Bab - 4 Identitas, Nn. Yuwen

113 10 16
                                    

"Tidak hanya kesabaran, tapi waktu untuk rasa sakit juga harus ada batasan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tidak hanya kesabaran, tapi waktu untuk rasa sakit juga harus ada batasan."

- Zaeryna Wei 👑 -

•••

Yuwen Zhuting memberikan sebuah dokumen pada Wei Jing Xuan yang diserahkannya setelah keluar dari ruangan beberapa saat lalu.

Wei Jing Xuan menerimanya namun ia kebingungan. Dirinya tidak tahu apa itu. Lagi pula bagaimana cara menggunakannya?

"Apa ini, ayah?" Kata Wei Jing Xuan bertanya.

"Lihatlah, ini biodatamu nak." Jawab Yuwen Zhuting memberitahu.

"Biodata.. apa itu biodata, ayah?" Tanyanya lagi tak mengerti.

Wei Jing Xuan tidak mengerti itu tentu saja adalah hal yang wajar, bukan? Mengingat bahwa ia datang dari masa lalu, bukan berasal dari masa depan.

Raut wajah Yuwen Zhuting pun terlihat keheranan, lalu kemudian membalas, "Tidak mungkin kamu tidak tau kan, nak?" Balasnya bertanya balik.

Kini giliran Wei Jing Xuan yang kebingungan dalam menjawab, ia tidak tahu jawaban tepat apa untuk dikatakan pada pria paruh baya itu.

"Aku-" ujar Wei Jing Xuan menggantungkan kalimatnya seraya mengulum bibir dan berfikir keras mencari alasan.

"Apa kau lupa ingatan, nak?" Celetuk Yuwen Zhuting menanyakan dengan pelan.

"Lu-lupa ingatan? Mengapa?" Sahutnya terbata-bata, bertanya kembali karena tidak mengerti.

Menghela nafas berat, Yuwen Zhuting mengusap wajahnya kasar lalu mendengus marah. Kemudian mengatakan, "Baj*ngan sialan itu!" Rutuknya memaki dengan kesal dan melanjutkan, "Mobilmu kecelakaan karena rencana kekasihmu, nak. Dia yang sudah membuat kehidupanmu hancur! Bahkan dia adalah pelaku dari kegugurannya kandunganmu!" Ungkap Yuwen Zhuting menjelaskan dengan nada sedikit penekanan.

"..."

Wei Jing Xuan terhenyak di tempat kala mendengar ungkapan tersebut keluar dari mulut pria paruh baya itu.

Perasaannya terasa sesak, hatinya mencelos. Ia terdiam mencerna, namun sedetik kemudian dadanya bergemuruh hebat dengan perasaan yang bercampur-aduk.

Dirinya sendiri tidak mengerti, tapi mengapa begitu marah? Kecewa? Tidak terima? Dan terluka?!

Perasaan apa ini..?

Sangat menyesakkan..

Tanpa sadar air matanya pun ikut jatuh seolah dirinya menangisi fakta menyakitkan tersebut.

Dua Kehidupan | On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang