Lapangan basket sekolah, jam olahraga
10.18 AM
Mimpi semalam membuat Gun Atthaphan pusing bukan kepalang. Keputusan Joss Sensei untuk menggabungkan dua kelas di jam olahraga yang sama juga sama sekali tak membantunya lebih baik.
Saat ini ia duduk bersila tepat di bawah ring basket yang menghadap utara. Menanti giliran ujian lay-up yang dilakukan bergantian. Masing-masing murid diberi waktu satu menit untuk memasukkan bola ke dalam ring sebanyak mungkin.
Seharusnya Gun lebih mengkhawatirkan tinggi badannya yang menjadi penghalang dalam ujian ini. Ia tahu ia tidak akan mendapatkan nilai setinggi anak-anak lain. Namun isi kepala Gun lebih didominasi oleh sosok di seberang lapangan, yang baru saja menyelesaikan ujiannya dengan nilai sempurna.
Anak laki-laki itu duduk bersebelahan mengobrol dengan Tay Tawan, dan sesekali melirik ke arahnya sambil tersenyum. Gun tahu seharusnya ia bisa menganggap perlakuan Off Jumpol biasa saja. Mereka tak satu-dua kali berpapasan di koridor sekolah. Ditambah lagi pertemuan mereka di malam Natal seharusnya membuat keduanya lebih dekat.
Namun mimpi semalam mengganggu Gun. Dan tatapan demi tatapan yang diberikan oleh Off membuat tubuhnya tidak nyaman.
"New, coba lihat arah jam 11."
New yang baru saja duduk di sebelah Gun setelah menyelesaikan gilirannya langsung melirik perlahan ke arah yang dimaksud, bertingkah senatural mungkin.
"Kenapa? Ada Tay Tawan di sana," ujar New sambil pura-pura merapikan rambutnya, mencoba menghalangi pandangannya agar tak diketahui sosok yang dituju.
"Bukan, sebelahnya."
Lagi, New mengulangi gerakan yang sama untuk melihat sosok di sebelah Tay Tawan
"Off Jumpol?"
Gun mengangguk.
"Kenapa sama Off Jumpol?"
Gun menggigit bibirnya, mencoba mencari cara menjelaskan kekhawatirannya. Menyusun kata-kata agar New memahami ucapannya. Bahwa sejak semalam, ada sekumpulan kupu-kupu yang memenuhi setiap sudut perut Gun. Bertambah banyak setelah tatapannya dengan Off kembali bertemu untuk yang kesepuluh kalinya hari ini.
"Dia ngelihat ke arah sini nggak, sih?"
New tertawa terbahak-bahak. "Ge-er banget jadi orang!"
"Serius, coba lihat."
New menatap curiga ke arah sahabatnya, menyeringai kecil sebelum mengikuti permintaan Gun. New pikir lelaki mungil di sebelahnya hanya berhalusinasi. Seorang Off Jumpol yang pendiam dan berprestasi tak mungkin menaruh perhatian pada Gun Atthaphan, anak laki-laki yang memiliki kepribadian jauh berbeda darinya.
Namun ketika ia memergoki tatapan anak laki-laki di ujung sana yang tertuju kepada Gun, New hanya bisa membelalakkan kedua matanya sebelum kemudian menengadahkan kepala, pura-pura mencari burung di atas langit.
New berdeham pelan sebelum kembali kepada Gun.
"Nggak terus-terusan. Tapi kadang iya sih. Kamu ada apa-apa sama Off?"
"Nggak. Cuma semalam aku mimpiin dia."
Belum sempat New bertanya lebih jauh, nama Gun Atthaphan dipanggil. Anak laki-laki itu berdiri dan berlari kecil menuju tengah lapangan untuk menjalani ujian.
Kedua iris New kemudian kembali mengarah ke ujung lapangan, kepada dua sosok laki-laki dari kelas berbeda yang kini pandangannya sama-sama tertuju kepada sahabatnya. New berusaha keras menahan senyumnya ketika melihat Tay menyikut lengan Off sebelum kemudian berbisik dan membuat Off tertawa malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
When You Fall (OffGun)
RomansaJika usia 18 tahun adalah saat-saat di mana Off Jumpol merasa hidupnya berarti, ia harap waktu bisa berhenti. Tak pernah ia merasa seberuntung ini melihat kemalangan orang lain. Seorang laki-laki mungil menggerutu dengan kesal di depannya. Oh, nam...