2. Kenangan Benno

10 2 0
                                    

"Kembalikan dia kepadaku...."

Benno POV's

Cahya mentari pagi ini membuatku ingin makan es krim, Kalma sering mentraktirku es krim. Tapi, selamat tinggal untuk itu semua. Kalma telah menemukan pasangannya.

TRETTT....
Bel istirahat baru saja berbunyi. Seperti biasa, aku pergi ke bawah pohon beringin tua, aku dan Kalma sering menyebutnya pohon memori, karena... ditempat ini, adalah tempat dimana Kalma denganku menghabiskan banyak waktu bersama, dan berbagi suka duka.

Sembari duduk, aku memejamkan mata pelahan, dan mengingat candaan-candaan Kalma yang sesekali membuatku tersenyum tipis. Namun, saatku membuka mata....

BRUGH...

"KALMA!"

Tanpa basa-basi aku terus berlari menuju Kalma yang bersimbah darah. Pandanganku kabur, dan aku memikirkan hal buruk akan terjadi padanya. Tuhan... selamatkan dia!

"Kal, bangun!" bentakku sambil menggotong badan Kalma.

Aku menggendongnya menuju UKS, Aku merasa kecewa pada diriku sendiri, aku tak bisa melindunginya, padahal... aku telah berjanji, untuk melindunginya.

Aku telah sampai tepat di depan pintu UKS. Sialnya pintunya terkunci, aku baru ingat hari ini para guru sedang mengadakan rapat dengan kepala sekolah.

"Arggghhh..." geramku kesal.

Tiba-tiba ide cemerlang terpikirkan olehku. Aku berfikir lebih baik pintu UKS di dobrak. Aku membaringkan Kalma di lantai, kemudian...

"Satu, dua, tiga...."

BRAKKK

Namun pintu kaca UKS cukup keras dibandingkan tenagaku ini. Tapi, demi dia, aku akan merelakan tanganku.

"Satu, dua...."

PYARRRR

Aku memecahkan sebagian besar kaca di pintu tersebut dengan siku kananku, tanpa sengaja aku menarik perhatian anak-anak lain disekitarku. Dengan cepat aku menggendong Kalma dan langsung menerobos kedalam UKS.

"Kalma, bertahanlah!"

Aku membaringkannya diatas ranjang, lalu segera mencari kapas dan alkohol untuk membersihkan lukanya. Saatku ingin membersihkan darah dikepalanya, tiba-tiba....

"Benno...."

Suara itu terdengar sangat lembut dan hangat. Jantungku seperti berhenti berdetak. Air mataku terasa sedang menetes. Aku... memeluknya.

Kalma terbangun dengan sejuta pertanyaan aneh, tapi, dengan tulus aku menjawab semua pertanyaannya.

Dalam lubuk hati terdalam, aku berdoa...
Tuhan, apakah salah jika aku mencintai dia?
Apakah egois jika aku merebutnya?

Lalu... tiba-tiba Ferren datang ketika mendengar pacarnya berada di UKS.

Huh, mungkin aku tak bisa memilikinya, batinku.

BENNO POV's (end)

*****

tbc.

KALMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang