Just Prologue

27 7 0
                                    

"Mamma...Pappa...."

*****

Rumah mewah itu nampak kosong dari luar. Hanya ada sampah berserakan dimana-mana. Bahkan ilalang yang tinggi menutupi jalan menuju pintu masuk. Dari dekat terdengar suara tangisan seorang balita, lirih... begitu pelan suara tangisnya. Dia tidak sendiri, ada seorang wanita yang sedang dia tangisi, sedang terkapar tak bernyawa dengan luka ikatan tali di lehernya.

"Mammaa...." ucap Balita itu lirih.

*****

Kalma Amanda Kanaya merupakan nama wanita itu. Dia adalah seorang istri dari Faren Cahya Aditya. Sekaligus Ibu dari balita tersebut, Chicca Tristabetha.

Kalma dan Faren menikah setelah mereka lulus kuliah bersama. Kehidupan percintaan Kalma dan Faren dapat dibilang sangat baik. Mereka berpacaran pada saat kelas satu SMA. Banyak orang iri dan kagum melihat kemesraan mereka di tempat umum.

Namun, mungkin moment itu semua tidak akan berjalan selamanya. Kadang kala batu besar membuat perpecahan sehingga menimbulkan pertengkaran.

4 tahun setelah mereka menikah. Tuhan memberi mereka berdua bayi perempuan yang cantik dan manis, yang kini telah menjadi balita yang aktif dan pintar, Chicca. Mereka merawat Chicca dengan sepenuh hati. Faren tidak akan bisa berhemat jika Chicca sudah meminta sesuatu.

*****

Suatu hari si pagi yang cerah, Faren pulang dengan wajah yang muram. Tercium bau alkohol menyengat dari badannya. Kalma merasa sedih melihat suaminya pulang membawa aroma alkohol yang menyengat kemana-mana, dengan sabar Kalma menanyai suaminya yang berjalan sempoyongan itu, "Pah, Papah kemarin lembur katanya, tapi kok pulang-pulang baju Papa bau alkohol?"

Dengan sayu Feren menjawab, "Ahh... aku di PHK dari perusahaan."

Kalma terkejut mendengar jawaban Feren, tapi, dia masih merasa tidak puas dengan jawaban Feren. Kemudian Kalma menanyai suaminya kedua kali, "Tapi Pah, kalau di PHK kenapa mabu-"

Plakk...

Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, tamparan keras dari Feren mendarat di pipi kiri Kalma.
Dia merintih kesakitan, namun Feren tidak menghiraukannya.

"Udahlah, elu enak kerja dirumah, tinggal gua kasih duit, terus lu belanjaiin," ucap Faren memanas.

"Tapi itu kebutuhan Chicca, Pah..." balas Kalma parau.

Tanpa mendengarkan kalimat dari Kalma, Feren dengan acuh menaiki tangga dan pergi ke kamarnya.


*****

Perbuatan Faren semakin hari semakin parah. Bahkan dia tidak malu sama sekali membawa wanita luar masuk kedalam rumahnya. Kalma yang mengetahuinya hanya bisa bersabar. Bersabar mengahadapi perilaku suaminya. Dengan dukungan anaknya yang setiap hari menjadi hiburan tersendiri baginya.

Sampai suatu hari....

"Kalma... kita cerai."

Deg

Seketika tubuh Kalma bergemetaran tak karuan setelah mendengar kata "cerai" terucap dari mulut suaminya.

"Tapi, Pah. Anak ki-"

"Mas, buruan... anak kita sendirian dirumah," ucap wanita jalang di balik pintu masuk rumah.

Pandangan Kalma seketika kabur, jantungnya berdegup kencang, kepalanya terasa seperti tertancap ribuan jarum.
Air matanya tak dapat terbendung lagi, air mata kesedihan mulai menetes membasahi pipinya.
Faren dengan merasa tak bersalah pergi meninggalkan Kalma dengan Chicca sendirian.

Setidaknya bawalah anakmu, Fer

*****

Beberapa bulan berlalu, Kalma masih menahan amarah dan rasa tangisnya. Kini uang persediaan Kalma habis, hanya tersisa 200.000 rupiah di dompetnya. Sudah berulang kali interview, Kalma selalu gagal mendapat pekerjaan. Hingga saat ini, Kalma hanya terus merasa depresi dan mulai sedikit demi sedikit melukai diri sendiri.

Sampai suatu hari. Dia dan Chicca tidak makan selama 2 hari. Mereka tidak mempunyai uang sepeser pun. Hingga Kalma yang merasa depresi berat, memutuskan untuk mengakhiri hidupnya, dengan gantung diri dihadapan anaknya.

"Mamma..." panggil Chicca.

Kalma tidak menghiraukannya. Dia mulai melilitkan tali tersebut ke lehernya. Dan...

"Mamma janyan tinggalin chicca," ucap Chicca.

Chicc...chaa....

Brug....

-

tbc.

KALMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang