David

14 6 11
                                    

"Udah sadar?". Tanya David yang duduk disebelah Zora. Zora tersenyum dan mengangguk lemah. Ia mencoba bangun dari tidurnya meskipun tubuhnya masih lemas karena obat bius.

David menunduk, merasa menyesal dengan apa yang ia lakukan setiap hari pada orang yang ia cintai.
"Maafin aku Zora!". Memdengar itu Zora tersenyum.
"Makasih Vid, lo orang yang paling gue sayang!". David menghela nafas, Zora selalu mengatakan itu setelah ia pingsan.

"Ajak gue jalan jalan dong? Bosan di"neraka" terus!". Celetuk Zora. David tersenyum miris, dirinya bahkan menjadi tangan kanan Risa.

"Mau maaf dari guekan?". David mengangguk semangat.
"Yaudah ajak gue ketaman!". David berfikir sebentar lalu mengeluarkan ponsel dari sakunya. Zora mengerucutkan bibirnya, pasti David menghubungi Risa.

David beranjak dari duduknya lalu melangkah kelemari yang isinya telah ditata seperti semula.
"Ngapain?". Tanya Zora melihat David yang memilah milah bajunya.

"Nah!". David kembali ketempat Zora dengan membawa satu set pakaian milik Zora. Zora mengernyit.

"Kamu pake ini!". Zora mengembangkan senyumnya lalu beranjak dari tempatnya dan langsung memeluk leher David erat.

"Makasih abang!". Zora tidak tahu, perlakuannya pada David telah membuat hati David bergemuruh.

Zora melepaskan pelukannya lalu mengambil pakaian yang David pegang. Dengan sedikit berlari ia masuk kedalam kamar mandi. David mengembangkan senyumnya.

"Aku tunggu dibawah, yang lama yah dandannya!". Celetuk David lalu keluar dari kamar Zora.

Zora yang ada didalam kamar mandi menyeringai, ini kesempatannya untuk kabur dari "neraka" nya.

Zora benar benar mematuhi perkataan David, hampir satu jam ia masih berada didalam kamar. Bukan berdandan menor melainkan memoles pipinya yang lebam dengan bedak yang dapat menyembunyikan lebamnya.

Akhirnya Zora siap, ia membuka laci nakasnya lalu memilih ponsel mana yang akan ia bawa, ada sedikitnya 6 ponsel yang berada didalam nakasnya.

Pilihannya tertuju pada handphone bercasing panda.

"Kita akan bermain nyonya Risa!". Zora menyeringai lalu memasang wajah datarnya kemudian keluar dari kamar.

"Zora!". Zora menghentikan langkahnya ditengah tangga. Derap langkah ber sepatu highheels menuruni tangga terdengar menggema ditelinga Zora. Dibawah David berdiri menatap Zora.

Zora memasang wajah sedatar datarnya.

Setelah beberapa detik, Zora tidak tersungkur ataupun ditampar melainkan sebuah tangan yang mengelus kepalanya.

"Kamu hati hati yah sayang kalau pergi, jangan buat mama khawatir...yah?". Ucap Risa halus membuat Zora bergidik. Dia, jijik mendengarnya.

"Kamu juga sadar diri, jangan coba coba kabur!". Nada Risa menekankan kata "kabur" lalu menyentuh dagu Zora kemudian mengangkatnya. Ia menilisik setiap inci wajah Zora yang masih datar itu.

Zora menghempas tangan Risa lalu menatapnya tajam. Risa terkekeh.

"Kamu pintar juga ya nyembunyiin luka kamu? Kalau kayak ginikan aku bisa lebih nyiksa kamu!". Risa baru saja ingin melayangkan tamparan.

"Nyonya!". Zora dan Risa sama sama menoleh pada David.

"Untuk kali ini jangan, saya mohon!". David berlutut dibawah sana. Risa tersenyum sedangkan Zora marah melihat David selemah itu.

"Kali ini kamu selamat sayang!". Ucap Risa lalu naik kembali kekamarnya. Zora menatap David tajam lalu berniat ingin kembali juga kekamarnya.

"Ra ra, kamu mau kemana?". Tanya David melangkah kearah Zora.

Annoying Girl( SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang