[03] TODODEKU

1.5K 107 10
                                    

"TODOROKI-KUN!!"

"Hm? Naze, Midoriya?"

"LIAT!! AKU BARU BELI KAOS ALL MIGHT TERBARU!! AKU JUGA MEMBELIKAN SATU UNTUKMU, INI PAK-"

"Nah, Midoriya, kamu taruh disana dulu ya. Aku sebentar lagi selesai." Todoroki memotong ucapan Midoriya. Cowok berambut hijau lumut, yang baru aja datang sambil berteriak menunduk lirih. Pandangannya tertuju kearah sepatu merah miliknya. Terlalu senang sampai dia lupa melepas sepatu.

Sedangkan Todoroki, pria tampan dan juga cerdas sedang berdiri diruang tamu memunggungi Midoriya. Nampak sibuk membuka bungkusan plastik sampai tubuh itu enggan berbalik.

"Midoriya?"

"Midoriya, kamu dengar aku?" panggil Todoroki merasa kekasihnya itu nggak bersuara lagi. Dia merasa bersalah. Mungkin ucapan tiba-tiba Todoroki barusan membuat Midoriya sedih.

"A-ah aku.. aku dengar Todoroki-kun. Baiklah aku tunggu dikamar." finalnya lalu bergerak melepas sepatu sebelum beranjak ke kamar.

15 menit berlalu tetapi Todoroki masih belum kembali. Hari juga sudah semakin larut. Sekarang jam dinding menunjukkan pukul 11 malam. Jarum kecilnya sebentar lagi berganti jadi pukul 12.

Midoriya pikir setelah rela-rela keluar malam hanya untuk membeli dua pasang baju kembar untuk merayakan hari penting mereka, Todoroki paham dan langsung memeluk Midoriya.

Namun sepertinya khayalan Midoriya terlalu menjulang karna bagaimanapun Todoroki being Todoroki. Dari awal mereka kenal sampai didetik ini cowok itu memang agak cuek dan nggak peduli.

Midoriya menghela. Berusaha tersenyum walau terasa sesak sekali. Sambil memandangi pintu kamarnya, Todoroki belum juga kembali.

"Gimana kalau aku tidur. Mungkin Todoroki-kun memang lagi sibuk. Dia nggak mungkin melupakan hari itu kan?" monolognya meyakinkan diri.

Tangannya bergerak menarik selimut, berusaha menepis pikiran-pikiran negatifnya tentang Todoroki. Hampir setahun bersamanya udah banyak hal yang mereka bagi. Bahkan privasi. Jadi sekarang Midoriya paham kalau Todoroki memang sedang sibuk dan butuh waktu sendiri. Dia hanya tinggal menunggu.

Akhirnya, setelah menimang-nimang Midoriya memilih untuk tidur. Masih ada hari esok meski beberapa menit lagi hari berubah. Selimut tebal Midoriya pakaikan ke seluruh tubuh sampai kepala. Dan juga menutupi air mata yang sudah bergelimang memenuhi pelupuk matanya.

Cklek

"Midoriya, selamat har-" ucapan Todoroki berhenti saat melihat kekasihnya mengumpat dibawah selimut. Hatinya sedih dan matanya hampir meneteskan air mata. Namun nggak jadi karna mengingat kue yang dia bawa.

Todoroki menaruh kuenya diatas nakas, kemudian langkah Todoroki mendekat kearah Midoriya. Mengangkat selimut tebal yang mengarungi kekasihnya itu lalu tersenyum lembut.

"Hey, sayang. Bangunlah. Kamu nggak lupa hari ini kan?" bisiknya kelewat lembut. Telapak itu ikut mengusap rambut Midoriya, menyalurkan perasaan sayang sekaligus permohonan maaf lewat kontak fisik.

"Engh.." Midoriya melenguh. Bergerak nggak nyaman karna ada sesuatu yang mengganggunya.

"E-eh? Todoroki-kun?"

"Selamat hari jadi. Terima kasih untuk satu tahun ini. Maafkan aku yang selalu cuek dan nggak peduli padamu, Midoriya. Tapi aku sangat menyayangimu. Aku sangat mencintaimu. Jadi jangan pernah berpikir yang nggak-nggak." kecupan singkat Todoroki daratkan dikening Midoriya. Diusapnya surai hijau lumut penuh sayang dan tersenyum.

"T-terima kasih, Todoroki-kun. Aku pikir kamu lupa. M-maafkan aku, aku juga mencintaimu." Midoriya terisak didekapan Todoroki.

"Nah, aku punya sesuatu untukmu."

"N-nani??"

Todoroki melepaskan pelukannya pelan, berjalan menuju nakas lalu mengambil kue yang dia beli tadi siang. Makanan itu juga yang menjadi alasan kenapa Todoroki mendiami Midoriya. Bukan, Todoroki sama sekali nggak bermaksud menyueki kekasihnya itu. Ia hanya kurang tartil dalam mendesain kue sampai konsentrasinya terganggu dan berakhir dengan membuat Midoriya menangis.

"Ini untukmu. Tiup lilinnya, sayang." Midoriya menurut. Kepalanya mendekat, ditiupnya lilin itu lalu tersenyum manis. Todoroki memekik gemas.

"Kamu ini, gimana bisa ibumu melahirkan anak semanis kamu?"

"T-todoroki-kun.."

"Hm." Todoroki mengecup bibir Midoriya kemudian menaruh kue tar itu dimeja lain sebelah kasur Midoriya. Dirinya bergerak menaiki kasur dan berbaring. Tangan Todoroki menarik Midoriya untuk berbaring dan memeluknya erat. Selimut tebal juga menjadi objek penghangat tubuh keduanya.

"Aku menyayangimu, Izuku Midoriya."

"A-aku juga menyayangimu, Todoroki-kun."

Dan malam itu berakhir dengan ciuman yang lumayan panjang dari Todoroki untuk Midoriya.

***

hueehuee tadinya mau todobaku lagi tapi jadinya ngetik ini (--〆)

Chicken so 🐤Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang