Salju turun lebih awal tahun ini. Dan menurut Off, tak ada malam yang lebih indah daripada saat ini.
Off Jumpol berada di Midosuji, memandangi satu persatu pepohonan yang dihiasi lampu terang benderang. Besok Natal, dan ia tak punya kegiatan penting untuk dilakukan hari ini. Sehingga kedua kakinya memutuskan mengajak si empunya bergerak kemana pun ia mau. Kedua matanya juga dimanjakan dengan suasana malam yang indah dengan perpaduan lampu berwarna-warni dan salju yang turun tak terlalu deras.
Ia kemudian berhenti di sebuah toko kecil berjendela lebar yang menjual barang antik. Satu hal yang menarik perhatian Off adalah sebuah tv tua yang memutar siaran berita tentang malam Natal. Ternyata banyak yang seperti dirinya. Memilih menikmati malam sendirian daripada berkumpul di tengah ruang keluarga yang hangat.
Di sebelah tv tua tersebut adalah sebuah pohon Natal kecil dengan hiasan bintang di puncaknya.
Off Jumpol bukan seorang religius, ia juga tak tahu apa-apa soal agama. Namun jika diperbolehkan meminta keajaiban, Off berharap bisa bertemu dengan Gun Atthaphan malam ini.
Sehingga ia memejamkan mata, menangkupkan kedua tangan dan membayangkan wajah Gun yang berdampingan dengan pohon Natal kecil di depannya. Bintang di atas pohon tersebut mengingatkannya pada sosok Gun. Tubuhnya memang mungil, namun sinarnya membuat siapa pun yang melihat ingin memilikinya.
Perasaan Off Jumpol dibagi dalam ruang-ruang tertentu. Namun semua berada pada satu tujuan, yaitu Gun Atthaphan.
"Off?"
Ia pikir malaikat-malaikat yang beterbangan di malam Natal memanggil namanya. Atau mungkin seseorang lain yang ia kenal menyadari keberadaannya. Off terkadang mempertanyakan maksud dan tujuan semesta yang terkadang mengajaknya bercanda. Ia memang ingin bertemu dengan Gun Atthaphan, tetapi ia tak benar-benar berharap permintaannya dikabulkan.
"Gun? Kenapa ada di sini?"
Laki-laki kecil tersebut tersenyum. Ia tampak semakin menggemaskan dengan syal putih yang melilit lehernya, juga topi berbulu yang menutupi kepalanya. Memangnya hanya Off saja yang boleh jalan-jalan di malam Natal? Ucapan si kecil membuat Off tak bisa menyembunyikan tawanya. Jantungnya mendadak kembali berdegup lebih kencang ketika tangan kanannya tiba-tiba ditarik oleh Gun.
"Kalau berdoa jangan di sini. Ikut yuk!"
Gun Atthaphan mengajak Off Jumpol untuk berlari kecil menyusuri jalan. Udara dingin yang menusuk kulitnya kini tak lagi terasa. Suhu tubuh Off mendadak meningkat jauh ketika mendengar tawa Gun. Lelaki yang berlari kecil di sampingnya memang mungil, namun ia membawa pengaruh yang sangat besar bagi Off Jumpol.
Lelaki kecil tersebut terengah-engah. Siapa yang menyangka olahraga malam akan semelelahkan ini. Langkah kakinya berhenti tiba-tiba tepat di depan sebuah pohon Natal raksasa, membawa lelaki yang dibawanya terperangah.
"Gun, pohon Natalnya besar sekali!" Off menatap Gun dengan mata terbelalak, kemudian mengembalikan perhatiannya kembali pada pohon setinggi lebih dari 2 meter yang sengaja diletakkan di tengah-tengah taman.
Gun Atthaphan mengangguk sambil tertawa. Baru pertama kali ini ia melihat seorang laki-laki bertubuh jangkung keheranan melihat pohon Natal yang sudah beberapa tahun belakangan selalu dipajang selama sepekan sebelum hari besar tiba. Gun pun berasumsi Off Jumpol belum pernah berkunjung ke tempat ini di malam Natal, tak seperti dirinya.
"Nah, Off boleh melanjutkan berdoa di sini. Katanya siapa pun yang berdoa di malam Natal tepat di depan pohon ini akan dikabulkan semua permintaannya."
Off Jumpol tersenyum. Mengangguk sebelum kembali memejamkan mata dan mengulang permohonan yang ia sampaikan dalam hati kepada pohon Natal kecil. Permintaan pertamanya sudah dikabulkan. Permohonan keduanya, disaksikan langsung oleh yang bersangkutan, ia sampaikan dalam hati dan ditujukan kepada yang berwenang.
Agar Gun Atthaphan tak pernah kehilangan senyumnya.
Agar segala kebaikan dunia diturunkan kepada Gun Atthaphan.
Agar tak ada satu pun hal di dunia menyakiti Gun Atthaphan.
Karena kebahagiaan Gun Atthaphan adalah segalanya bagi Off Jumpol .
Karena Off Jumpol tak bisa melihat Gun Atthaphan bersedih.
Karena apa pun yang terjadi, Gun Atthaphan adalah hal paling berharga bagi Off Jumpol.
Dan ketika ia membuka mata, setetes air menetes pada pipi Gun. Namun senyumnya tak berubah, masih dengan indah menghiasi wajah pria mungil tersebut. Sehingga Off Jumpol memilih bungkam. Mengamati perubahan wajah lelaki di sampingnya tanpa berniat untuk bertanya.
"Off ingat kan beberapa hari lalu seharusnya aku merayakan hari jadi dengan Oab?"
Off mengangguk. Masih menatap wajah Gun yang kini berubah sayu. Anak laki-laki tersebut menghapus air mata dengan lengan jaketnya. Membiarkan dirinya terisak beberapa saat sebelum mengambil napas dalam dan melepaskannya. Seakan berharap beban yang selama ini ia pikul ikut terusir pergi.
"Hari ini kami berdua putus—tapi bukan salah Oab," Gun cepat-cepat memberikan klarifikasi setelah melihat kepalan tangan Off Jumpol.
"Aku yang minta putus."
Osaka, 24 Desember 2010
KAMU SEDANG MEMBACA
When You Fall (OffGun)
RomanceJika usia 18 tahun adalah saat-saat di mana Off Jumpol merasa hidupnya berarti, ia harap waktu bisa berhenti. Tak pernah ia merasa seberuntung ini melihat kemalangan orang lain. Seorang laki-laki mungil menggerutu dengan kesal di depannya. Oh, nam...