NORMAL POV
"seharusnya aku tak membiarkannya pulang hari itu."
"itu bukan salahmu, taeyong."
"bukan salahku? tapi, ia koma sekarang, eunbyul!"
taeyong mengacak rambutnya emosi. ia menatap jisoo terbaring lemah di atas bed rumah sakit.
tak ada yang tak berkumpul di depan ruang inap jisoo.. ada kedua orang tua jisoo yang sedang menangis dan baru saja masuk ke dalam ruangan, taeyong, eunbyul, jennie, jisoo, rose, irene, dan masih banyak lagi.
jisoo mengalami kecelakaan tunggal, karena ia menghindari kendaraan di depan yang tiba-tiba berhenti.
taeyong menahan tangisannya, ia melihat jisoo dari kejauhan dan terduduk lemas.
"seharusnya aku tidak membiarkannya pulang, eunbyul."
eunbyul menepuk pelan punggung ten, berusaha menenangkannya. "kau tidak salah, taeyong. jisoo pasti sedih melihatmu seperti ini."
"jisoo kuat, taeyong." kata jennie pelan. "jisoo bisa bangun dan bertemu kita semua lagi."
taeyong membiarkan air matanya jatuh secara perlanan. ia benar-benar terpuruk dengan apa yang terjadi.
"seandainya aku yang mengantarnya pulang," lirih taeyong. "ia tidak akan seperti ini."
"taeyong..."
taeyong menundukkan kepalanya dan kembali menangis. taeyong teringat dengan raut wajah jisoo yang tersenyum lebar kepadanya untuk terakhir kali.
"kenapa aku tidak bisa menjaganya?"
taeyong mengacak rambutnya kesal. sesekali ia menghela napas dan melanjutkan tangisannya. eunbyul masih setia menepuk-nepuk punggung ten dengan pelan.
"aku mencintainya, eunbyul. aku tak ingin ia pergi dariku."
semua orang yang ada di depan ruangan mendengar ucapan taeyong. eunbyul tersenyum dan berujar, "ia akan bangun. percaya denganku, taeyong."
"tapi-"
"dia juga mencintaimu, taeyong."
taeyong mendongakkan kepalanya, ia melihat irene sedang tersenyum kepada taeyong. "ia juga mencintaimu."
"bagaimana..?" tanya taeyong bingung.
irene tersenyum dan menjawab. "jadi, percayalah kalau jisoo akan bangun dan menemani kita semua di sini seperti dulu."
taeyong terdiam.
"jisoo adalah gadis pemalu yang mendahului sekitarnya daripada dirinya sendiri." irene tersenyum. "ia adalah gadis cantik yang sempurna."
irene tersenyum kepada taeyong dan mengelus rambut taeyong pelan. "jisoo sangat menyukai kepalanya di elus olehku, sama sepertimu. tapi, hatinya benar-benar hanya terpaku padamu. ia kuat dan akan bangun dari komanya, ten. percayalah padaku."
taeyong menatap irene sedih. "aku mencintainya, kak."
"jisoo kuat, taeyong. ia akan segera bangun." kata eunbyul menenangkan taeyong.
kedua orang tua jisoo keluar dari ruangan. mereka menghampiri taeyong dan tersenyum, "taeyong, silakan masuk. kau pasti ingin berbicara dengannya, bukan?"
taeyong menganggukkan kepalanya. "terima kasih."
taeyong memasuki ruangan jisoo. ia terdiam ketika melihat jisoo terbaring lemah di atas bed rumah sakit. taeyong duduk di samping jisoo dan memegang tangan jisoo dengan erat.
"hai, kau pasti bangun, bukan?" tanya taeyong pelan.
ia memegang tangan jisoo erat. taeyong menahan tangisannya. ia hanya ingin terlihat baik-baik saja di hadapan jisoo yang masih terbaring lemah.
"3 desember 2016, kita pertama kali bertemu." taeyong tersenyum. "itulah hari dimana aku menyukaimu, jisoo."
"dan bisakah kau bangun, jisoo? aku akan memberitahumu tentang perasaanku." lanjut taeyonf.
taeyong menatap wajah jisoo yang tampak tertidur dengan pulas. sesekali ia mengelus tangan jisoo.
"aku dan eunbyul sebenarnya sepupu dan kami tidak punya hubungan lain selain itu. aku menganggapnya sebagai adik dan begitupula dengannya yang menganggapku sebagai kakak." jelas taeyong. "lagipula, eunbyul sudah bertunangan dengan sepupuku yang lain, jisoo."
taeyong menutup matanya dan menyenderkan kepalanya di genggaman tangannya dan taeyong. ia tersenyum dan air matanya turun secara perlahan.
"aku mencintaimu, jadi... tolong bangunlah." kata taeyong lirih.
END
Lubuklinggau, 2 September 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
December 3rd ❝✔❞ - jisoo taeyong
Kurzgeschichten3 Desember adalah awal pertemuan kita, bukan? chanchan_cdp START - 25 Agustus 2020 END - 2 September 2020 #272 in taesoo