Jakarta 2001
"Assalamu'alaykum... Assalamu'alaykum..."
"Mamiiii.. mamiiiiiii." Teriak suara cempreng milik Naila didepan pintu rumah besar milik keluarga Bratadikara.
"Iyaaa.." Balas suara dari dalam rumah.
Naila tersenyum lebar ketika pintu di depannya terbuka, dan menampilkan sosok Aruna yang baru saja membukakan pintu.
"Eh, Zara. Tumben ketok pintu dulu, biasanya juga nyelonong masuk kamu." Kata Aruna setelah mempersilakan Naila masuk kedalam.
"Ara aja mbak Runa, jangan panggil aku Zara." Kata Naila.
Aruna hanya tertawa menanggapi ucapan anak kecil dihadapannya ini
"Hehehe kata Ibu kalau kerumah orang harus ketok pintu dulu, mbak." Lanjut Naila sambil terkekeh kecil.
"Oia, Abay ada dirumah ngga, mbak?" Tanya Naila ketika dirinya sudah duduk disofa.
"Nih tumben lagi nih, biasanya kamu selalu tau Narendra dimana. Kok sekarang tumben nanyain?" Balas Aruna yang duduk berhadapan dengan Naila.
"Tadi pas pulang sekolah, Ara ngga liat Abay, mbak." Jelas Ara.
"Emang Abay belum pulang, mbak?" Tanya Naila sekali lagi.
"Kayanya belum, Ra. Tuh meja makan masih utuh makanannya." Balas Aruna.
Mencebikan bibirnya kecil, Naila melipat kedua tangan kecilnya didepan dada. Seraya berpikir dimana ia akan mencari Narendra.
"Kenapa sih? Kamu ada perlu?" Tanya Aruna.
"Ibu hari ini ulang tahun, mbak. Kata ibu ajak Abay sama bang Don makan-makan dirumah." Kata Naila menjelaskan maksud kedatangannya.
"Narendra sama Doni aja yang diajak, Mbak Runa ngga diajak?" Tanya Aruna, pura-pura ngambek.
"Yaaa nanti mbak Aruna ikut juga.." Jawab Naila, yang sekarang sudah merebahkan diri di sofa.
"Kayaknya mbak ngga bisa ikutan, mbak mau pergi." Kata Aruna.
"Yaudah, ngga apa-apa. Lagian ini acaranya anak kecil." Kata Naila yang kini sudah setengah mengantuk.
"Jangan tidur disini, Ra. Tidur dikamar mbak aja sana." Kata Aruna, mengingatkan Naila.
Naila yang memang mudah tertidur apalagi di dukung dengan tempat yang nyaman, ia bisa langsung terlelap begitu saja tanpa peduli dengan keadaan sekitar. Aruna yang sudah tahu sifat Naila, hanya menghela napas pelan dan membiarkan Naila tidur disofa.
Baru saja Aruna ingin menuju kekamarnya, tak lama terdengar suara salam yang di susul suara langkah kaki.
"Lah, ngapa tuh bocah?" Ucap Doni ketika pertama kali sampai di ruang tamu dan melihat Naila yang sedang tidur.
Narendra yang berjalan dibelakang Doni ikut menolehkan kepala mengikuti arah pandang Doni.
"Biasa.." Kata Aruna menaggapi ucapan Doni.
"Ck, kebiasaan." Gumam Narendra, melihat Naila yang sudah pulas.
"Kok bisa ada disini si bogel, mbak?" Tanya Narendra yang kini sudah duduk tak jauh dari tempat Naila tidur.
"Nyariin lo. Katanya mau diajak makan-makan dirumahnya, Ibu lagi ulang tahun." Jawab Aruna, "Udah ah, gendong tuh bawa ke kamar." Kata Aruna, sebelum pergi kekamarnya.
YOU ARE READING
Inspirasa#2 Believe In Love
RomanceKetika kamu mulai pasrah dengan takdir, tiba - tiba saja Semesta memberikan kejutan untukmu. Namun, ketika kamu merasa ada harapan, tiba - tiba saja Semesta menghancurkan harapanmu dalam sekejap. Ini bukan pertama kalinya Naila dihadapkan pada situa...