Cinco

70 3 0
                                    

Saat berjalan menuju kelas kakaknya Dayra harus melewati beberapa kelas X lainnya, Ia melihat ada seseorang yang ia kenal sedang duduk didepan kelas X IPA 2. Lalu ia pun berniat menghampirinya.

Namun, sebelum ia beranjak lebih jauh lagi mendekati seseorang yang ia lihat tadi.
Tiba-tiba ada sesosok lelaki yang sudah lebih dulu menghampiri orang itu.

Ia berhenti diujung koridor yang tak jauh dari dua orang itu, lalu bergumam pelan "ternyata dunia sesempit ini yah."
Saat ia merasa bahwa sosok lelaki tadi akan menoleh kearahnya, Dayra segera menepi dan bersembunyi dibalik tembok.

"Hufftt.. Untung aja nggak ketahuan." ia menghela napas lega.

Samar-samar ia mendengar percakapan dua orang itu. Walau sejujurnya ia sama sekali tidak bermaksud untuk menguping pembicaraan orang, namun keadaanlah yang memaksanya melakukan hal ini.

Jika ia tetap melanjutkan langkahnya, otomatis ia akan melewati kedua orang itu. Pastinya si sosok perempuan itu akan mengajaknya berbincang bersama, sedangkan ia belum siap untuk bertemu dengan sosok lelaki itu lagi.

Entah kenapa jika ia bertemu dengan sosok lelaki itu, jantungnya akan berdetak lebih kencang. Oleh karena itu, sebisa mungkin ia mencoba menghindari segala bentuk kontak langsung dengannya.

"Ta, tadi tante Rosa telpon gue. Katanya tante lagi ada urusan, jadi lo disuruh pulang bareng gue."

"Nggak usah, Al. Aku mau pulang naik taxi aja."

"Jangan keras kepala deh, ini amanat dari nyokap lo, Ta."

"Aku nggak mau ngrepotin orang lain, nanti soal mamah biar jadi urusanku.

Alwi mengacak rambutnya frustasi.
"Lo kenapa sih, Ta. Akhir-akhir ini selalu menghindar dari gue. Gue salah apa?"

"Kamu nggak salah, Al. Aku yang salah, dan kejadian waktu pesta itu nggak seharusnya terjadi." Arlita memutar badannya hendak meninggalkan Alwi.

Alwi segera menahan pergelangan tangan Arlita dan melangkahkan kakinya berdiri di depan Arlita. Ia memperhatikan raut wajah Arlita dan mencoba menebak-nebak perasaan gadis itu.

"Kita nggak bisa milih mau jatuh cinta sama siapa, Ta. Begitupun dengan gue, awalnya kita memang hanya sebatas sahabat namun seiring berjalannya waktu perasaan ini tiba-tiba saja muncul dihati gue. Apa itu salah?"

Arlita tidak bisa menjawabnya. Ia menghentakkan tangannya agar terlepas dari cekalan Alwi.
"Untuk saat ini akan lebih baik jika kita jalan masing-masing saja. Aku butuh waktu sendiri, Al." Setelah mengatakan hal itu, ia benar-benar melangkah meninggalkan Alwi.

Alwi termenung ditempatnya, namun saat melihat langkah Arlita yang sedikit tertatih menjauh darinya, ia segera menyusul Arlita.
"Tunggu, Ta. Kaki lo kenapa?"

"Nggak papa, cuma insiden kecil."

Alwi mengangguk. "Oke, kalau itu udah jadi keputusan lo akan gue hargai. Tapi untuk kali ini, biar gue anter lo pulang." Arlita masih menimbang-nimbang tawaran Alwi.

"Please, Ta. Untuk yang terakhir kalinya, biarkan gue jalanin amanat dari nyokap lo." mohon Alwi pada Arlita.

Arlita merasa tidak tega melihat Alwi yang sampai memohon kepadanya. Akhirnya ia meng-iyakan ajakan dari Alwi tersebut. Dan merekapun menuju parkiran untuk pulang bersama.

$$$

Tanpa disadari, ada sesosok perempuan yang sedang bersembunyi sedari tadi dibalik tembok dan mendengar semua percakapan dua insan tersebut.

Diam-Diam SukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang