5. RINDU

205 23 2
                                    

"Shit!"
Lora menoleh dengan pandangan bertanya ke arah Darren yang duduk di kursi pengemudi. Siapa yang dimakinya?
"Ada Papa," keluh Darren.
"Memangnya kenapa?"

Darren memundurkan mobilnya, memberi tanda ke satpam untuk menutup pagar.
"Kau belum tahu, Dayan saudaraku seayah lain ibu?"
Pemuda itu menjalankan mobilnya ke blok lain perumahan itu, lalu menelpon.
"Ada Papa, aku tak berani bawa Lora masuk. Dia kuantar pulang, atau kau keluar rumah masuk ke mobil?"
Setelah ada konfirmasi dari David, pemuda itu mengarahkan mobilnya kembali ke arah rumahnya.
"Tapi, David kan sakit?" tanya Lora ragu.

Darren membawa David dan Lora ke sebuah suite room hotel berbintang. Ia duduk di ruang tamu dan memesan makan malam, sementara gadis itu dan adiknya masuk ke kamar tidur.
"Badanmu panas," kata Lora membukakan sepatunya, sementara pemuda itu membaringkan diri.
"Seharusnya kau di rumah saja, tidak keluar rumah."
"Tapi aku rindu padamu."

David menarik Lora jatuh ke atasnya, membalikkan badan dan menindihnya. Dalam sekejab, inti tubuhnya menggeliat. Selalu begitu setiap kali ia berdekatan dengan gadis satu ini.
"Ereksi lagi?" tanya Darren, prihatin.
Ia berdiri di pintu, melihat semuanya. Adiknya tersenyum malu, turun dari tubuh Lora.

Beberapa androlog menyatakan David impoten, karena itu ia menjauhkan diri dari pergaulan akrab dengan perempuan. Baru Lora seorang yang bisa memberikan efek stimulus aneh untuknya.
Mengetahui ini, Darren sengaja mencari kesempatan mendekatkan mereka berdua. Tak ada niatan mencuri calon istri kakak tirinya, ia hanya ingin mengobati adiknya. Masalahnya, di hadapan perempuan lain gairahnya hilang.

*

Lora tak bisa menolak ketika lelaki yang baru menikahinya melepaskan semua pakaiqn mereka berdua. Gadis itu tak ingin melakukannya, tapi sang suami pandai membangkitkan gairahnya. Mulai dari menciun bibirnya, turun ke leher, lalu ke dada. Satu tangan meremas bukitnya, yang lain merambah ke bawah.
Gadis itu menggeliat, berusaha menyingkirkan tangan yang mengusap kelentitnya, tapi malah menyenggol yang lain.
"Sudah tak sabar?" bisik lelaki yang menindihnya dengan suara serak.
Tangan yang ingin disingkirkannya berpindah ke bawah lututnya, mengangkatnya, sehingga membuka akses yang lebih lebar. Yang tak sengaja disenggolnya tadi, masuk ke relung tubuhnya.

Lora sudah tidak perawan. Beberapa bulan sebelumnya ia jatuh cinta kepada seorang pengawalnya. Dari bermesraan secara sembunyi-sembunyi, mereka berdua tak bisa menahan diri. Sejak itu, kekasihnya sering menyelinap ke kamarnya untuk memadu cinta.

Suaminya bukan perjaka ting-ting, begitu masuk tanpa hambatan, ia langsung tahu, ada pencuri yang mendahuluinya.
Seminggu setelah itu, ia mengantar Lora berkunjung ke rumah orang tuanya. Ketika malam tiba, beralasan minum arak bersama ayah mertua, ia menyuruh istrinya tidur duluan.
Kenyataannya ia mencampurkan obat tidur, sebentar saja mertuanya terkapar terlelap.

Ia punya dugaan, Lora punya kekasih di rumah orang tuanya. Mengira ia akan minum arak sampai pagi, pasti sang kekasih akan datang menemuinya.
Betapa geram sang suami melihat ada lelaki lain mencumbu istrinya. Mereka masih berpakaian, tapi sudah berantakan.

Dipanggilnya dua puluh pengawal, dan diperintahkannya untuk melakukan sodomi ke lelaki itu.
Lora tidak tega melihatnya, ia menutup mata, tapi setiap kali suaminya mengancam menambah jumlah penyiksa.
Sang kekasih tergeletak di lantai, telanjang bersimbah darah. Luluh lunglai tak bertenaga, tapi matanya menatap suami Lora penuh dendam.

Kemudian sang suami melepaskan semua pakaiannya, dan di hadapan sang kekasih, ia menyiksa Lora dengan kenikmatan. Gadis itu mengeluh, mengerang, menggeliat. Dan ....

*

Lora terbangun dengan tubuh berkeringat. Mimpi erotis lagi.
Gadis itu ingin bangun untuk minum, tapi tak bisa, tangan David memeluk pinggangnya. Melihat pemuda itu telanjang, ia cepat memeriksa pakaiannya, masih memakai celana dalam dan daster, tanpa bra.
"Sudah pagi? Kan Sabtu, tidur lagi gi," kata pemuda itu dengan mata mengantuk.
"Aku haus, mau minum."
"Ini."
Lora menoleh, Darren menyodorkan segelas air putih.
Astaga! Ia tidur seranjang bersama dua lelaki! Bagaimana kalau orang tuanya tahu?

Darren memakai celana pendek dan kaos. Setelah meletakkan gelas kosong di nakas, ia melanjutkan tidur, membelakangi mereka.
"Ken ... kenapa kau telanjang?" tanya Lora.
"Aku ingin merasakan sensasi jemarimu menggerayangi tubuhku," katanya mencium bibir Lora dan mulai menindihnya, ada yang keras menyodok di sela pahanya.
Lora mendesah ketika pemuda itu meremas dadanya, ia mundur menjauh, tapi punggungnya menabrak Darren.

"Kau memilih aku daripada David?" tanya Darren tetap memunggungi mereka.
"Bukan begitu."
"Tadi malam kau tidak menolak, mengapa pagi ini bikin drama?"

Pikiran Lora rancu antara mimpi dan kenyataan. Seingatnya ia bercinta dengan ... David? Kekasih di mimpinya itu adalah David! Mereka bercinta berkali-kali sebelum ia menikah.
"David, apakah tadi malam ...?"
"Kalau yang kaumaksud kita bersetubuh, jawabnya tidak," jaewb pemuda itu sambil terus menciumi fan menggerayangi tubuhnya, "tapi yang seperti ini, iya."

*

Sebulan berikutnya Dayan selalu sibuk, di kantor, maupun di saat akhir pekan. Tak ada kesempatan menyentuh Lora.
"Kudengar kau sering makan siang bersama Lora?" kata Dayan suatu ketika kepada Darren, "ada gosip kalian pacaran."
"Aku tak pernah berduaan, selalu mengajak David," jawab adiknya, "dan gosip itu membuat cowok-cowok lain berhenti mendekatinya."
Dayan mengangguk setuju.

Lelaki itu tak lagi gelisah. Memang ada kerinduan mendekap Lora, tapi situasi tak berpihak kepadanya. Akhir-akhir ini kedua putrinya menyita waktunya, minta ditemani di akhir pekan.

Sampai suatu hari Minggu pagi, ia melihat David dan Lora masuk ke lift hotel berdua. Adiknya memeluk pinggang gadis itu, dan si gadis dengan manja menyandarkan kepala di pundak.
Dayan ingin menyusul, tapi Cindy --istrinya-- memanggil. Ia hanya bisa mengepalkan tangan dengan marah.

Surabaya, 31 Agustus 2020
#NWR

MENGEJAR CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang