Chapter 5

28 23 1
                                    

Sebenarnya ini lanjutan dari chapter 4, tapi karena kepanjangan jadi harus dibagi dua dan baru bisa publish hari ini.
Happy reading sahabat💛






















Kenzo tergelak mendengar penuturan dari Fenoora. Namun tawanya seketika berhenti ketika melihat Marcella sudah berada di depan pagar rumahnya sambil melipat tangan di dada. Baju piama berwarna hitam serta sandal bulu melekat di kakinya yang jenjang.

“Kok nunggu di luar?” tanya Kenzo.

“Kenapa aku telfon nggak diangkat?” Marcella malah balik bertanya.

Kenzo meraba kedua kantong jeans dan tidak mendapati ponselnya disana. Seketika ia teringat dan menepuk jidatnya, “ketinggalan di meja rias Rara” ucapnya. Kenzo teringat bahwa ia tadi meletakan ponselnya di meja belajar saat mengambilkan Fenoora sweater.

Marcella memberikan tatapan dan senyum sok manis pada perempuan yang sedang berdiri di samping sepedanya. Tentu saja Fenoora membalas, ia tersenyum pada saingan Kenzo di urusan belajar. Saling bersaing mendapatkan juara satu walau pada akhirnya Marcella tetap berada di posisi kedua. Tatapan mata itu, tatapan seperti ia mendapat kesempatan untuk mengalahkan Kenzo di tahun ajaran ini.

Selesai dengan urusannya, Kenzo mengecup dahi Marcella di depan mata Fenoora membuat gadis itu geleng-geleng kepala. Sungguh, ini bukan pertemuan yang menghabiskan waktu berjam-jam. Bahkan Marcella pun tidak menawari Kenzo dan Fenoora untuk mampir.

“Aku pengen di kecup juga Ken” ucap Fenoora iri.

“Makanya cari pacar” timpal sahabatnya itu.

Fenoora menghembuskan nafas dan berekspresi datar. Namun beberapa detik kemudian Kenzo memberikan ciuman di kening dengan cara merapatkan kelima ujung jarinya sebagai simbolnya kali ini.

“Nanti yang real minta di pacar” ucapnya kemudian, “ayo naik”

Dengan senyum tertahan, Fenoora kembali mengambil posisi menyamping dan merapatkan tubuhnya pada Kenzo.

“Pegangan” ucap Kenzo saat menambah laju sepedanya. Dan saat kembali bertemu penurunan, Fenoora tambah mengeratkan pelukannya takut jatuh. Kecepatan sepeda kian melaju.

“PELAN-PELAN. HUUU AAAAAA” teriak Fenoora saking takutnya dengan Kenzo yang terengah sambil tertawa puas.

***

Kenzo menghirup banyak oksigen saat sepeda milik Fenoora benar-benar sudah sampai pada tempatnya semula yaitu garasi. Setelah menuruni penurunan yang lumayan panjang, mereka mencari jalan pintas agar bisa pulang lebih cepat. Namun sayangnya itu adalah bencana, dua ekor anjing sekaligus mengejar mereka di sepanjang lorong yang rasanya sangat panjang.

Ini pertama kalinya bagi Kenzo dan Fenoora mengalami insiden dikejar anjing yang terlihat buas ketika sedang menggonggong tanpa mengibaskan ekor sama sekali.

“Lain kali jangan lewat sana lagi” ucap Kenzo yang masih ngos-ngosan dan pelipisnya di banjiri begitu banyak keringat.

Fenoora berkacak pinggang, “eh. Siapa bilang lain kali. Aku nggak mau ada lain kali diantara kita soal ini”

Kenzo hanya terkekeh menanggapinya, “aku pulang dulu. Harus belajar” ucapnya. “Kamu harus belajar juga Ra, minggu depan sudah ujian”

“Hm” gumamnya dan langsung balik kanan, “tunggu bentar. Aku mau ambilin ponsel kamu”

***

“Gawat gawat gawat” ucap Fenoora sedikit panik sambil berlari, “Tante megi nelfon terus dari tadi”

KENOORA: When We Were YoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang