Gara-gara Lunar

32 2 0
                                    

Dijam satu siang ini Naila baru saja selesai membuat Vanilla cake pesanan dari Arimbi untuk temannya yang hari ini berulang tahun. Semenjak menganggur seperti inilah kegiatan Naila, selain membantu atau lebih tepatnya merusuh di kafe milik Renata. Naila juga membuka pesanan cake atau kue basah dari luar, seperti dari teman-teman Arimbi atau dari teman-teman Ibunya.

Awalnya Naila enggan menerima pesanan seperti ini, karena prinsip dasar seorang Naila adalah melakukan sesuatu sesuai dengan mood Naila. Namun, karena omelan dari Ibu dan celotehan tidak bermutu dari Arimbi akhirnya Naila mengiyakan untuk membuka jasa pesanan kue atau cake.

"Kamu tuh kalau punya bakat sama potensi harus digunain maksimal, bukannya malah disia-siain cuma buat rebahan aja." Begitu kata Ibu, sewaktu Naila menolak usulan Arimbi.

"Tahu, jadi pengangguran aja belagu, jangan bisanya cuma ngabisin nasi aja. Harus bisa menghasilkan uang buat beli nasi dong." Kata Arimbi yang bertugas sebagai kompor kala itu.

Dan Naila berbekal kesadaran diri karena masih menumpang hidup dirumah orang tuanya, jadi mau tidak mau dia harus membuang jauh egonya dengan cara menerima ide dengan membuka dan menerima setiap pesanan yang masuk, lagipula kalau dipikir-pikir ada keuntungannya juga. Hatinya jadi selalu berbunga-bunga tiap kali ada yang mereview cake hasil buatannya.

Setelah mengabari Arimbi bahwa cake pesanannya sudah jadi, Naila bergegas kekamarnya untuk mandi lagi siang ini, sebelum ia membawa Lunar ke dokter hewan. Sudah empat hari ini Luar tidak nafsu makan, bahkan mata dan hidungnya berair.

Setelah mencari tahu dari internet, tentang gejala yang diperlihatkan oleh Lunar, Naila berasumsi bahwa Lunar terkena flu. Maka dengan pengetahuan seadanya, Naila merawat Lunar dengan baik, seperti menjemur dan memberikan Lunar makan dan minun yang terbaik agar Lunar bisa sehat kembali.

Namun, dihari yang keempat ini Lunar tak kunjung sembuh. Malah terdapat luka pada lidah dan bibir Lunar, seperti sariawan. Daripada Naila hanya menebak-nebak tentang sakit apa yang diderita Lunar, akhirnya Naila memutuskan untuk membawa Lunar ke dokter hewan hari ini.

Naila sudah mendapatkan rekomendasi klinik hewan yang bagus dari salah satu temannya di komunitas kucing yang diikutinya di grup WhatsApp. Kini ia sudah rapi dan wangi dengan setelan perginya, ia menggunakan baju terusan sampai lutut berwarna maroon, dan juga hari ini Naila sengaja mengepang rambutnya agar tampilannya terlihat lebih fresh.

"Bu, Ara pergi ke klinik dulu ya," Pamit Naila kepada Ibu yang berada didalam kamar. Namun, tidak ada sahutan apapun dari dalam, maka Naila memutar tubuhnya untuk mencari Ibu diluar, mungkin Ibu sedang bergosip dengan Ibu-ibu lain didepan rumah.

Baru saja kakinya melangkah, terdengar suara pintu kamar Ibu yang terbuka. Dan terlihat Ibu yang penampilannya juga sudah rapi seperti Naila.

"Ibu mau kemana? Tumben cakep." Kata Naila, lalu tertawa kecil ketika melihat mata Ibu mendelik kearahnya.

"Ibu mau ikut kamu, sekalian anter kuenya Arimbi ketempat kerjanya," Ucap Ibu, sambil merapikan posisi tasnya, "Arimbi lagi ada meeting diluar, terus dia juga ngga mau kalau cakenya dianter sama driver online." Jelas Ibu, yang membuat Naila memutar bola matanya.

"Ck, nyusahin banget. Heran."

Ibu tertawa mendengar gerutuan anak sulungnya, Naila memang seperti itu, dia bagaikan Puteri kerajaan yang tidak terlalu suka diperintah ini-itu terlebih jika ketika ia sudah memiliki agenda sendiri. Namun, si bungus Arimbi pun tak mau kalah. Jika sang Kakak menganggap dirinya Puteri, Arimbi justru menganggap dirinya adalah Ratu. Apapun keinginanya harus selalu dituruti.

Karena, perilaku kedua anaknya tersebut membuat Ibu jadi terheran, sebenarnya mereka itu keluarga dari kerajaan mana.

***

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 30, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Inspirasa#2 Believe In LoveWhere stories live. Discover now