Ryu Jimin adalah pahatan paling indah mahakarya Sang Pencipta. Definisi indah, manis, menggemaskan, tampan sangat melekat akan presensinya. Namun berbanding terbalik dengan sikapnya. Dingin, cuek, juga sedikit acuh pada sekitar. Dosen berparas elok dan berperawakan lencir idaman semua kaum ini memang hemat bicara. Sekalinya bicara kau akan dibuat pingsan akan suara lembut namun maskulin.
Pihak kampus sering menegur akan sikap Jimin yang terlalu dingin. Namun Jimin tetaplah Jimin. Pria dewasa dengan kepribadian dingin namun mengundang rasa penasaran seantreo kaum. Asal kau tahu, banyak Dosen wanita muda bahkan mahasiswinya sering mengaku kekasih pria Ryu itu. Bahkan Jimin sampai lelah juga abai pada hal semacam itu. Tercatat Jimin hanya memiliki satu mantan kekasih. Ketika dirinya masih usia bangku sekolah menengah pertama. Dengan kabar memutuskan hubungan sebab kekasih berselingkuh. Itulah mengapa Jimin seperti enggan menjalin kembali hubungan benang merah lagi. Bukan, bukan trauma. Lebih tepatnya muak akan segala bentuk omong kosong akan komitmen. Padahal dulu masih cinta monyet sebenarnya.
Sebenarnya Jimin tipikal manusia lembut, penyayang, peduli sekali terhadap pasangan. Namun akan sangat berbanding terbalik jika merasa tidak nyaman. Jangan lupakan Papa Ryu yang acap kali membawa putri rekannya untuk dikenalkan pada Jimin. Namun ditolak langsung oleh Jimin kali pertama mereka dipertemukan. Ia sungguh tidak nyaman akan hubungan basa-basi yang dirasanya sangat basi.
Desakan Mama Papa agar segera menikah membawa Ryu Jimin bertemu dengan Kim Hyerin. Putri tunggal keluarga Kim yang usianya rentang cukup jauh darinya. Membuat dirinya dipaksa seperti mengasuh anak kecil, belum lagi sifat Hyerin yang masih polos meskipun usianya menginjak angka tiga beberapa tahun lagi. Namun Jimin suka. Kali pertama melihat bentuk mata Hyerin yang sedikit minimalis, ranum merah muda natural dengan sapuan lipgloss, babyface yang menggemaskan tanpa polesan make up tebal. Tipe Jimin sekali. Sungguh Jimin sebenarnya tidak terlalu suka pada wanita dengan riasan berlebih.
Jimin suka sekali akan sikap manja Hyerin yang natural. Sungguh itu tidak dibuat-buat. Insiden permen kapas di taman cukup memancing serotonin dalam tubuh Jimin. Jarang sekali ia tertawa lepas apalagi penyebabnya hanya sebuah permen kapas. Sungguh dirinya sangat merutuki pernah menolak dipertemukan dengan Kim Hyerin. Hingga membuat dirinya berperilaku seperti anak remaja yang akan dinikahkan muda. Iya, Jimin kabur setelah Papa memaksanya berkenalan lagi dengan putri rekannya. Namun Papa dengan berbagai cara juga alasan bisa membujuk Jimin pulang serta mengiyakan ajakan orangtuanya. Dengan syarat ini adalah kali terakhir, setelahnya Jimin tidak akan mau lagi.
Tidak akan pernah menyesal. Itulah dalam otak Jimin saat ini setelah dipertemukan dengan Kim Hyerin. Bahkan ingin segera menikahinya sebab tidak sanggup menahan membayangkan wajah Hyerin yang akan selalu dilihatnya saat pertama kali membuka mata esok hari.
"Jadi kakak seorang Dosen?" ujar Hyerin memecah hening di mobil saat Jimin mengantar pulang Hyerin sebab hampir larut malam. Tidak etis bukan membawa anak gadis orang sampai larut?
"Um, iya begitulah. Saya jadi Dosen tidak tetap di salah satu Universitas cukup besar di kota ini."
"Tapi kakak mirip seperti Aktor dalam drama yang sering ku tonton." Tiba saja Hyerin melakukan flirting tanpa disadarinya.
"Jadi kegiatanmu selama senggang hanya menonton drama? Lebih tepatnya menggemari Aktor yang katanya mirip denganku?"
"Tidak juga. Aku juga sering membaca novel juga beberapa buku self reminding. Kalau sedang good mood suka pergi ke ladang Ayah."
Astaga, Jimin bahkan tidak mengira jika Hyerin akan menjawab demikian. Jawaban polos kelewat jujur yang Hyerin ucapkan membuat Jimin hilang kewarasan apalagi sempat memuji Jimin seperti Aktor pada drama yang selalu Hyerin tonton –meskipun Hyerin tidak begitu menyadari saat memuji pria yang duduk di bangku kemudi tepat disampingnya.
"Baiklah kita sudah sampai. Saya akan mengantarmu ke dalam, sekalian berpamitan pada Ayah Bundamu. Juga mengucapkan terimakasih sebab memperbolehkan saya mengajakmu berkencan." Ucap Jimin lembut kala tangannya sibuk melepas sabuk pengaman yang melingkar apik pada pinggang kecil milik Hyerin.
"Kak, tapi kenapa ya aku rasanya tidak mau masuk rumah?" Ucap Hyerin tiba-tiba saat Jimin usai melepaskan sabuk pengaman yang dipakainya.
"Memangnya kenapa? Aneh kamu, tidak mau pulang ke rumah sendiri."
"Bukan begitu, kalau di rumah aku tidak bisa melihat wajah tampan kakak, dong?"
Sial. Jimin yang hendak keluar dari mobil mendadak kehilangan tenaga sebab salah tingkah akan ucapan Hyerin. Pipinya bersemu merah –meskipun tidak terlalu kentara. Padahal dirinya sangat familiar dengan kalimat itu, tapi mengapa jika Hyerin yang mengucapkan terasa berbeda? Rasa apa ini, Jimin menanyakan langsung pada dirinya. Apakah ini rasa ingin segera menjadikan Hyerin satu-satunya?
"Hyerin sudah, ayo masuk ke dalam rumahmu. Ayah Bundamu pasti khawatir."
Sumpah Jimin mengatakan demikian di sela mengumpulkan kewarasan sebab Hyerin merenggut total kewarasan yang Jimin punya.
"Baiklah, kakak masuk juga kan?
"Tentu, saya yang membawamu pergi tadi. Maka saya juga harus mengembalikanmu pulang sampai di hadapan Ayah Bundamu." Jawab Jimin disertai senyum manis andalannya, menampilkan puppy eyes.
Hendak memencet bel, namun dengan sigap Ayah dan Bunda Hyerin sudah membukakan pintu untuk mereka berdua masuk pada kediaman keluarga Kim. Disambut hangat oleh Ayah Bunda Hyerin. Sebenarnya Jimin ingin singgah sejenak untuk mengobrol dengan Ayah Hyerin. Namun malam semakin larut, tidak baik berada di rumah orang. Baiklah Jimin akan pulang, toh masih ada hari esok dan esoknya lagi untuk mengobrol juga memandang tanpa jeda wajah cantik juga menggemaskan milik Hyerin
......
Aku sangat tidak tahan untuk publish satu part lagi sebelum rest:(
Baiklah teman-teman, ini part spesial untuk kalian yang sudah menyempatkan waktu membaca ceritaku yang amatiran ini:"Thankyou, have a nice day!
KAMU SEDANG MEMBACA
FLAWLESS MAZE
FanfictionFiktif belaka dari sebuah adegan mencintai adalah melepaskan atau mempertahankan dengan segala cara. Melepaskan tidak semudah kata, mempertahankan tentu memakan banyak cara. Entah perasaan atau otak yang akan dijungkirbalikkan akan sebuah fakta yang...