[9] Dualitas Kim

9 1 0
                                    

Sorry for being to late, but I hope u guys feel good day.

Halo hari ini aku mau update chapter lanjutan, yang sebenarnya mungkin kalian sudah lupa sama jalan ceritanya. Im so sorry being lately. But lemme drop this part.

Okay, thank you xx.

.

.

Mengawali hari dengan menyeruput secangkir teh hambar sebab lupa memasukkan gula, tak lupa toast dengan selai blueberry favoritnya yang sedikit gosong sebab bangun kesiangan adalah kebiasaan yang tak lekang oleh dirinya. Kim Hyerin melupa atau benar tidak ingat jika liburnya telah usai. Alarm pagi yang disetel tiap hari ternyata lupa dihidupkan kembali. Astaga, payah sekali memang.

Terburu-buru adalah makanan sehari-hari, yang –sialnya Hyerin sangat menikmati. Memasukkan berkas sembarangan tanpa mengecek adalah kebiasaan barunya. Padahal pimpinan divisi kemarin memperingatkan akan adanya rapat pagi –dan benar Hyerin memegang peran penting di dalamnya. Menjadi pemapar materi akan produk baru yang telah disepakati sebelum libur satu pekan lalu. Baiklah doakan keberuntungan menyertai sebab kepayahannya pagi ini.

Selama memacu vespa kuning kesayangannya, batin juga mulut tak hentinya merapalkan harapan serta keberuntungan agar berpihak padanya pagi ini. Tapi sialnya, setelah menempuh ribuan meter dari unitnya, ia baru mengingat belum mengganti slop elmo kesayangannya dengan fantofel heels-nya. Maka kalimat –sial mengapa kau sangat bodoh pagi ini Kim Hyerin, tak hentinya terucap dari ranum peachy nya.

Baiklah jika kembali maka dirinya akan terlambat, namun bagaimana nasib dirinya datang ke kantor mengenakan slop elmo. Dengan mempertimbangkan berbagai kemungkinan, maka Hyerin memilih opsi melajukan lagi vespa kuningnya membelah jalanan kota pagi yang mana mentari sudah cukup menyengat epidermisnya. Mengenai slop elmo, biarlah ini menjadi urusan nanti.

Beruntungnya divisi menunda dua puluh menit rapat pagi ini, sebab mendadak ada seremoni penyambutan pimpinan baru. Sial, jika tahu keadaannya seperti ini maka Hyerin lebih memilih opsi mengganti slop elmo dengan fantofelnya.

Bising mikropon yang sudah dicek sepuluh kali hingga menyebabkan dengungan cukup memekik telinga membuat Hyerin semakin gusar. Bisik dari rekannya juga tak kalah untuk sekadar memenuhi rungu Hyerin. Mengatakan bahwa pimpinan baru ini lebih muda, dan –tentunya tampan. Sumpah, Hyerin total kepayahan mencari alasan atas kecerobohannya tidak mengenakan alas kaki formal.

Terlampau kegusaran semakin menggerayangi seluruh pikirannya hingga senggolan dari rekannya mampu mencairkan pikiran yang terasa membeku sesaat. Membuatnya mengerjap sebab total dilanda kebingungan, yang mana wajahnya menyerukan 'ada apa' tanpa satu verbal pun keluar dari bilah bibirnya.

Maka dengan segala kegusaran yang berkumpul menjadi satu dengan ketakutan –akan slop elmonya, membuat seluruh sarafnya berhenti memproses tiap keadaan. Dimana dua pasang obsidian bersirobok sekitar satu menit, membuat otak Kim Hyerin berhenti memproses akan alasan yang akan diutarakan bilamana dirinya kedapatan memakai alas kaki tidak formal.

"Hei, kau karyawan baru atau memang belum pernah bekerja di perusahaan?"

Hyerin yang merasa ditunjuk, seketika bungkam sebab kewarasannya mendadak hilang. Mengerjap beberapa kali sampai satu verbal, "...s-saya?" terucap terbata-bata diikuti suara yang bergetar menahan kepanikan yang melanda.

"Tentu saja kau. Memakai slop elmo di perusahaan saat seremoni penyambutan pimpinan baru? Menurutmu itu sopan, tidak?"

Membuat Hyerin hanya menunduk menahan malu sebab merasa sangat bersalah. Dengan segala keteguhan yang dikumpulkan untuk menjawab pertanyaan mematikan itu, Hyerin menutupi kepanikannya dengan kedua telapak tangan menggantung dan mencengkeram kuat-kuat sisi samping celana formal yang dikenakannya.

"M-maaf, Pak. Ini sungguh tidak pantas saya tahu. Maaf telah mengacaukan seremoni ini, saya akan pamit ke belakang mengganti alas kaki."

"Tidak perlu, ini akan memakan waktu yang cukup lama. Cukup diam ditempatmu, setelah seremoni ini temui saya di ruangan direksi."

Begitu kalimat terakhir terdengar oleh rungunya, Hyerin total melotot kaget. Yang mana hanya direspon smirk oleh pimpinan barunya.

*****

Memperhatikan sebuah ruang berukuran lima kali sembilan meter dengan raut gelisah yang membuncah. Hingga dengan mantap mengetuk tiga kali daun pintu yang terbuat dari mahoni bercat putih sembari menata degup jantung yang tak selaras. Perasaan gelisah, panik, takut serta kecanggungan berkumpul jadi kesatuan yang paling Hyerin benci pagi ini. Sampai suara, "Masuk." menyadarkan dirinya agar tidak terlalu hanyut akan bagaimana kalang kabut dirinya.

Melangkahkan kaki jenjang; yang masih berslop elmo, itu masuk ke dalam ruangan persegi bercat gading dengan banyak walldecor berkonsep vintage tertata apik dan simetris, yang sumpah membuatnya terpana akan interior ruangan direksi barunya. Banyak perubahan yang dilakukan pada ruangan ini, mungkin penyebabnya selera direksi muda galak itu.

"Pak," satu verbal lolos dari bilah bibirnya, sembari anggukan kepalanya disusul tatapan lurus yang menyiratkan sebuah kegelisahan berhasil Hyerin layangkan pada direksinya.

"Tidak perlu seformal itu jika sedang berdua, Nona Kim." Sebuah smirk lolos kala tubuhnya perlahan berdiri, melangkahkan kaki untuk mendekati Kim Hyerin; karyawan yang mengacaukan seremoninya pagi ini.

"Perihal seremoni pagi tadi, saya minta maaf, Pak. Sungguh itu murni kecerobohan saya, tolong jangan pecat saya." Hyerin menundukkan kepala, harap-harap direksinya mendengarkan serta menerima permohonannya.

Kalimat klasik yang hampir Jeongguk dengar jika ada karyawannya yang berulah. "Siapa yang akan memecatmu?" suaranya lolos membuat Hyerin hela napas lega. Namun, "Tapi tidak semudah itu maaf akan diterima. Harus ada timbal balik, vice viersa." Membuat Hyerin menahan kesal agar dirinya tidak tersulut amarah akan sikap atasan barunya; Kim Jeongguk, pria menyebalkan yang selalu di sumpah serapah olehnya tiap bertemu.

"Apa mau anda?" dengan berani Hyerin melayangkan sebuah pertanyaan yang terdengar kurang sopan pada indra pendengaran Jeongguk. "Jadi seperti ini gaya bicara seorang karyawan pada atasannya?" mengelus dagunya lembut sembari melirik Hyerin dengan tatapan bossy-nya.

"Mauku banyak, jadi bisa kau penuhi semuanya?" lanjutnya tanpa mempedulikan bagaimana raut ketidaksukaan namun lebih ketakutan, terukir jelas pada presensi Kim Hyerin di depannya. "Saya disini untuk bekerja, bukan untuk meladeni omong kosong anda." Sumpah Hyerin merutuki bibir yang dengan cepat melontarkan apa yang di proses otaknya. "Temani saya menghadiri pesta perayaan nanti malam." Satu catatan lagi dalam life list Hyerin; membenci sekali lagi pada eksistensi Kim menyebalkan Jeongguk.

*****

Hyerin tidak pernah selama ini saat merias wajah. Mematut penuh tubuhnya serta berlenggak-lenggok depan cermin dengan panjang ke bawah seratus tujuh puluh sentimeter didepannya. Melihat keserasian antara riasan dengan gaun yang dikenakannya. Ia total kepayahan memikirkan semua ini. Datang untuk sebuah perayaan dengan atasan paling menyebalkan. Kim Jeongguk menyebalkan, baru saja ia mengumpatinya tiba saja sebuah display panggilan dengan nama Atasan Kim, terpampang jelas pada layar ponselnya. Omong-omong mereka sudah bertukar nomor telepon dengan alibi jika ada keadaan genting, maka Hyerin harus menyelesaikannya. Padahal maksud lain tersirat di dalamnya. Seperti saat ini, keadaan genting yang disebut dengan kencan. Membuat Hyerin seribu kali menggerutu sebal. Hyerin mengambil dengan sembarangan ponselnya, mengangkat panggilan paling menyebalkan dengan wajah kesal.

Hendak meloloskan satu verbal, namun dibungkam habis oleh suara dari seberang, "Cepat keluar, waktuku terlalu berharga untuk menunggumu berdandan." Setelah mendengnya, Hyerin meloloskan vokalnya, "Iy-" namun panggilan diputus sepihak oleh Kim Jeongguk. Membuat Hyerin terus menyumpah-serapah atasan mudanya dengan segala kalimat cursing yang terlintas pada pikirannya.

Hyerin keluar dengan dress selutut berwarna merah menyala dipadukan dengan heels berwarna senada. Membuat Kim Jeongguk meneguk ludahnya kasar. Terkejut sekaligus kagum. Kim Hyerin didepannya memiliki aura berbeda saat menjadi karyawan dan teman kencan. Iya, Jeongguk dibuat terpana akan presensi wanita di hadapannya. Merasa diperhatikan, Hyerin berdehem untuk memecah suasana menyebalkan ini. Buru-buru Jeongguk mengalihkan pandangannya, dengan suara tegas dan kelabakan mempersilahkan Hyerin masuk pada kursi penumpang di sebelahnya. Setelahnya, Rang Rover milik Jeongguk melesat dari halaman rumah Hyerin.

.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FLAWLESS MAZETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang