Jakarta, 2000
Didalam sebuah kamar yang di dominasi warna biru dan abu, terdapat seorang gadis kecil yang sedang terlelap dalam tidur siangnya kali ini. Sejak semalam ia merasakan demam, suhu tubuhnya mencapai 38 derajat. Maka dari itu hari ini ia memutuskan untuk tidak masuk ke sekolah.
Prang
Prang
Diluar terdengar suara pecahan sebuah benda, agaknya suara itu berasal dari lantai satu rumahnya.
Menghela napas secara perlahan, ia bangun dari tidurnya dan melangkahkan kaki kecilnya menuju pintu kamar.
Sesampainya didepan pintu, dibukanya sedikit pintu tersebut untuk melihat apa yang terjadi dibawah sana. Sayup-sayup ia mendengar suara orang dewasa yang saling berteriak dan juga membanting barang.
Merasa sudah terbiasa melihat pemandangan diluar, ia kembali menuju kasurnya dan tak lupa mengunci pintu kamar, agar tidak ada satupun yang mengganggu istirahatnya.
Setibanya diatas kasur, ia duduk dan bersandar sembari matanya menerawang jauh kedepan dengan tatapan kosong.
Tok tok ..
"Re.." Panggil seseorang dari arah luar.
"Sayang, kenapa pintunya dikunci?" Ucap seseorang itu.
Mendengar namanya dipanggil, gadis itu memilih merebahkan tubuhnya dan masuk kedalam selimut miliknya. Ia tidak mau peduli dengan orang yang memanggilnya barusan, ia sedang tidak memiliki tenaga untuk mengobrol atau apapun itu.
Sayup-sayup dari dalam kamarnya, ia kembali mendengar suara orang sedang mengobrol-ah lebih tepatnya, berdebat.
"Kamu itu jadi Ibunya ngga becus." Ucap seorang pria dengan suara beratnya.
"Kalau aku jadi Ibunya ngga becus, terus apa kabar dengan kamu yang mengaku Papanya tapi ngga pernah sedikitpun kamu peduli sama anak kamu." Balas suara lainnya.
"Kenapa kamu jadi nyalahin saya. Kan kamu Ibunya, harusnya kamu cek dong kondisi anak kamu." Ucap pria itu, "Bikin malu aja, anak sendiri sakit tapi ngga tau apa-apa." Ucap pria itu lagi.
"Ngaca kamu kalo ngomong. Kamu juga tau Re, sakit dari Pak Adam." Balas wanita itu.
Memejamkan matanya sejenak, ia lantas bangkit dari tidurnya dan segera melangkahkan kaki menuju pintu.
Ceklek
Dua orang dewasa yang sedari tadi berdepat didepan pintu kamar anaknya, langsung menolehkan kepala ketika didapati pintu kamar sudah terbuka dan menampilkan seorang anak kecil perempuan yang berdiri dengan wajah datarnya.
"Sayang.." Ucap sang Ibu, sambil berjongkok lalu memeluk puteri satu-satunya.
"Kamu demam, kok ngga ngabarin Mama." Kata seorang wanita yang menjuluki dirinya sendiri dengan sebutan Mama.
"Renata, Papa kan udah sering bilang. Jangan suka kunci pintu kamar kamu." Ucap Papa.
Renata Hanindya Almira, hanya mendengus mendengar ucapan Papanya barusan. Apa pentingnya kalimat barusan, peduli apa Papanya terhapat pintu kamar Renata yang selalu terkunci. Lagipula mau terkunci atau tidak, nyatanya Papanya tidak pernah datang kekamarnya untuk sekedar mengecek keadaannya.
"Kamu udah minum obat, Re?" Tanya Mama, sambil mengajak anaknya masuk kedalam kamarnya. Sementara Papa Renata sudah pergi entah kemana.
"Udah." Jawab Renata singkat.
YOU ARE READING
Inspirasa#2 Believe In Love
RomanceKetika kamu mulai pasrah dengan takdir, tiba - tiba saja Semesta memberikan kejutan untukmu. Namun, ketika kamu merasa ada harapan, tiba - tiba saja Semesta menghancurkan harapanmu dalam sekejap. Ini bukan pertama kalinya Naila dihadapkan pada situa...