Tbh, aku nulis project ini ketar-ketir. Sebab takut cerita sama alur tidak sesuai ekspetasi kalian:(
But, I try as my best. Cintai universe ku ini juga, ya. Selamat membaca:)----------
Suasana pagi di Blue Salvia yang teriknya menyengat kini berubah total seperti kutub es. Sebab paving serta taman depan rumah yang biasanya asri total dipenuhi hamparan putih yang jika disentuh seujung jari akan merinding sebab dinginnya sangat menyekat. Belum lagi tanaman kaktus kecil yang Bunda hobi koleksi untuk mengisi keseharian yang dilanda bosan, harus segera diamankan bila tidak akan membeku bersama hamparan salju. Bunda yang usai sibuk membereskan rumah serta memasak untuk sarapan langsung menuju kamar Hyerin untuk membangunkannya. Kebiasaan yang Bunda terlampaui hafal benar pada putri semata wayang –yang sebenarnya sudah dewasa tetapi bertindak seperti bayi besar, dengan sengaja bergelung dibalik selimut tebal yang disiapkan Bunda atas kepulangannya.
Omong-omong, Hyerin sudah tidak tinggal berdua dengan Ayah Bunda, ia memilih sewa apartemen dekat dengan tempat kerja. Tidak terlalu jauh dari rumah, satu jam mungkin sudah sampai. Kebetulan lokasi kerjanya di pusat kota, sementara rumahnya di pedesaan. Sengaja sebab Bunda menyukai aroma pagi yang sejuk dari ladang milik Ayah. Jadi dirinya mengurus apapun sendiri, namun akan sangat manja jika sudah pulang ke rumah.
Segini paginya, Ayah sudah berada di ladang sebab jagung harus segera di panen. Musim dingin seperti ini, jagung akan kesulitan bertahan hidup. Bahkan kemungkinan terburuknya akan mati sebab tidak tahannya terhadap cuaca dingin yang segini ekstrimnya. Memang cuaca di Blue Salvia tidak seperti pada kebanyakan kota, yang dingin serta panas yang cukup ekstrim. Kebetulan musim dingin kali ini Ayah harus memanen dengan segera sebab prediksi yang meleset. Meskipun belum sebegitu siap panen, Ayah harus memanennya takut-takut membusuk lantas gagal panen.
Hyerin menggeliat di atas ranjang bigsize yang sengaja Bunda pilih sebab putrinya kalau tidur posisinya memutar searah jarum jam. Mengantisipasi jika saja sedang mimpi buruk akan terjatuh dari atas ranjang. Kamar Hyerin di cat warna ash-grey karena interior bertema monokrom kata Bunda. Juga gorden berwarna grey kombinasi hitam yang menutupi jendela setinggi pintu. Omong-omong kamar Hyerin dilantai atas yang bagian depannya di bangun balkon bilamana Hyerin ingin bersantai atau menikmati secangkir kopi maupun teh dengan biskuit sagu kesukaannya. Pada dinding kosong yang berhadapan langsung dengan ranjang di tempeli beberapa lukisan serta kain yang dilukis kaktus. Belum lagi sisi cermin hias yang di dekorasi dengan kaktus berukuran medium agar semakin indah kata Bunda. Juga meja kecil sisi ranjang yang sengaja diberi miniatur akrilik. Untung saja meja rias serta rak buku tidak diberi juga sebab terlalu penuh. Bunda sepertinya penggemar kaktus sekali, sebab tiap ruangan akan di pasang beberapa kain dengan lukisan kaktus di bagian tengahnya. Belum lagi miniatur kaktus yang terbuat dari akrilik maupun pahatan kayu yang sengaja di susun rapi dalam rak yang khusus Ayah beli untuk Bunda mengoleksi miniatur.
Ruang tamu di cat warna grey yang sedikit gelap juga di tempel beberapa stiker kaktus tepat pada dinding atas sofa. Tanaman kaktus yang berukuran besar juga diletakkan pada sisi dekat sofa serta beberapa pot keramik yang diletakkan pada sisi jendela ruang tamu, kata Bunda sebagai pemanis. Tapi lain dengan pendapat Hyerin yang melihat rumahnya seperti spot gurun sebab tanaman kaktus tersebar pada tiap ruangan. Juga beberapa miniatur yang mendukung untuk dijadikan sebagai area potret.
Jangan lupakan interior dapur yang langsung terhubung dengan taman belakang, sengaja di desain dengan macam-macam miniatur serta beberapa tanaman hias kaktus yang sungguh Bunda sangat menyukainya. Serta wallpaper maupun stiker yang menempel indah pada dinding dapur. Tiap bagian bawah jendela juga di bangun dudukan kecil untuk meletakkan tanaman kaktus dalam pot keramik warna-warni.
Hyerin langsung mengerjap ketika Bunda menyibak gorden membuat sinar mentari yang tak terlalu cerah itu menelusuk tepat mengenai area mata. Menimbulkan efek dingin namun sedikit sejuk sebab mentari pagi ini berani memunculkan diri. Tidak seperti pada hari-hari sebelumnya. Sambil mengucek mata, bibirnya merapalkan kekesalan sebab tidak membiarkannya menikmati libur kerja seminggu. Bunda hanya terkekeh mendengar omelan putrinya yang cukup menggemaskan. Lantas menarik paksa kedua lengan putrinya agar segera beranjak bangun serta sarapan bersama sebab Ayah sudah pergi ke ladang.
"Bunda, Hyerin masih mengantuk. Nanti deh lima belas menit lagi ya, Bun?" rengek Hyerin seperti anak kecil dimana lengannya masih bergelayutan manja pada lengan Bundanya.
"Anak ini selalu saja. Tapi kita harus segera menyusul Ayah di ladang. Ayah panen hari ini, jadi ayo segera bangun, Hyerin." Omel Bunda sebab putrinya sangat manja juga malas sekali untuk bangun pagi ketika di rumah.
Bunda menyerah, lantas membiarkan Hyerin menyelesaikan tidurnya sebentar sebab merasa maklum akan jadwal kerjanya yang jarang mendapat libur selama ini. Sebelum pergi, Bunda mengelus sayang surai milik Hyerin yang berwarna highlight-mint. Hyerin memang suka mengganti warna rambut, alih-alih akan membuat rusak sebab terlalu sering ganti warna Hyerin tidak terlalu peduli sebab surainya adalah tipikal yang tidak mudah rusak, juga beberapa perawatan rutin yang diberikannya.
****
"Bunda, Hyerin malas mandi hawanya dingin sekali. Jadi kita langsung ke ladang saja ya, mandinya nanti setelah beres dari ladang."
"Mandi air hangat kan bisa Hyerin. Kalau tidak mandi nanti badanmu sakit-sakit sebab suhu sedang tidak stabil. Lagipula ini musim dingin, badanmu tidak akan berkeringat banyak nanti. Kamu harus ingat sudah dewasa. Harusnya sedikit banyak harus berkelakuan seperti orang dewasa. Sudah jangan banyak alasan lagi." Lagi-lagi Bunda mengomel atas kelakuan Hyerin yang masih belum dewasa.
"Baiklah, Bunda. Hyerin juga lelah membantah Bunda. Maafkan Hyerin, selalu membuat Bunda kesal. Janji tidak lagi." Ucap Hyerin dengan wajah murung sebab merasa bersalah dengan Bunda.
Tanpa pikir panjang Hyerin langsung menuju kamar mandi dengan segera agar Bunda tidak kesal lagi padanya. Ini masih pagi, bisa-bisanya Hyerin membuat Bunda kesal. Baiklah Hyerin akan merubah sedikit banyak sikapnya.
------
Gimana bab 1 nya? Gak ngefeel apapun ya? Maaf banget, tapi disini aku mau nulis pembukaan dulu, hehe.
Ya, aku banyak ngomongin desain dalam bab ini. Aku cuma mau memberi gambaran aja gimana rumah Bunda yang Hyerin bilang seperti spot foto, hehe.Jangan lupa kasih feedback, ya. Itu sangat membantu aku dalam melanjutkan next chapter.
Semoga kalian tidak bosan, ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLAWLESS MAZE
FanfictionFiktif belaka dari sebuah adegan mencintai adalah melepaskan atau mempertahankan dengan segala cara. Melepaskan tidak semudah kata, mempertahankan tentu memakan banyak cara. Entah perasaan atau otak yang akan dijungkirbalikkan akan sebuah fakta yang...