O

584 39 17
                                    

Double ya hehe

🏃🔙

Sudah tiga minggu sejak kematian Jonghyun, orang-orang masih berkabung. Naeun pun begitu, atensi berfokus pada layar ponselnya. Sejak ia pulang dari apartement Taemin dengan dijemput Jevin, pria itu mendadak hilang tanpa kabar. Pesan yang ia kirim sejak kemarin tidak dibalas satu pun dan ia hanya bisa menanyai kabar Taemin dari eomma Taemin atau Minho.

"Naeun-ah!" panggil Jevin menyadarkan Naeun dari lamunan.

Kedua matanya mengerjap kaget. Sadar sejak tadi ia melamun saat sedang bersama sang kekasih.

"Ma...ma...maaf, aku hanya---"

Tring

Jevin meletakan garpu nya keras sehingga membentur meja menciptakan suara nyaring. Matanya menatap Naeun tajam.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Jevin penuh penekanan. Menahan amarah yang sejak lama ia pendam.

"A..aku tidak memikirkan apapun, semalam aku tidak bisa tidur. Aku---"

"Kau menunggu kabarnya kan?" pertanyaan itu sukses membuat gadis dihadapannya membeku ditempat.

"Tidak! Aku tidak menunggu kabarnya! Aku hanya khawatir padanya, baru-baru ini kau tau kan kondisinya..." ujar Naeun berusaha membuat Jevin tidak salah paham. Wajahnya menunduk enggan menatap kekasihnya. Karena ekspresi Jevin sangat menyeramkan untuknya.
"Kau menyukaiku?" tanya Jevin reflek Naeun menatap si sumber suara.

"Tentu saja, aku menyukai oppa" jawab Naeun tanpa pikir panjang.

"Kau menyayangiku?" tanya Jevin lagi, Naeun mengangguk yakin.

"Kau...mencintaiku?" dan pertanyaan itu sukses membuat lawan bicaranya membeku.

"Ke..ke...kenapa oppa bertanya seperti itu?"

"Jawab aku! Kau mencintaiku?"

"Oppa, aku---" melihat ekspresi ragu gadis dihadapannya membuat perasaan Jevin semakin tak menentu. Sudah tergambar jawaban dari pertanyaannya.

"Hahah aku fikir aku bisa bersabar menunggumu untuk menerimaku sepenuhnya, tapi ternyata....kau masih mencintainya kan" kata Jevin dengan tawa miris. Buru-buru Naeun meraih kedua tangan pria dihadapannya.

"Oppa, aku sedang berusaha mencintaimu sepenuh hati. Semua butuh proses, percayalah padaku!" mohon Naeun dengan kedua mata berkaca kaca. Biasanya Jevin akan luluh bila sudah begitu, namun kali ini Jevin butuh kepastian. Dia tidak mau lagi mengharapkan sesuatu yang tidak pasti.

Pria itu melepas genggaman tangan mereka, kepalanya menggeleng pelan. Hatinya terlalu sakit bila hubungan mereka terus dilanjutkan. Jevin juga manusia biasa, ada saatnya ia lelah menunggu dan berharap.

"Naeun-ah, kita akhiri saja sampai disini" kata itu pun meluncur dari mulut Jevin memancing air mata gadis dihadapan muncul, Naeun menangis bukan karena sakit hati. Tapi karena menyesal sudah mengecewakan pria sebaik Jevin.

"Maafkan aku oppa..." ucap Naeun mulai terisak. Kepala Jevin menggeleng tanda tidak papa.

"Perasaan ngga bisa dipaksakan...sebenarnya sejak awal aku mengajakmu berkencan, aku ingin membuatmu bahagia. Tapi nyatanya kebahagiaanmu itu bukan padaku..."

"....saat kau bersamaku, aku yang selalu memulai topik pembicaraan dan kamu akan menanggapinya. Kamu tidak pernah mengatakan perasaanmu yang sebenarnya padaku, saat pesta kamu memaksakan diri mengenakan heels pemberianku padahal kamu tidak nyaman sampai kakimu bengkak dan seorang pria menasehatiku untuk lebih memperhatikan pacarku..."

Back to You✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang