08 | Materi Kedua

13 1 0
                                    

Setelah para peserta yang tidak lolos evaluasi satu dipulangkan. Peserta lain kembali dikumpulkan di aula untuk diberi pengarahan.

"Dengan adanya kalian di sini, artinya kalian harus mampu menyelesaikan pelatihan ini sampai akhir nanti. Siap?"

"Siap!"

"Untuk jadwal kegiatan masih sama dengan minggu kemarin, ya. Di sini saya mau membagi kamar asrama baru kalian."

Tepat setelah Alin menyelesaikan kalimat terakhirnya, Alsha menoleh ke arah Nuy dengan tatapan sendu.

Layaknya seorang anak yang tak ingin kehilangan ibunya. Alsha terus menatap Nuy. Alsha benar-benar tak ingin berpisah dengan Nuy.

Nuy sudah bagaikan ibu untuknya. Alsha juga tak ingin berpisah dengan Sisi yang sudah seperti kakaknya sendiri.

"Ih, dasar, Bocil. Biasa aja kali, toh kita masih satu asrama ini."

Nuy yang sepertinya mengerti artinya tatapan Alsha berceletuk walau dengan mata yang berkaca-kaca. Membuat Alsha semakin tak ingin berpisah dengan ibu keduanya ini.

"Saya akan membagikan kertas berisi nomor kamar."

Alin mulai membagikan selembar kertas itu. Alsha tidak langsung membukanya. Ia masih terus berdoa berharap bisa satu kamar lagi dengan Nuy.

"Karena hanya ada dua puluh tujuh peserta. Satu kamar kini berisi tiga orang. Silakan dibaca kertasnya lalu langsung menuju kamar masing-masing dan mempersiapkan diri. Saya pamit untuk diri. Besok materi akan dimulai bersama Kak Mira. Terima kasih."

Alin pergi melegang setelah selesai menjelaskan semuanya.

Alsha menatap lekat Nuy di sampingnya. "Kak Nuyyy, aaaaa, aku nggak mau pisah," ucap Alsha terang-terangan seraya memeluk Nuy. Membuat Nuy merasa terkejut, tetapi membalas pelukan Alsha dengan lembut.

"Nggak apa-apa nggak sekamar juga. 'Kan masih satu asrama."

Alsha melepaskan pelukannya lantas menatap Nuy sendu. Suasana sedih itu dihancurkan oleh sosok Sisi dari belakang yang berteriak memanggil nama Alsha.

Membuat gadis itu menoleh dengan tatapan sengit. "Apaan, sih. Ganggu aja," ketus Alsha seraya memalingkan wajahnya dari Sisi.

Nuy yang memperhatikan interaski mereka hanya bisa tertawa ringan.

"Heh, Bocil, sok-sokan ngambek, nggak mau pisah sama aku juga, 'kan? Pasti kangen sama Sisi yang kyud tiada banding ini?" ucap Sisi dengan penuh percaya diri sembari melingkarkan tangannya ke leher Alsha.

Membuat gadis itu meringgis meminta dilepaskan. Belum selesai aksi tom and jerry Sisi dan Alsha.

Alvina yang merupakan salah satu penghuni kamar nomor sembilan juga turut menimbrung dan menggoda Alsha serta Nuy dan Sisi.

"Banjir, kalian rame amat, nggak inget aku juga penghuni kamar sembilan?" celetuk Alvi.

Sisi dan Alsha menoleh bersamaan. "GIMANA MO INGET KALODI SITU KERJAANNYA TIDUR SETIAP KITA MAU DISKUSI!" teriak Sisi dan Alsha tanpa rem. Ya ... bisa dibilang terlalu ngegas.

Sekali lagi Nuy tertawa melihat tingkah laku teman-teman sekamarnya yang kelewat absurd.

"Nggak usah berisik. Malu sama kamar lain, udah pada dapet nomor kamar baru, 'kan? Cepet sana siap-siap," ucap Olip dengan tenang.

Ah, iya. Alsha teringat kertas itu. Dia belum membukanya. Setelah diingatkan oleh Olip. Alsha segera membuka nomor kamarnya.

"Nomor satu. Kak Sisi nomor berapa?" tanya Alsha seraya mendongkakkan kepalanya menatap Sisi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

9GPMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang