Banyak yang mengatakan jadi Dosen itu profesi idaman sebab kerjanya cukup santai juga gaji besar. Tidak tahu saja betapa ketatnya persaingan diantaranya. Apalagi masih Dosen tidak tetap. Segalanya akan dilakukan demi kedudukan dan pangkat. Jimin salah satu Dosen tidak tetap, jam mengajar yang masih tidak stabil sebab sering di serobot seperkawanannya. Membuatnya cukup pasrah sebab mau kesal juga percuma.
Ryu Jimin masuk dalam golongan Dosen muda sebab usianya belum menginjak kepala empat. Termasuk Dosen paling ditakuti oleh mahasiswanya, sebab tidak segan memberi nilai akhir yang akan membuat mahasiswa merapalkan segala kalimat kotor kepadanya. Iya, Jimin tidak main-main akan ucapannya. Memberi nilai paling jujur pada ujian akhir adalah hobinya sebagai Dosen Ryu. Sebab itu semua mahasiswa yang mendapat kelasnya akan belajar mati-matian sampai belajar kelompok sekalipun. Jimin tak jarang memergoki segerombolan anak didiknya itu berkumpul pada sebuah kafe maupun minimarket depan kampus hanya untuk belajar bersama materi yang usai diajarkannya. Sebenarnya Jimin apresiasi sekali usaha anak didiknya, namun sisi dingin juga perfeksionis dalam dirinya selalu ingin terlibat. Jika lengah sedikit, Jimin akan diremehkan mengingat posisinya masih Dosen tidak tetap.
Omong-omong Jimin mengampu program magister, itulah mengapa termasuk dalam jajaran Dosen muda. Terkadang juga dilempar pada program doktor sebab Jimin memang mampu. Ia menyelesaikan pendidikan sebagai Profesor muda di usia seperempat abad. Setelah lulus Jimin diminta Papa untuk mengurus perusahaan keluarganya. Namun gulung tikar sebab uang perusahaan dibawa kabur oleh Pamannya tanpa ada yang tahu. Beginilah sekarang, dirinya memutuskan untuk alih profesi sebagai Dosen meskipun tidak tetap. Juga Papa dan Mamanya memilih membuka florist dekat kediamannya.
"Pa, Jimin nyaman dengan putri Kim. Tapi takut tidak bisa memenuhi segala kebutuhannya sebab selama ini ia hidup kecukupan dengan orangtuanya."
"Kamu kalau belum siap menikah kami tidak memaksa, Nak. Tentu menikahi putri orang sama dengan mengambil alih semua tanggung jawab akan dirinya. Juga pertanggungjawaban terhadap orangtuanya jika putrinya akan terpenuhi seluruh kebutuhannya itu tidak mudah. Mengingat kondisi keluarga kita sudah tidak seperti dulu." Papa Ryu memberi nasihat pada putra tunggalnya yang dilema akan mengambil keputusan terbesar dalam hidupnya, yaitu menikah.
"Papa benar. Jimin hanyalah Dosen tidak tetap sekarang. Sewaktu-waktu bisa saja di putus kontrak kerja kalau Jimin melakukan kesalahan."
"Tapi, Nak. Kau percaya tidak dengan rezeki terus mengalir setelah menikah? Papa saat menikahi Mamamu dulu hanya bekerja sebagai karyawan tidak tetap pada perusahaan kecil. Namun Papa sangat takut Mamamu akan diambil orang jika tidak segera Papa ikat. Jadi Papa berusaha mati-matian agar bisa mendapat keyakinan dari orangtua Mamamu. Ternyata Papamu ini sejak dulu sangat di budak cinta oleh Mamamu." Jelas Papa diakhiri sedikit tawa renyah mengingat dirinya sangat mencintai sang istri.
"Um, begitu ya Pa? Baiklah Jimin akan bekerja keras untuk itu. Pa, terimakasih untuk semua nasihatnya. Jimin sayang Papa juga Mama. Nanti kalau sudah menikah, Jimin akan mengembalikan semua fasilitas yang Papa beri."
"Kenapa, Nak? Papa tidak keberatan jika kamu mengambil fasilitas yang Papa beri untukmu." Tanya Papa kaget akan ucapan Jimin.
"Tidak, Pa. Jimin ingin bekerja keras agar bisa membeli semuanya. Jimin ingin menghidupi Hyerin dengan keringat Jimin sendiri." Final Jimin yang mana Papa semakin dibuat bangga akan putranya.
******
Ryu Jimin dan Kim Hyerin memasuki bulan ketiga dalam masa pendekatan. Jimin memutuskan akan menikahi Kim Hyerin setelah dekat sekitar setengah tahun nanti. Terlalu cepat sebenarnya, tapi Jimin terburu di budak cinta akan presensi putri Kim itu. Sesungguhnya ini masih rencana. Sebab Jimin harus giat kerja untuk membeli tempat tinggal sendiri beserta beberapa perabotan utama. Kim Hyerin sebenarnya menolak akan dinikahi secepat itu, namun Ayah Bunda meyakinkan jika Jimin adalah pria yang bertanggung jawab untuk dirinya. Sebenarnya bukan masalah bagi Hyerin jika cepat-cepat menikah mengingat usianya kini. Akan tetapi, dirinya takut menyusahkan Jimin sebab masih sama-sama belum cukup mapan dari segi finansial.
Sebagai Dosen tidak tetap dengan gaji yang hanya cukup untuk keperluan sehari-hari rasanya sangat mustahil dalam waktu dekat bisa membeli satu unit apartemen. Maka Jimin harus mencari kerja tambahan. Menjadi pembimbing privat atau mengampu mata kuliah mahasiswa strata satu misalnya. Juga mengambil alih beberapa kelas Dosen senior yang kebetulan sedang kerepotan sebab usia setengah abad lebih, akan cenderung mengisi kelas seminar dan mentoring saja.
Jika ditanya lelah sudah pasti. Siapa yang tidak lelah jika menjalani demikian. Jimin maklum akan kondisinya sekarang. Memulai karir baru memang penuh liku. Menyerah sebab melangkah sejauh ini adalah tindakan pengecut yang Jimin benci setengah mati dalam dirinya. Iya, Jimin sering mengeluh lelah sebab terlalu memforsir pikiran juga tenaga. Persetan dengan semua ini, bukankah ini masih awal dari semuanya?
Meskipun Hyerin tipikal tidak terlalu menuntut dari segi finansial, tapi Jimin tahu betul bahwa Hyerin gemar mengoleksi album juga merchandise dari public figure favoritnya. Akan sangat merasa bersalah jika Jimin tidak bisa membelikan barang satu saja album maupun merchandise kesukaan Hyerin. Jangan lupakan novel yang Hyerin beli tiap bulan sukses memenuhi rak buku kamarnya. Itu masih dua pertiga dari koleksi novelnya sebab sebagian dibawa ke apartemen tempat ia tinggal.
"Jimin-ssi, tolong gantikan saya hari ini usai jam makan siang. Mahasiswa strata satu. Kebetulan anak didiknya banyak yang rebel, jadi handle sebisa mungkin agar tetap mengikuti perkuliahan dengan sungguh-sungguh." Titah Dosen senior yang sebagian mata kuliahnya ia yang mengampu.
"Baiklah, Pak. Untuk materi serta tugas mingguan apa Bapak sudah menyiapkannya?"
"Astaga saya lupa. Kamu bisa membuatnya, point materi saya kirim e-mail setelah ini."
"Baik, Pak." Tungkas Jimin.
Sebal sekali rasanya. Kurang satu jam sebelum makan siang kelas akan dimulai. Namun materi juga tugas belum dibuat. Sungguh persetan dengan semua ini Jimin hanya menghela napas pasrah. Lagipula ini sudah menjadi risiko sebab mengampu mata kuliah yang Dosen senior pegang.
Daripada kesal, ada baiknya Jimin menyusun materi yang telah dikirim pada message e-mailnya. Untunglah materi hari ini tidak terlalu sulit untuk dijabarkan. Jadi ia bisa improvisasi dalam penyampaiannya. Walau begitu tetap akan menyita jam makan siangnya. Tidak apa namanya juga usaha, rapal Jimin dalam lubuk hati yang total dipenuhi kekesalan sesaat.
.....
Selamat membaca ya, kawan.
Sebelum saya benar-benar sibuk, hehe.Tapi saya usahakan publish kalau senggang:))
KAMU SEDANG MEMBACA
FLAWLESS MAZE
FanfictionFiktif belaka dari sebuah adegan mencintai adalah melepaskan atau mempertahankan dengan segala cara. Melepaskan tidak semudah kata, mempertahankan tentu memakan banyak cara. Entah perasaan atau otak yang akan dijungkirbalikkan akan sebuah fakta yang...