PROLOG

29 2 0
                                    


"Sialan!!" Sebuah suara umpatan yang keluar dari mulut Narendra, ketika dilihatnya Naila sedang bersama dengan pria lain. Kini ia sedang memata-matai Naila dari jarak jauh, sambil berdiri di trotoar jalan yang didepannya terdapat pohon besar, sehingga bisa membuat ia bersembunyi dibalik pohon tersebut.

Disebelahnya ada Doni yang sedang melakukan panggilan telepon dengan Evan, memastikan bahwa keadaan disana baik-baik saja, tanpa adanya kehadiran Narendra dan Doni.

"Oke, oke. Pokoknya lo atur aja Van, jangan sampe ada yang tau kalo Naren lagi dijakarta." Kata Doni, yang berbicara dengan Evan- sekertaris pribadi Narendra disebrang sana.

Setelah menutup panggilannya bersama Evan tadi, Doni langsung mengikuti arah tatapan mata Narendra.

Disana, disalah satu tempat makan yang berada di area pusat perbelanjaan. Dilihatnya Naila sedang makan siang bersama seorang pria, yang di tebak sebagai kekasih Naila saat ini.

"Kan gue udah bilang, lo sama Naila kaga jodoh." Kata Doni, berbicara kepada Narendra yang saat ini masih serius memandang kearah Naila.

"Berisik lo. Jodoh itu bisa dirubah, apalagi kalo dibarengin sama Doa." Balas Narendra ketus.

"Ck. Setan tobat, bisa bucin juga, ya." Ucap Doni, sambil tertawa kecil melihat ekpresi tidak santai dari saudara sepupunya itu.

"Udah yuk cabut, Evan udah pesen tiket pesawat buat kita. Kalo sampe jam lima sore kita belum sampe Singapore, bisa abis gua di hajar Om Rahardian." Ucap Doni lagi.

Hari ini, Narendra memaksa Doni dan Evan untuk membantunya pergi ke Jakarta, hanya karena dia merindukan Ruby-nya. Dan menurut informasi dari orang suruhannya yang selalu mengawasi gerak – gerik Naila, mereka memberitahukan bahwa Naila sedang berada disalah satu mall bergengsi dijakarta.

Maka dari itu, setelah sampai di Jakarta Narendra segera mendatangi mall tersebut untuk melihat Naila walau dari jarak jauh. Namun sialnya, ternyata Naila tidak sendiri, gadis itu bersama seoorang pria, dan menurut penglihatannya sebagai sesama pria sepertinya pria itu seumuran dengan dirinya.

Menghela napasnya pelan, akhirnya Narendra mengikuti kemauan Doni untuk segera kembali ke Singapore, sebelum Evan bertindak bodoh membocorkan kepergiannya hari ini.

Ditatapnya Naila sekali lagi, lalu akhirnya dia mengikuti Doni yang sudah masuk kedalam taksi yang akan mengantarkannya ke bandara siang ini.

Sejak tadi perasaan Naila mendadak tidak enak, dia merasa was-was. Padahal seingatnya tidak ada hal yang terlewat hari ini, semua hal yang biasa gadis itu lakukan sehari-hari sudah ia selesai ia kerjakan.

Untuk mengurangi perasaan menjanggal di hatinya, ia menyesap minuman yang ada dihadapannya lalu, ia memutuskan melihat pemandangan sekitarnya, dan matanya berhenti disatu titik. Di sebuah taksi yang baru saja berjalan membelah jalan.

Naila merasakan hal aneh, ketika melihat taksi tadi. Seperti ada sesuatu yang menariknya, sesuatu yang entah kenapa membuat ia ingin memberhentikan taksi itu.

Apakah dirinya sudah ingin pulang ?

Entah lah Naila bingung.

"Kenapa, Nay?" Tanya Dirga, kekasih Naila yang baru dipacarinya sekitar tiga bulan lalu.

"Hah. Oh. Engga kok, ngga apa – apa, mas." Ucap Naila, sambil tersenyum memandang Dirga.

'Kok, tiba–tiba gue keinget Abay, ya' Batin Naila, bersuara.


Inspirasa#2 Believe In LoveWhere stories live. Discover now