TEMAN BARU [3]

50 19 2
                                    

VOTE DAN KOMEN DULU YUK♡♡!

-algam-

Bekerja separuh waktu memang sedikit menguras tenaga, bahkan banyak menguras tenaga. Dari pagi sampai sore sekolah, lalu dilanjut untuk bekerja sampai malam.

Keluarganya memang krisis ekonomi, ah bukan keluarga nya tetapi ia yang krisis. Walaupun ayah dan kakak nya sudah bekerja, tidak menutup kemungkinan dia juga harus bekerja untuk dirinya sendiri. Iya, karna dari kecil memang seperti itu. Selalu dibeda-bedakan.

Sekarang jam sudah menunjukan pukul 21.15 , ia baru saja sampai rumah. Seperti biasa rumahnya memang ramai, ramai dengan candaan kakak, adik, dan ayahnya saja. Ia hanya bisa tersenyum miris.

"Assalamualaikum yah," salam Aliza, tangannya berniat ingin salaman, tetapi tangan ayahnya sudah ditarik duluan. Aliza hanya memaklumi saja.

"Liza masuk dulu ya," tidak ada sahutan dari ketiganya, mereka malah pura-pura tidak peduli. Aliza menghela napas panjang, lalu segera ke kamar belakang. Tepatnya disamping dapur, beda dari yang lain. Benar-benar diasingkan.

Aliza masuk kamar, mengunci pintu. Air matanya meluruh begitu saja, sakit rasanya tidak dianggap dikeluarga sendiri. Hati nya sesak, ia memukul-mukul dadanya akibat susah bernapas.

Rasa sakit ini sudah lama ia rasakan, bahkan dari kecil sudah merasakannya. Dia tau, dia memang berbeda dari yang lain. Saudaranya sempurna, tidak ada yang penyakitan. Tidak seperti dirinya, dari kecil sudah menyusahkan. Ingin rasanya bisa merasakan kebahagiaan dari keluarga nya sendiri walau sebentar. Tapi rasanya itu tidak mungkin, iya tidak akan pernah mungkin terjadi pada dirinya.

Aliza segera mengusap air matanya, menarik napas panjang lalu membuangnya. Ia tersenyum, senyum yang hanya bisa dilihat oleh dirinya dan tuhan. Selama ini ia tidak pernah menunjukkan senyumnya kepada orang lain.

Menaruh tasnya, lalu ia segera mengambil baju santai, setelah itu segera pergi menuju kamar mandi yang ada didapur. Kamar mandinya sebenarnya ada dua, yang satu berada didapur dan satunya lagi berada didepan kamar Aliza. Dan kamar mandi yang ada didepan kamarnya tidak boleh ia gunakan, kecuali tiga orang itu. Ayah, kakak, dan adik.

Setelah selesai mandi, ia segera mencuci piring, dan cuci baju. Bukan bajunya saja, tapi baju ketiga orang itu. Selama masih tinggal disini, Aliza layaknya seorang pembantu. Disuruh ini-itu.

Pukul 23.10, barulah pekerjaan Aliza selesai. Ayah, kakak, dan adiknya pun sudah tidur. Aliza menghela napas panjang, lalu menghembuskannya.

Aliza segera pergi kekamar nya. Ada PR yang harus ia kerjakan. Aliza selalu berharap kapan ketiga orang itu melihat dia? Melihat sebagai bagian dari keluarga ini. Itu hanya sebatas angan-angan saja yang tak pernah terjadi.

"Lo kuat Al, semangat!"

-algam-

Pukul 01.00 dini hari Agam baru saja sampai rumahnya. Sehabis manggung, lalu ia mampir dulu ke club. Minum satu-dua gelas, katanya.

Jalan mengendap-endap seperti maling, tidak ia biarkan ada bunyi tapak kaki nya. Lampu ruang tamu sampai ruang keluarga sudah mati, artinya semua orang sudah tidur. Agam bernapas lega, untung saja ia membawa kunci cadangan, jadi tidak perlu membangunkan orang rumah.

Baru saja ingin menaiki tangga, tiba-tiba lampu ruang tamu menyala. Agam mematung ditempat, ia perlahan membalikan badannya. Sudah ada Papi nya yang sedang menatapnya datar.

Berdehem canggung, Agam bersuara. "Eh Papi, tumben Pi belum tidur? Agam kirain udah tidur hehe," cengirnya tanpa dosa.

"Darimana kamu? Jam segini baru pulang, harusnya pagi aja pulangnya," kata Rama, membuat agam melotot kaget. "Anu pi, Agam abis manggung. Capek banget mau tidur, Agam keatas ya," alibinya.

Algam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang