Part 2--Gelap

164 94 137
                                    

"Bukan tentang gelap suatu titik di hati, melainkan rasa kalap hati dalam juang di titik ini ."

●●●

Tap!

Tap!

Tap!

Langkah kaki di sepanjang lorong sekolah memecah keheningan. Seragam putih abu-abunya terpakai rapi dan sedikit kebesaran di badannya. Logo sekolah SMA Kerta Jaya menempel di lengannya. Langkah kakinya cepat seperti sedang ketakutan. Ya, saat ini Taya Miller sedang berjalan di lorong itu dengan ketakutan.

Sret!

Hap!

Beberapa tangan menangkap lengan Taya yang sedang berjalan itu. Tubuh Taya diseret dengan paksa dan di bawa di salah satu ruangan di lorong itu.

'Gudang'

Sebuah papan nama menggantung dengan warna yang sudah kusam di atas pintu ruangan dimana Taya dibawa. Tiga orang gadis yang menyeret Taya itu bertos-ria seolah senang berhasil menjebak mangsanya.

"Taya," ucap salah satu dari mereka dengan name tag Jenny Pawiro, suaranya lirih sambil mengelus pelan pipi Taya.

Tubuh Taya menjadi gemetaran, dia benar-benar ketakutan. Jenny yang melihat Taya ketakutan tertawa senang.

"Dia takut," ujar Jenny yang disambut tawa oleh teman-temannya.

Mata Jenny berkedip pada teman-temannya. Dua orang dengan name tag Nurjanah Carlyn dan Fatimah Marsanda berjalan mendekati Taya dan menjambak rambutnya. Air mata Taya menetes karena kesakitan, Jenny yang melihat itu semakin tertawa kencang.

"Pembunuh," ujar Jenny sambil meludah ke arah Taya.

Taya semakin gemetaran mendengar ucapan Jenny, dia ketakutan, kepalanya mendadak pusing, dan badannya menjadi terasa dingin.

Plak!

Plak!

Plak!

Tamparan mendarat di pipi Taya berkali-kali hingga ujung bibir Taya berdarah. Taya meringis kesakitan akibat siksaan Jenny dan teman-temannya. Jenny merogoh kantongnya dan mengambil sebuah cutter, dia mengoreskannya ke lengan Taya dan membuat Taya menjerit kesakitan. Darah menetes dari lengan Taya, sebuah tamparan kembali mendarat di wajah Taya.

Semua menjadi gelap.

Mata Taya mengerjap dan kepalanya pusing. Dia melihat ke sekeliling dan mendapati dirinya berada di sebuah lorong gelap. Tangan Taya tiba-tiba menyentuh sesuatu yang lengket dan dingin.

"Badut jelek."

"Hahaha."

Terdengar suara bising ejekan di telinga Taya, nyali Taya menciut. Tangan Taya saat ini berusaha menutup telinganya. Ah, kenangan itu lagi.

Sebuah sinar muncul di sekeliling Taya, kegelapan itu berganti dengan sebuah layar besar yang memutar ingatan waktu itu.

"Enggak, bukan aku. Semua itu bukan aku." Taya merancau sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Bukan," tangis Taya pecah, dia meringkuk sambil terus menutup telinganya.

Tayangan itu tidak berhenti terputar dan membuat Taya semakin merasa bersalah. Dia mulai membenci dirinya sendiri. Tangan Taya mulai memukul-mukul kepalanya, bibirnya gemetaran.

Dia benar-benar orang paling mengerikan dan oleh sebab itu orang lain pantas jika membencinya.

Bodoh, jahat, dan tidak tahu diri. Mungkin itu yang orang lain pikirkan tentang Taya. Tapi, sekali lagi Taya ingin berkata jika dia tidak sengaja. Benar-benar tidak sengaja.

MILLER: RAGA YANG HILANG✔️[Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang