•3•

136 18 9
                                    

“Lilac, kau telah datang,” Tae menarik kursi di samping meja makannya yang membentang panjang di tengah ruangan, mempersilakan sang wanita untuk duduk di sampingnya. “Bagaimana malammu? Kau beristirahat dengan baik’kan?”

Lilac menduduki kursi dengan bantalan dan sandaran kursi berukir tinggi. Ia memberikan jeda sesaat, “Tidakkah aku yang seharusnya mengajukan pertanyaan itu?” Wanita itu mengulum senyum tipis, menggapai tangan sang pria. “Aku melihatmu di balkon tadi malam.” Lilac meremas tangan Tae pelan. “Katakan, apa yang menganggumu? Hingga kau terjaga semalaman,”

“Tak ada apapun,” Tae menepis pelan tangan Lilac, memilih mengalihkan pandangan dan menyesap anggur di dalam gelas kristal. “Aku hanya mengamati kotaku dan menikmati pesonanya, apalagi?”

Netra keduanya saling beradu, tetapi Lilac tak memilih jalan mengalah. Ia kembali menggapai tangan Tae, sekali lagi mencoba membawa pria itu dalam dunia miliknya—dunia yang akan menyambut sepenuh hati pengakuan apapun. “Biarkan aku menemanimu.” Ia melanjutkan lirih, “Biarkan aku bersamamu, di kala bulan redup, maupun mentari cerah. Ini tidak akan mudah, tapi kau akan terlepas dari—“

“Aku tak bisa melakukan itu, Lilac.” Kini pria itu telah menegakkan punggungnya dan beranjak dari kursi. “Aku tak bisa ...” Ucapnya kembali.

Tae mendekat ke arah sang wanita dan mengecup singkat keningnya. “Aku akan berkeliling di sekitar kota. Tunggulah di sini.” Pria itu berbalik, sapuan ujung panjang jubah beludru hitamnya menyapu lantai ketika ia berlalu meninggalkan ruangan.

Lilac mengangkat ujung gaunnya ketika mengikuti langkah Tae, sesaat setelah pria itu benar-benar pergi.

Dinding-dinding berhias ornamen yang dilaluinya sepanjang lorong kini seakan mampu bersuara, membisikkan rahasia yang telah terkubur begitu lama.

•¤•

Semua penduduk di kota ini selalu menyambutnya dengan senyuman. Bersorak, bersuka cita, bercanda tawa di atas tanah subur kotanya. Seperti biasa. Tak ada yang berubah.

Ia merasa terobati. Ia merasa terlindungi. Semua ini sudah cukup’kan? Untuk apa dirinya menghancurkan semua hal yang telah dibangunnya dengan susah payah? Ia hanya harus mengabaikan ketakutan di sudut usang ruang kehidupannya.

Apa yang salah dengan membangun kotamu sendiri? Bukankah begitu?

Namun, sambutan dan sorak-sorai suka cita orang-orang yang ditemuinya sepanjang jalan ternyata malah tanpa sadar membawanya mencapai tempatnya kini berpijak.

Tanah yang pada waktu-waktu tertentu bergetar ketika gerbong kereta berjalan melalui rel.

Ia berada di stasiun itu.

Tae menahan napasnya ketika gerbong kereta perlahan bergerak melambat dan berhenti tepat di depannya. Asap putih samar menyebar dari sana, sebelum pintu gerbong itu terbuka lebar seakan menyambut orang-orang yang memang menunggu kereta itu datang.

Apakah dia salah satu dari mereka? Apakah ia adalah salah satu orang yang pergi meninggalkan kota ini?

Rahasianya akan terbongkar. Angan dan bahagianya akan musnah. Dan di depannya, terowongan berkabut tebal dan tanah yang belum pernah dipijaki menunggunya. Mungkin juga yang menantinya ketika menaiki kereta ini adalah kegelapan total.

Pria itu menggigil. Kristal-kristal es salju mendadak turun perlahan dari langit.

Klakson kereta terdengar menggema beberapa kali, pertanda keberangkatan kereta beberapa saat lagi.

Tae ragu-ragu melangkahkan kakinya mendekati kereta itu.

Kini sekali lagi klakson peringatan berbunyi. Uap putih membubung  tinggi dan pintu kereta telah tertutup rapat. Tanah mulai berderak ketika kereta mulai bergerak lambat, bergesekan dengan rel. Pemandangan stasiun sunyi itu seakan bergerak kebelakang dari jendela-jendela gerbong kereta yang berjalan menjauh.

Tae melompat turun menuju rel. Ia bersimpuh, memegang permukaan rel kereta. Perlahan, pria itu mendekatkan telinganya pada rel yang diselimuti salju, samar-samar mendengar suara kereta menjauh.

Satu lagi sebuah pilihan datang dan ia melepasnya begitu saja.

Kereta itu telah pergi meninggalkan kota. [¤]

 [¤]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Uhtceare || ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang