2. Menemukan Orang Baru, Mungkin?

53 7 9
                                    

Begitu keluar dari kedai, Andini dikejutkan dengan kehadiran seseorang yang sudah tak asing baginya berada di parkiran. Pria dengan motor vespa berwarna merah itu sudah menunggu di sana. Duduk di atas motor sambil membaca buku. Entah lah posisi duduknya itu nyaman atau tidak. Yang jelas, dia sangat serius pada bacaan yang dipegang.

"Kang Arya?"

Dengan segera, Arya membenarkan posisinya. Dia berdiri sambil menutup buku dan merapikan bajunya. "Sudah selesai?"

"Kang Arya ngapain disini?" jawab Dini dengan pertanyaan lagi.

"Ya jemput kamu atuh."

Perempuan yang biasa dipanggil Dini itu mengernyit bingung. Seingatnya, tadi dia tidak meminta Arya untuk menjemputnya. Tapi kenapa pria itu ada di sini? "Malah ngahuleng. Hayu atuh, udah selesai 'kan kerjanya?"

"Oh? I-ya, Kang." Daripada harus bersusah payah menunggu angkot yang sudah jarang jika jam segini, lebih baik Dini menerima ajakan Arya. Lumayan, rezeki anak baik.

"Nih, pakai." Arya memberikan salah satu helm yang biasa dipakai Dini. Selagi Dini memasang helm, Arya menghidupkan motornya--- bersiap untuk pergi. Hingga suara khas dari motor vespa yang berisik lumayan memekakkan telinga.

"Udah?" Tanya nya pada Dini yang baru saja naik.

"Udah."

"Turun!" Canda pria itu yang membuat Dini memukul bahunya pelan. Arya pun tertawa renyah, "Katanya udah?"

"Gak lucu! Udah naik maksudnya." Dini mengerlingkan bola matanya. "Ayo ah pulang."

Berbeda dari hari-hari sebelumnya, kali ini Dini diantar pulang oleh Arya. Pria yang sudah ia kenal sejak kecil dan merangkap sebagai tetangga. Kedekatan mereka sudah terjalin baik saat masih duduk di bangku sekolah dasar. Meskipun terpaut usia 4 tahun, sifat mereka cukup seimbang. Dini yang kekanak-kanakan tapi juga bisa berpikir dewasa, dan Arya yang dewasa tapi tidak melulu memperlihatkan kepribadiannya yang serius.

"Kang, kok tahu sih aku kerja di sana?"

"Bapak yang ngasih tahu." Dini hanya ber'oh' ria. Memang sudah beberapa minggu ini mereka jarang bertemu. Alasannya cukup sederhana, mereka sama-sama sibuk mengerjakan tugas kuliah dan bekerja. Bedanya, Arya sedang dalam perjalanan menyelesaikan S 2. Kecerdasan pria berkacamata itu sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Saking cerdasnya, dia diterima di dua dari banyaknya universitas lokal yang berkualitas, pun juga mendapat rekomendasi beasiswa berkuliah ke Jerman. Namun, Arya tetap memilih melanjutkan kuliah di Universitas Padjadjaran. Karena kecerdasannya itu lah yang membuat Dini senang-senang saja bisa berteman dengan seorang Arya. Ditambah lagi penampilannya yang selalu enak dipandang dalam berbagai kesempatan. Tidak memalukan untuk diajak jalan.

"Kuliah kamu gimana?" kali ini Arya yang bertanya dengan pandangan tetap fokus ke jalanan yang ada di depannya.

"Ya gitu lah, tugasnya makin banyak." Gadis itu sedikit mengeluh. "Kang Arya bisa bantuin, 'kan?"

"Gimana ya?" Arya melirik wajah penumpangnya lewat spion. Terlihat kecewa dengan sedikit mengerucutkan bibir.

Lucu!

"Gak bisa, ya?"

"Kayaknya enggak deh." Katanya sok jual mahal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 12, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jarak, Rindu, dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang