"Berita terbaru, CEO penerbit besar GPM Publisher mengumumkan akan membuka pelatihan khusus untuk menghasilkan penulis berkualitas. Hadiah yang ditawarkan pun tidak main-main. Jika berminat bisa langsung cek media sosial resminya. Sebelum itu, mari kita berbincang singkat dengan CEO serta para editor yang akan membimbing peserta didik nanti."
"Kepada Kak Fina F atau biasa dikenal Mamih F silakan masuk."
"Hallo, perkenalkan saya Fina, pendiri GPM Publisher. Hadir untuk menaungi para gadis remaja yang ingin berkarya. Salam kenal."
"Wah, apa motivasi Kak Fina mendirikan sebuah penerbitan seperti ini?"
"Awalnya enggak ada yang special, cuman perbincangan konyol dengan Alin waktu itu, saya juga nggak nyangka bisa sampai sebesar ini."
"Wah, benar-benar rezeki ya. Ngomong-ngomong soal Alin, dia adalah salah satu editor di GPM, 'kan?"
"Yups, benar sekali Alin adalah seorang editor sekaligus tangan kanan saya. Oh, ya, dia juga yang akan mengurus para peserta 9GPM nanti."
Alsha memperhatikan perbincangan di TV itu dengan serius. Dirinya benar-benar terkagum dengan sosok 'Mamih F'.
"Ahhh, andai aku bisa menjadi seperti dirinya," gumam Alsha sembari terus memperhatikan.
Mamih F benar-benar sosok idola baginya, di usianya yang masih terbilang muda Mamih F sudah dapat mengurus penerbitan besar dan merilis banyak novel solo yang menarik. Mamih F benar-benar tipe wanita yang banyak dikagumi.
"Oh, ya, untuk program 9GPM ada batas usianya, Kak?"
"Ada, usia yang kami terima untuk seleksi itu antara 13-18 tahun saja."
"Aah, benar-benar dikhususkan untuk para remaja ya."
Alsha tiba-tiba terseyum setelah mendengarkan penjelasan itu, dirinya langsung terbangun dari posisi tidur. "Tiga belas tahun? Berarti ... aku punya kesempatan! Ini kesempatan berharga, aku harus ikut!" seru Alsha semangat.
Dirinya segera mencari ponsel untuk menghubungi seseorang. Seseorang yang ada di pikirannya ketika ia mendengar kabar tadi. Suara ponsel yang sedang menghubungkan telepon terdengar sangat jelas.
"Ahwaaaa! Oy!"
"Apaan, sih, Sa? Bisa nggak, nggak usah teriak?"
"Ya maaf, anu, kamu nonton acara IDM?"
"Iya, nonton, itu lagi iklan."
"Udah tau kabar itu dong?"
"Yang acara 9GPM? Udah, mau daftar?"
"YA JELAS MAU LAH! YA KALI NGGAK DAFTAR!"
"Daftar ya daftar aja, nggak usah teriak-teriak, sakit kupingku."
"Kamu ikut?"
"Emm ... nggak tau, bingung."
"Kamu ada di rumah sekarang?"
"Ada."
"Aku OTW!"
Alsha memutuskan sambungan telepon sepihak, lalu ia segera menyimpan ponselnya ke dalam sakunya. "Ibu, Alsha mau ke rumah Ahwa dulu!" teriak Alsha sambil memakai sepatu tali kesukaan. Rambut hitamnya dibiarkan tergerai, setelah selesai memakai sepatu, ia merapikan pakaian birunya lalu membuka pintu.
"Ibu! Alsha berangkat sekarang!" serunya seraya membuka pintu.
****
Alsha berjalan dengan tergesa, sepertinya ia benar-benar sangat ingin mengikuti acara itu. Entah karena pengin bertemu Mamih F secara langsung, atau karena hal lain. Sekarang dirinya sudah sampai di depan pintu gerbang rumah Ahwa.
Sangat cepat, 'kan? Tentu saja, jarak antara rumahnya dan rumah Ahwa hanya terhalang oleh empat rumah tetangga. Jadi, tentu saja dengan berjalan kaki pun akan cepat sampai. Tanpa basa-basi, Alsha langsung membuka pagar rumah Ahwa yang memang tidak terkunci.
"AHWAAA!" teriak Alsha ketika ia memasuki halaman rumah Ahwa. Membuat sang pemilik rumah keluar rumah dengan raut wajah malas.
"Apaan sih? Salam kek, untung mamah lagi pergi," kesal Ahwa seraya berjalan masuk ke rumahnya, diikuti Alsha dari belakang.
Ia memasuki ruang tamu Ahwa, lalu duduk manis di salah satu kursinya. "Ngapain diem di sana? Biasanya juga nyelonong," ketus Ahwa yang membuat Alsha menatapnya sinis.
"Aku tuh, 'kan pengen jadi tamu yang baik Ahwaaaa."
"Alah, mana ada tamu baik teriak-teriak pas mau masuk," sangkal Ahwa sembari memutar malas kedua bola matanya.
"Hehe, maaf."
Ahwa mengajak Alsha memasuki ruang TV-nya dan melanjutkan menonton acara tadi. "Jadi, kamu mau daftar, Sa?" tanya Ahwa tanpa menoleh. Pandanganya terfokus pada Mamih F yang sedang berbincang di TV. Alsha mengangguk pelan sebagai jawaban.
"Iya, aku mau daftar, besok 'kan hari pertama pendaftaranya, aku mau daftar besok aja." Alsha mengambil sebuah toples berisi camilan ringan yang berada di hadapannya, tanpa meminta izin atau apa, dia langsung membuka dan memakannya seraya menatap layar TV.
"Elah, ntu anak, makan nggak bilang-bilang, sini-sini, minta ah."
"Minta doang, ribet amat."
"Eh, bener mau daftar?"
"Iyalah, masa bohong."
Ahwa menatap Alsha dengan tatapan yang sulit diartikan. Membuat yang ditatap merasa aneh. "Apaan, sih? Aku tau aku cantik kok," ucap Alsha dengan percaya diri, membuat Ahwa merasa eneg dengan tingkah sahabatnya yang tidak pernah berubah ini.
"Dih, tapi, 'kan Sa. Pasti yang ikut acara itu bukan kamu aja, apalagi GPM Pub itu bener-bener penerbit tekenal. Emang kamu yakin bisa lolos? Secara, kata Mamih F di wawancara tadi yang lolos sampai tahap akhir cuman sembilan orang."
Alsha melepaskan pandanganya dari TV lalu menatap Ahwa. Ia berpikir, ucapan sahabatnya tadi tidak sepenuhnya salah. Dia belum berpikir sampai ke sana. "Iya juga, gimana ya, tapi kalau nggak ikut kek nggak ada usaha banget. Ish, lagian kamu bukannya semangatin atau apa kek, malah nakut-nakutin gini."
"Haha, bercanda, Sa. Masa temen aku mau berjuang aku takut-takutin sih, aku juga mau ikut kok, besok kita daftar bareng-bareng yak!" Gadis bernama Ahwa itu merangkul sahabatnya sambil tertawa lepas.
Ternyata benar, dari dulu sahabatnya itu tidak pernah berubah. Selalu mudah percaya dengan kata-kata orang lain. Suasana di ruangan iitu menghangat karena canda dan tawa sepasang sahabat yang saling meledek.
Ting!
Suara bel yang berbuyi membuat sepasang sahabat itu menghentikan candaannnya lalu menatap ke arah pintu secara bersamaan. "Siapa itu?" Mereka saling tatap dan menoleh. Kemudian, Ahwa berjalan menutu pintu utama rumah itu lalu membukanya.
"Kamu ...." Ahwa menggantung kalimatnya yang membuat Alsha penasaran lalu menghampirinya.
"AAA, RIFAA!" teriak Alsha kegirangan.
"Kalian jahat, ngumpul nggak bilang-bilang," kesal Rifa sembari memanyunkan bibirnya.
"Maaf, ini nggak direncanain, tadi si Alsha tiba-tiba dateng."
"Jangan-jangan, kalian mau ikut 9GPM itu, 'kan?"
"Kok tau?!" tanya Alsha bersamaan dengan Ahwa
"Taulah, 'kan aku juga mau ikut. Tadi ke rumah Alsha buat ngasih tau, eh kalian malah ngumpul di sini, jahat."
Ternyata benar kata orang, kalau sudah lama bersahabat, ikatan batin mereka pasti kuat. Seperti halnya Alsha, Ahwa dan Rifa, tidak ada perjanjian atau apa, tetapi tiba-tiba akan mengikuti acara itu bersama. Walaupun sebenarnya rasa takut dan gelisah menyelimuti hati Alsha. Namun, dia yakin jika seorang sahabat berada di sisinya ia bisa.
Aku yakin, aku bisa, ini adalah impianku! batin Alsha penuh semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
9GPM
Teen Fiction#1 in pelatihan (13-09-20) #2 in nasional (13-09-2020) #2 in pelatihan (09-09-20) #3 in terbit gratis (14-09-20) #3 in mamih (09-09-20) #4 in penerbitan (14-09-20) #6 in penerbitan (13-09-20) Alsha Nur Fadhillah memiliki hobi menulis sejak kec...