tok!
Tok!
Tok!
Taya menolehkan wajahnya ke arah pintu ketika telinganya mendengar suara ketukan. Dia tadi belum sempat memberi tahu Bi Tarsih di mana letak kamarnya, apa Bi Tarsih tadi melihat dia ke kamar yang ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
MILLER: RAGA YANG HILANG✔️[Sudah Terbit]
HorrorMereka bilang Taya Miller terkena Skizofrenia, tapi Taya bilang jika semua yang dialaminya itu nyata. Sosok itu selalu mendatanginya dan ingin merebut raganya. Walau tidak selalu datang setiap saat, hanya saja dia selalu datang di saat yang tidak te...