Arsylia Fahira Safa

17 1 0
                                    

Namaku Arsylia Fahira Safa. Anggota keluargaku biasa memanggilku Arsy, namun sejak aku sekolah dan kuliah aku biasa di panggil Safa oleh teman-temanku. Aku anak pertama dari 3 saudara. Aku tinggal di suatu daerah yang terdapat di provinsi Bengkulu.
Aku terlahir di keluarga sederhana yang begitu menjunjung nilai agama dan dibesarkan dengan kasih sayang yang tak pernah bisa diukur dengan apapun. Ayah dan ibu selalu mengajarkan kebaikan dalam hidup, bahkan aku di sekolahkan di lingkungan islami. Dan sekarang aku sedang mengenyam pendidikan di salah satu kampus di Bengkulu. Aku mengambil jurusan FKIP, karena sejak kecil aku ingin sekali menjadi guru.

Di kampus yang seluas ini aku hanya butuh tiga orang teman. Mereka sahabatku, sudah seperti keluarga. Nisa yang setiap saat memikirkan makanan dan orang yang humoris. Qila yang memiliki suara merdu dan memiliki pemikiran yang cerdas. Dan Gilang satu-satunya teman laki-lakiku di kelas ini. Karena jarang sekali ada laki-laki yang mau mengambil jurusan FKIP ini.

Beberapa hari ini aku, Nisa, Qila dan Gilang sibuk mempersiapkan acara dirgahayu jurusan kami. Karena kami ber-empat merupakan anggota himpunan mahasiswa jurusan. Dan kami sangat terbantu dengan adanya adik-adik tingkat yang kami rekrut beberapa waktu yang lalu.

"Dik, untuk pengisi acara udah beres ? Jadwalnya aman kan ?" Tanya Gilang pada salah satu adik tingkat yang biasa kami panggil Sekar.
"Aman Kak, beres deh." Jawab Sekar sembari mengacungkan jempolnya
"Alhamdulillah, bagus deh kalau gitu kakak masuk ke kelas lagi ya dek. Ada jam soalnya." Lanjut Gilang sembari menarik kami kembali ke kelas

Hari pelaksanaan acara dirgahayu jurusan kami pun tiba. Namun, kami tidak bisa meninggalkan mata kuliah saat ini karena mata kuliah ini merupakan salah satu persyaratan kami untuk melaksanakan KKN semester depan.

"Safa, coba kamu hubungi Dina atau Rosa bilangin kalau kita nggak bisa ikutan acara hari ini. Mata kuliah ini nggak bisa kita tinggalin." Ujar Gilang
"Iya pak Ketum, sabar ya." Ucapku sembari mengeluarkan handphone

Sungguh hari yang melelahkan, mengikuti mata kuliah wajib syarat KKN yang membosankan padahal ekspektasi kami sudah jauh dari sini. Acara yang kami persiapkan beberapa hari yang lalu harus kami relakan pada adik-adik tingkat. Akhirnya mata kuliah ini selesai juga setelah melewati jam makan siang.

"Lapar banget." Ucap Nisa dengan wajah memelas
"Iya, kantin bu Mun yuk. Eh, tapi shalat dulu ya." Jawabku dengan nada yang tak terbantahkan.
"Iya bener, kita shalat dulu." Jawab Qila dan menarik tangan Nisa

Kami pun bergegas menuju musholla kampus, setelah itu kami melangkahkan kaki menuju kantin bu Mun yang berada di belakang jurusan kami dan melewati aula jurusan tempat di adakannya acara perayaan ulang tahun jurusan FKIP.

Belum sampai kaki kami di kantin bu Mun tiba-tiba terdengar samar suara seseorang bernyanyi

Beruntungnya aku
Dimiliki kamu
Kamu adalah bukti
Dari cantiknya paras dan hati
Kau jadi harmoni saat kubernyanyi
Tentang terang dan gelapnya hidup ini
Kaulah bentuk terindah
Dari baiknya Tuhan padaku
Waktu tak mengusaikan cantikmu
Kau wanita terhebat bagiku
Tolong kamu camkan itu
🎶(Virgoun - Bukti) 🎶

“Eh, itu yang nyanyi siapa ?” Qila menarik tanganku dan Nisa mendekati kerumunan. Kami tak lagi menemukan kursi yang tak memiliki tuan, hingga langkah kami berhenti di barisan belakang dan menemukan kursi yang tak terisi.
“Gila.. suaranya enak banget” Qila tak hentinya memuji laki-laki yang mengenakan topi fedora pie hat berwarna merah diatas panggung sana.
“Eh, emangnya kue lapis, enak..” aku dan Qila tertawa mendengar ucapan Nisa, mengingat tujuan awal kami bukanlah menonton acara musik ini melainkan menikmati makanan Bu Mun di kantin belakang.
“Dia siapa ?” tanyaku.
“Aduh, Safa makanya aku ngajakin belok ke sini tadi, kan kepo sama suara merdunya.” Aku hanya mengangguk mendengar jawaban Qila.
Tepukan tangan bergemuruh memekakkan gendang telinga, mengakhiri penampilan sang idola para mahasiswi di depan sana. Terlihat pula para mahasiswi yang berkerumun memberikan bunga.

Aku cukup penasaran dengan laki-laki yang mengenakan topi fedora pie hat merah di atas panggung tadi. Aku belum pernah melihatnya di jurusan kami. Jika dia adik tingkat atau pun kakak tingkat, aku dan teman-temanku pasti mengenalinya.
“Udah yuk, kantin bu mun.. laper nih” ucap Nisa menyudahi lamunanku.
Ya udah, yuk.” Ucapku sambil berdiri dan diikuti Qila dan Nisa.
Kami pun melanjutkan langkah kaki kami menuju kantin bu Mun.

-----------
🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Hai semua😊
Aku up part baru nih, semoga kalian suka ya.😁
Jangan lupa kritik dan sarannya di kolom komentar hehe. Dan jangan lupa votes.👍
Terima kasih🙏
Salam hangat dari Bening😍🌻

24 Agustus 2020

LabirinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang